Senin, Desember 15, 2025
BerandaUncategorizedLeonardo DiCaprio Akui Potensi Alat, Tapi Ragukan Kemampuan AI Ciptakan Karya Seni

Leonardo DiCaprio Akui Potensi Alat, Tapi Ragukan Kemampuan AI Ciptakan Karya Seni

Perpustakaan Data di Jantung Server

Di tengah ketenangan server yang tersembunyi, terdapat perpustakaan tak kasat mata. Bukan berupa buku atau rak buku, melainkan kumpulan triliunan data yang dikumpulkan selama bertahun-tahun penelitian, penulisan, dan eksperimen manusia. Di hadapan perpustakaan virtual ini, kecerdasan buatan (AI) hanya membutuhkan waktu sesaat untuk mengakses informasi yang telah tersimpan.

Ketika tombol “Jalankan” diklik, AI tidak membaca seperti manusia; ia menelan. Ia menyedot dan mengompres hasil kerja keras seorang sejarawan yang menghabiskan dua puluh tahun di ruang arsip yang penuh debu, atau seorang ilmuwan yang menghabiskan satu dekade di laboratorium. AI tidak menciptakan; ia merangkum. Proses ini bukan sekadar efisiensi, tetapi merupakan pergeseran besar dalam dunia kreatif—sebuah cermin digital yang kini mampu memantulkan dan memformulasikan kebijaksanaan yang diciptakan manusia selama bertahun-tahun, dalam bentuk ringkasan dingin, instan, dan tanpa emosi.

Seni Tanpa Perjuangan dan Emosi Manusia

Perdebatan tentang peran dan batas Kecerdasan Buatan (AI) dalam industri kreatif semakin hangat. Kali ini, aktor pemenang Academy Award, Leonardo DiCaprio, menyampaikan pendirian skeptisnya terhadap penggunaan AI dalam seni. Ia menyoroti hilangnya elemen penting yang dianggap tidak tergantikan dalam sebuah karya seni.

Dalam wawancara dengan The Hollywood Reporter, DiCaprio mengakui potensi AI sebagai alat bantu, tetapi dengan tegas menolak gagasan bahwa output AI dapat diklasifikasikan sebagai seni sejati. Baginya, inti dari seni adalah tentang emosi, perjuangan, dan keunikan pengalaman manusia. Dalam pandangannya, ketika sebuah karya tidak melalui proses penciptaan oleh tangan dan hati manusia, maka karya tersebut kehilangan esensinya.

“Tidak ada kemanusiaan di dalamnya (AI),” ujarnya. Ia percaya bahwa meskipun AI bisa menjadi alat canggih, hasil keluarannya tidak memiliki ‘jiwa’ atau pengalaman mendalam yang melatarbelakangi penciptaan.

Sampah Internet atau Alat Peningkatan?

DiCaprio mengakui potensi AI, khususnya sebagai alat bantu yang dapat membantu para pembuat film dan seniman. Namun, ia juga menyampaikan kekhawatiran serius terhadap hasil keluaran AI yang sering kali tidak terarah dan berlebihan. Ia melihat AI sebagai sarana yang bisa meningkatkan proses pembuatan film, tetapi pada saat yang sama khawatir bahwa karya-karya yang dihasilkan AI sering kali hanya akan larut dan menjadi bagian dari kebisingan digital yang tidak bernilai.

“AI bisa menjadi ‘Alat Peningkatan’ bagi para pembuat film, tetapi seringkali larut menjadi ‘Sampah Internet’,” katanya. Pernyataan ini memperkuat perdebatan yang sedang berlangsung di industri hiburan mengenai batas antara alat canggih dan pencipta sejati. Pandangannya menekankan bahwa nilai kemanusiaan dan keunikan pengalaman pribadi harus dipertahankan, terutama di era di mana dominasi teknologi mengancam untuk menghilangkan ‘jiwa’ dalam seni.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular