Peran Kecerdasan Buatan dalam Membentuk Strategi Bisnis Masa Depan
Dalam era digital yang berkembang pesat, kecerdasan buatan (AI) menjadi salah satu faktor utama yang mengubah cara perusahaan beroperasi. Sebanyak 85% eksekutif global percaya bahwa AI akan menciptakan model bisnis baru. IBM, sebuah perusahaan teknologi ternama, telah merilis peta lima tren teknologi yang diharapkan menjadi penggerak industri hingga tahun 2026.
General Manager and Technology Leader IBM ASEAN, Catherine Lian, menjelaskan bahwa fase pemanfaatan AI kini sudah beralih dari tahap uji coba menuju kebutuhan inti dalam pengambilan keputusan. Menurutnya, AI akan menjadi mesin pencipta pendapatan yang vital bagi perusahaan.
IBM menilai ada lima pilar utama yang akan mendefinisikan ulang strategi korporasi global. Lima pilar tersebut adalah: AI sebagai pengganda pertumbuhan, Sovereign AI, agen AI berskala besar, Trusted AI, dan Quantum Advantage.
Tren Pertama: Sovereign AI
Tren pertama yang disoroti adalah Sovereign AI. Di tengah ketegangan geopolitik, perusahaan dan negara mulai memperkuat strategi kedaulatan data. IBM memperkirakan bahwa 80% perusahaan multinasional akan menerapkan kebijakan data berdaulat pada tahun 2027. Pasar sovereign cloud diperkirakan tumbuh lebih dari empat kali lipat hingga 2028.
Katherine menyatakan bahwa ini merupakan pertumbuhan eksponensial yang tidak pernah terlihat dalam tiga tahun terakhir. IBM merekomendasikan penggunaan hybrid cloud sebagai fondasi kedaulatan digital.
Tren Kedua: AI sebagai Pendorong Pertumbuhan
Tren kedua menjelaskan peran AI sebagai pendorong pertumbuhan. Studi APAC AI Outlook 2026 menyebutkan bahwa 64% CEO menilai keberhasilan implementasi AI sangat dipengaruhi oleh kesiapan sumber daya manusia. Di sisi lain, 95% eksekutif berharap AI generatif dapat menghasilkan sumber pendapatan baru.
Tren Ketiga: Agen AI Berskala Besar
Tren ketiga adalah meningkatnya penggunaan agentic AI atau agen otonom berskala besar. IBM melihat 2026 sebagai fase ekspansi agen AI dalam proses bisnis lintas fungsi. Namun demikian, kurang dari sepertiga organisasi dinilai memiliki kemampuan interoperabilitas yang memadai. Oleh karena itu, IBM menyarankan perusahaan memulai dari proyek percontohan berskala kecil.
Tren Keempat: Trusted AI
Tren keempat adalah Trusted AI. IBM mencatat bahwa 95% eksekutif menilai aspek kepercayaan konsumen menjadi penentu suksesnya pemanfaatan AI, sementara 89% konsumen ingin mengetahui kapan mereka berinteraksi dengan teknologi tersebut. Transparansi menjadi faktor pembeda.
Tren Kelima: Quantum Advantage
Tren kelima adalah Quantum Advantage, yang diperkirakan mulai memberikan nilai komersial melalui kemampuan optimasi dan simulasi yang lebih cepat. Studi Indonesia Business Vision (IBV) menunjukkan bahwa 79% eksekutif menilai kolaborasi ekosistem mempercepat adopsi teknologi kuantum, sementara 86% menyatakan data ekosistem meningkatkan kapabilitas AI.
Selain itu, IBM menekankan pentingnya kesiapan menuju era Quantum Safe untuk melindungi investasi jangka panjang. Organisasi yang siap kuantum diperkirakan mampu mengadopsi teknologi baru tiga kali lebih cepat dibanding kompetitor.
IBM menegaskan komitmennya mendukung transformasi digital Indonesia. Fokus pada kedaulatan data dan modernisasi sistem perbankan diyakini dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci ekonomi digital global pada 2026.

