Jumat, Desember 5, 2025
BerandaUncategorizedGoogle: AI Gemini Hemat Daya, Satu Perintah Setara Nonton TV 9 Detik

Google: AI Gemini Hemat Daya, Satu Perintah Setara Nonton TV 9 Detik

Tren Kecerdasan Buatan dan Konsumsi Energi

Kecerdasan buatan (AI) kini menjadi bagian penting dalam berbagai sektor, termasuk dalam pengembangan chatbot seperti ChatGPT dan Gemini. Namun, tren ini juga menimbulkan pertanyaan tentang konsumsi energi yang diperlukan untuk menjalankan teknologi tersebut.

Google baru-baru ini mengungkapkan bahwa konsumsi listrik yang digunakan oleh chatbot AI, terutama Gemini, jauh lebih rendah dari perkiraan publik. Menurut analisis Google, rata-rata penggunaan listrik untuk satu perintah teks yang diberikan ke Gemini hanya setara dengan menonton TV selama sembilan detik atau sekitar lima tetes air. Angka ini menunjukkan bahwa penggunaan energi tidak sebesar yang dikhawatirkan.

Google mencatat bahwa median energi setiap perintah teks aplikasi Gemini menghasilkan emisi 0,03 gram karbon dioksida ekuivalen (gCO2e) dan konsumsi 0,26 mililiter air. Upaya Google dalam menurunkan rata-rata konsumsi listrik untuk setiap perintah teks telah dilakukan dengan menggunakan model AI yang lebih efisien, sehingga mengurangi emisi energi di data center.

“Meskipun memberikan respons berkualitas tinggi, median konsumsi energi dan emisi per prompt teks Gemini menurun masing-masing sebesar 33 kali lipat dan 44 kali lipat,” ujar Ben Gomes, Chief Technologist, Learning & Sustainability Google.

Analisis ini dilakukan dengan menganalisis perintah teks ke Gemini dan hardware penunjang chatbot itu selama 24 jam. Data ini mencakup energi yang dihabiskan CPU, akselerator AI khusus, hingga memori, baik saat memproses prompt maupun saat tidak aktif karena jeda antar prompt. Selain itu, Google juga memantau penggunaan energi dan air di data center.

Metodologi ini dinilai dapat memberikan estimasi konsumsi energi per perintah yang berbeda, berdasarkan model AI yang digunakan. Setiap harinya, Google juga mengidentifikasi median permintaan dan memakai data itu untuk menghitung dampak lingkungan yang ditimbulkan.

Namun, perlu dicatat bahwa analisis ini hanya melibatkan perintah teks saja, tidak termasuk perintah pembuatan gambar atau video pada Gemini. Google belum merinci berapa besaran energi yang dikonsumsi Gemini saat memproses perintah foto maupun video.

Perbandingan dengan Model AI Lain

Selain Gemini, model AI GPT-5 milik OpenAI juga terungkap memiliki konsumsi energi yang lebih tinggi dibanding pendahulunya, GPT-4. Dari riset University of Rhode Island, GPT-5 diperkirakan delapan kali lebih boros listrik dibanding GPT-4. Satu kali permintaan atau perintah (query) yang dikerjakan GPT-5 diperkirakan mengonsumsi listrik rata-rata 18,35 watt-hour (Wh), jauh di atas GPT-4 yang hanya mengonsumsi rata-rata sekitar 2,12 Wh.

Tingginya kebutuhan daya GPT-5 dipicu oleh fitur thinking mode, yang memungkinkan AI memproses tugas lebih lama dan lebih mendalam. Dalam mode ini, penggunaan energi dapat naik lima hingga sepuluh kali lipat dari respons standar. Selain itu, kemampuan GPT-5 untuk memproses teks, gambar, dan video secara bersamaan juga menambah beban daya komputasi.

OpenAI sebelumnya mengungkapkan bahwa ChatGPT memproses hingga 2,5 miliar permintaan per hari. Jika seluruhnya menggunakan GPT-5, konsumsi energi harian bisa mencapai 45 gigawatt-hour bila dihitung secara kasar. Jumlah tersebut setara dengan produksi dua hingga tiga pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), atau cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik sekitar 1,5 juta rumah tangga di Amerika Serikat dalam sehari.

CEO OpenAI Sam Altman sebelumnya menyebut rata-rata konsumsi energi per query ChatGPT hanya 0,34 Wh. Menurut Altman, angka itu setara dengan oven yang menyala selama satu detik, atau lampu hemat energi yang hidup dalam beberapa menit. Namun, klaim tersebut dipertanyakan oleh sejumlah pakar industri. Mereka menilai perhitungan itu belum memperhitungkan pemrosesan gambar, pelatihan model, serta kebutuhan energi tambahan untuk pendinginan server.

Para pakar memperingatkan bahwa jika tren penggunaan AI tidak diimbangi dengan efisiensi energi, kebutuhan daya pusat data berpotensi melonjak signifikan. Kondisi ini bisa berdampak pada biaya operasional sekaligus memunculkan tantangan baru terkait kebijakan iklim.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular