Jumat, Desember 5, 2025
BerandaUncategorizedUniversitas AS Tingkatkan Produksi Lulusan Tak Tergantikan oleh AI

Universitas AS Tingkatkan Produksi Lulusan Tak Tergantikan oleh AI

Kecerdasan Buatan dan Tantangan di Dunia Kerja

Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) terus berkembang pesat, baik dari segi kemampuan maupun penerapannya. Perkembangan ini menimbulkan kekhawatiran besar tentang apakah teknologi ini akan menggantikan jutaan pekerjaan manusia, terutama di Amerika Serikat. Banyak orang khawatir bahwa AI bisa memangkas berbagai jenis pekerjaan yang sebelumnya dianggap aman.

Kekhawatiran ini paling terasa di kalangan generasi muda. Survei dari Glassdoor menunjukkan bahwa 70 persen generasi Z merasa AI membuat mereka ragu akan keamanan karier masa depan. Dalam survei lain, 65 persen responden menyatakan bahwa gelar sarjana pun tidak lagi menjamin perlindungan dari gelombang otomatisasi berbasis AI. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai mempertanyakan nilai pendidikan tradisional dalam era digital.

Pemerintah AS tampaknya tidak ingin mengabaikan isu ini. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyarankan masyarakat untuk belajar beradaptasi dengan AI daripada takut padanya. Ia menegaskan bahwa keterampilan dan kemampuan menggunakan AI akan membuat seseorang tetap dibutuhkan di dunia kerja. Meskipun demikian, banyak orang masih merasa bingung bagaimana menghadapi perubahan ini.

Di tengah kekhawatiran tersebut, sebuah universitas kecil di Pegunungan Adirondack, New York, mengambil langkah berbeda. Paul Smith’s College fokus pada pengembangan kurikulum yang bertujuan mempersiapkan mahasiswanya agar tahan terhadap dampak AI. Kurikulum ini berfokus pada profesi nyata yang sulit digantikan oleh mesin, seperti kehutanan, ilmu lingkungan, pengelolaan satwa liar, hingga perhotelan dan bisnis terapan.

Musim gugur ini, kampus tersebut mencatat peningkatan signifikan dalam jumlah pendaftar baru. Menurut Kathy Bonavist, Wakil Presiden Bidang Pengembangan dan Penerimaan Mahasiswa, lonjakan itu terjadi karena banyak calon mahasiswa mencari jalur karir yang lebih tahan AI. Beberapa bidang yang diminati antara lain kehutanan, ilmu lingkungan, pengelolaan satwa liar, dan perhotelan. Semua bidang ini membutuhkan kemampuan memecahkan masalah di dunia nyata serta sentuhan manusia yang tak tergantikan.

Pendidikan di Paul Smith’s College didasarkan pada tangan yang kasar dan pikiran yang tajam. Kampus ini menyiapkan lulusan untuk bekerja langsung di lapangan, di tempat-tempat tak terduga, dan membutuhkan penilaian manusia. Kampus ini memiliki lokasi yang dikelilingi enam juta hektare hutan liar, sehingga sudah lama dikenal sebagai institusi yang mengajarkan profesi berbasis lahan dan keahlian lapangan, bukan pekerjaan kantoran berbasis teknologi tinggi.

“Paul Smith’s sudah berdiri sejak 1946, dan bisa dibilang sejak awal kami sudah ‘tahan AI’,” ujar Bonavist. “Sekarang, kami hanya memperkuat posisi itu.” Kampus ini tidak menolak AI, tetapi berusaha berdamai dengannya sambil memastikan bahwa manusia tetap berperan penting dalam berbagai sektor.

Salah satu mahasiswa bernama Gavin Tufo, yang mengambil jurusan Arboriculture and Landscape Management, merasa pendekatan kampus ini memberinya pengalaman yang tak ternilai. Ia belajar banyak hal yang dulu bahkan tak pernah ia bayangkan. Sementara itu, Liam Carroll, mahasiswa jurusan Manajemen Hutan Ekologis, awalnya memilih kampus ini karena kecintaannya pada alam, bukan karena takut pada AI. Namun, melihat seberapa cepat teknologi berkembang, ia justru merasa lebih tenang.

“Saya lega, karena pekerjaan yang bisa saya tekuni nanti termasuk yang paling sulit digantikan AI,” katanya. “Apa pun yang dapat dilakukan AI di masa depan, dunia akan selalu butuh orang yang berpendidikan di bidangnya, benar-benar turun ke lapangan, melakukan riset, atau menebang pohon secara langsung.”

Bonavist menegaskan bahwa kampusnya bukan anti-AI. Mereka sadar teknologi ini juga mulai masuk ke sektor-sektor lapangan seperti kehutanan dan pertanian. Namun, pendekatan mereka adalah berdamai dengan AI, sambil memastikan manusia tetap berperan penting. Mahasiswa Paul Smith’s College ditempa bukan hanya di kelas, tapi juga di hutan, dapur, dan bengkel kerja.

“Mereka tidak hanya mempelajari teori. Mereka benar-benar terjun langsung ke lapangan. Datang ke kampus jam lima pagi untuk mulai bekerja di dapur. Mereka ke hutan, belajar mengelolanya dan mengoperasikan alat berat,” ujar Bonavist.

Tufo menambahkan, bahkan di industri kehutanan, AI tetap tak bisa menggantikan manusia. “AI masih punya tempat di industri kehutanan, ada di mesin maupun di komputer. Tapi AI tidak memiliki mata dan pikiran seperti manusia. Tidak ada satu pun pohon yang sama, tidak ada kondisi tanah atau lingkungan yang identik. Ada banyak faktor yang hanya bisa dipahami lewat pengalaman manusia, dan AI tidak bisa memahami hal itu begitu saja.”

Fenomena Paul Smith’s College mencerminkan tren yang lebih luas. Saat AI mengancam semakin banyak pekerjaan kantoran, generasi muda mulai berpikir ulang soal pilihan karier. Survei dari Jobber menunjukkan 77 persen Gen Z kini menganggap penting memilih profesi yang sulit di-automasi. Banyak di antara mereka yang lebih percaya masa depan ada di bidang seperti pertukangan ketimbang di dunia pengembangan perangkat lunak atau analisis data.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular