Perkembangan Teknologi Drone Korea Utara
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menunjukkan perhatian besar terhadap pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) sebagai bagian dari strategi memperkuat kemampuan militer negaranya. Pada kunjungan ke Kompleks Teknologi Penerbangan Tak Berawak di Pyongyang, ia menghadiri uji coba drone serbaguna dan kendaraan pengintai tanpa awak. Dalam kesempatan ini, Kim menyatakan bahwa pengembangan AI harus dilakukan secara cepat untuk meningkatkan sistem persenjataan tak berawak.
Ia juga menekankan pentingnya memperluas kapasitas produksi drone. Uji coba yang dilakukan menunjukkan keunggulan teknologi drone taktis seri Kumsong, dengan hasil yang membuat Kim puas. Foto yang dirilis menunjukkan drone berhasil melesat dan menghancurkan target, membuktikan tingkat kemajuan teknologinya.
Kemajuan Teknologi Drone Korea Utara
Dalam beberapa waktu terakhir, Korea Utara telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam pengembangan drone. Uji coba terbaru menampilkan drone pengintai strategis yang memiliki bentuk mirip dengan Global Hawk milik Amerika Serikat. Selain itu, ada sejumlah perangkat bersenjata tanpa awak lain yang juga diperlihatkan.
Kim sendiri mempelajari langsung kinerja drone serang taktis dan menandatangani dokumen penting untuk memperluas potensi teknis Aliansi Teknologi Penerbangan Tak Berawak. Langkah ini menunjukkan komitmen kuat Pyongyang dalam menjadikan drone sebagai senjata masa depan.
Menurut analis Hong Min dari Institut Korea untuk Penyatuan Nasional di Seoul, drone menjadi senjata murah yang bisa memberikan efek besar. Ia menilai kemampuan misi otonom, akurasi tinggi, dan potensi produksi massal menjadikan drone sebagai senjata strategis yang dapat meningkatkan fleksibilitas militer Korea Utara.
Kolaborasi Riset dengan Negara Lain
Meski perkembangan AI di Korea Utara masih belum jelas, laporan dari kelompok analisis independen 38 North menemukan adanya riset kolaboratif lintas batas. Negara ini disebut terlibat dalam penelitian AI bersama akademisi dari Amerika Serikat, China, dan Korea Selatan, meskipun terhimpit sanksi internasional.
Ketergantungan besar pada China menunjukkan bahwa Pyongyang berusaha mengejar ketertinggalannya dalam perlombaan AI global. Kolaborasi ini mungkin akan mempercepat inovasi teknologi yang dimiliki Korea Utara.
Hubungan Korut dan Rusia yang Makin Erat
Hubungan antara Korea Utara dan Rusia semakin kuat, terutama setelah Kim Jong Un dan Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani pakta pertahanan pada tahun lalu. Menurut laporan lembaga pemikir Jerman, Pyongyang telah memasok senjata senilai hampir 10 miliar dolar AS ke Rusia dan mengirim puluhan ribu tentara ke medan perang Ukraina.
Sebagai gantinya, Korea Utara menerima kompensasi antara 457 juta hingga 1,19 miliar dolar AS, berupa makanan, bahan bakar, sistem pertahanan udara, dan kemungkinan jet tempur. Badan intelijen Korea Selatan dan Barat menyebut lebih dari 10 ribu tentara Korea Utara dikirim ke Rusia pada 2024, terutama ke wilayah Kursk.
Pengalaman Militer yang Menguntungkan
Sejumlah tentara Korea Utara terluka atau gugur selama konflik di Ukraina, tetapi mereka juga memperoleh pengalaman tempur modern, termasuk penggunaan drone di medan perang. Kondisi ini dikhawatirkan akan memperkuat efektivitas tempur Korea Utara di masa depan.
Kunjungan Kim ke Beijing pada awal September bersama Presiden China Xi Jinping dan Putin juga menunjukkan ambisi Korea Utara untuk memperkuat posisinya secara global. Ia mengecam latihan militer bersama Amerika Serikat dan Korea Selatan, menyebutnya sebagai latihan perang agresi terhadap negaranya. Dinamika ini menambah bukti bahwa Pyongyang terus berupaya memperluas pengaruh militer dan geopolitiknya.
