Peran Mikrosegmentasi dalam Meningkatkan Ketahanan Siber Perusahaan
Mikrosegmentasi kini menjadi strategi penting dalam memperkuat keamanan siber perusahaan. Dalam laporan terbaru Akamai Technologies, disebutkan bahwa pendekatan ini tidak hanya membantu membatasi dampak serangan ransomware, tetapi juga memberikan manfaat finansial melalui efisiensi audit dan potongan premi asuransi siber.
Mikrosegmentasi Mengurangi Waktu Mitigasi Serangan
Laporan berjudul “The Segmentation Impact Study: Why Microsegmentation Now Defines Enterprise Cybersecurity, Risk, and Resilience” menunjukkan bahwa penerapan mikrosegmentasi dapat membatasi penyebaran ransomware di dalam jaringan. Organisasi besar dengan pendapatan di atas US$1 miliar mencatat penurunan waktu pembatasan ransomware hingga 33%. Pengurangan ini mempercepat proses mitigasi dan pemulihan operasional setelah serangan terjadi.
Selain manfaat teknis, mikrosegmentasi juga memberikan dampak finansial yang signifikan bagi perusahaan. Banyak organisasi mengakui bahwa pendekatan ini mempermudah proses pelaporan audit, sehingga menghasilkan efisiensi biaya kepatuhan.
Potongan Premi Asuransi Sibernetik
Laporan Akamai juga menemukan bahwa 60% responden melaporkan menerima potongan premi asuransi siber, sementara 74% menilai segmentasi yang kuat meningkatkan peluang diterimanya klaim asuransi. Hal ini menunjukkan bahwa adopsi mikrosegmentasi memiliki nilai tambah dalam pengelolaan risiko keuangan perusahaan.
Motivasi Adopsi Mikrosegmentasi di Kalangan Perusahaan Besar
Di luar manfaat finansial, motivasi utama adopsi mikrosegmentasi berasal dari kebutuhan memperkuat pertahanan jaringan. Sebanyak 63% responden mengimplementasikannya untuk membatasi serangan ransomware, dan 56% untuk mempercepat respons insiden keamanan. Selain itu, 74% organisasi menilai pendekatan ini penting untuk melindungi aset penting, sedangkan 57% menerapkannya guna menghadapi ancaman dari dalam organisasi (insider threats).
Mikrosegmentasi juga membantu perusahaan memenuhi regulasi keamanan data dan menghindari risiko sanksi kepatuhan. Dengan demikian, pendekatan ini menjadi alat penting dalam menjaga kepatuhan terhadap standar keamanan informasi.
Implementasi Masih Terbatas Meski Niat Tinggi
Meski 90% organisasi telah memiliki strategi segmentasi, hanya 35% yang menerapkan microsegmentasi secara menyeluruh di seluruh jaringan. Kesenjangan antara niat dan pelaksanaan membuat banyak perusahaan masih rentan terhadap serangan lateral.
Namun, tren ke depan terlihat positif. Separuh perusahaan yang belum mengadopsi berencana menerapkannya dalam dua tahun, dan 68% organisasi yang sudah menerapkan berniat meningkatkan investasinya.
Tantangan Teknis dan Organisasi dalam Penerapan
Hambatan utama adopsi mikrosegmentasi mencakup kompleksitas jaringan (44%), keterbatasan visibilitas (39%), dan penolakan operasional (32%). Banyak organisasi masih mengandalkan model segmentasi tradisional berbasis perimeter, yang kini dinilai kurang efektif menghadapi ancaman modern.
Meskipun demikian, perusahaan yang berhasil menerapkannya melaporkan dampak positif, termasuk berkurangnya jumlah sistem yang disusupi, penurunan biaya pemulihan, serta peningkatan ketahanan dan kelangsungan bisnis.
Kesimpulan
Dengan semakin meningkatnya ancaman siber, mikrosegmentasi menjadi solusi penting dalam membangun pertahanan yang lebih baik. Menurut Ofer Wolf, Senior Vice President dan General Manager Enterprise Security di Akamai, “Melakukan segmentasi jaringan dan pembatasan pembobolan adalah pertahanan penting terhadap serangan siber, sehingga perusahaan dapat fokus bekerja tanpa khawatir terhadap gangguan.”

