Zona Gadget
– Kecerdasan buatan (
artificial intelligence
AI diprediksi bakal merombak lanskap industri dengan signifikan dalam waktu satu sampai tiga dasawarsa mendatang.
Banyak laporan mengindikasikan bahwa sampai 60% dari profesi modern perlu melakukan penyesuaian signifikan, serta beberapa area dianggap lebih berisiko digantikan oleh kecerdasan buatan.
Dilansir dari
Forbes
, Sabtu (26/4/2025), tugas administratif seperti pengentrian data, perencanaan jadwal, dukungan pelanggan, pencatatan keuangan, dan penyelidikan hukum diperkirakan akan menjadi bidang pertama yang terpengaruh oleh otonomi mesin.
Penelitian terkini oleh Institute for Public Policy Research mengungkapkan bahwa 60% pekerjaanadministratif berpotensi untuk diotomatisasi melalui penggunaan teknologi seperti obrolan robotik atau yang dikenal sebagai chatbot serta otomatisasi proses robotor.
Bidang kreatif pun sudah mulai merasakan dampaknya. Teknologi AI yang dapat menciptakan gambar seperti DALL-E serta teks dengan GPT berpotensi memproduksi sejumlah besar desain, penulisan, dan materi media.
Menurut perkiraan Laporan Pew Research Center, sekitar 30% dari pekerjaan di bidang media berpotensi untuk diproses secara otomatis hingga tahun 2035. Akan tetapi, diyakini bahwa kreativitas manusia dalam seni yang sangat maju akan bertahan lebih lama lagi.
Dalam bidang teknologi, peran seperti pengembang perangkat lunak dan data scientist menghadapi disrupsi ganda. AI meningkatkan produktivitas, tetapi sekaligus mengotomatisasi banyak tugas rutin dalam pemrograman dan analisis.
Namun, tidak semua bidang sama rentannya. Pekerjaan yang berbasis empati dan keterampilan manusia seperti perawatan kesehatan, terapi, pendidikan usia dini, dan kepemimpinan strategis relatif lebih aman dari otomatisasi.
OECD memperkirakan hanya 10 persen tugas pengajaran yang dapat diotomatisasi hingga 2040.
Perubahan besar dalam 10-30 tahun ke depan
Menurut prediksi yang disampaikan oleh McKinsey, sekitar 30% lapangan kerja di AS mungkin akan digantikan oleh teknologi AI pada tahun 2030, dan hampir dua pertiganya atau sebesar 60% kemungkinannya juga akan mengalami perubahan besar karena implementasi kecerdasan buatan ini.
Goldman Sachs memperkirakan hingga 50 persen pekerjaan akan otomatisasi penuh pada 2045.
Beberapa tokoh bisnis besar memperingatkan soal kecepatan perubahan ini. CEO BlackRock, Larry Fink, menilai AI sudah mulai “merestrukturisasi” sektor keuangan dan hukum.
Sementara itu, CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, memperkirakan dalam waktu 15 tahun, sebagian besar tugas repetitif akan dikerjakan AI.
Kunci adaptasi: keterampilan baru dan sektor tahan disrupsi
Di tengah perubahan ini, pekerja didorong untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, literasi digital, serta membidik sektor-sektor yang lebih tahan disrupsi seperti kesehatan, pendidikan, dan bidang sosial.
Ray Dalio, sang founder dari Bridgewater, sangat menekankan tentang pentingnya menyatukan kemampuan teknologi dengan daya saing manusia.
Menurutnya, nasib masa depan dunia bergantung pada orang-orang yang sudah menyiapkan diri sedari awal untuk menghadapi kecerdasan buatan.
Di sisi lain, Menteri Keuangan Amerika Serikat Scott Bessent percaya bahwa efek merugikan dari AI bisa dikurangi dengan adanya program pelatihan karyawan yang luas dan komprehensif.
Pergeseran tenaga kerja menuju 2050
Jika inovasi AI berlanjut stabil, para ahli memperkirakan hingga 2040, antara 50 hingga 60 persen pekerjaan akan terotomatisasi atau berubah signifikan. Dominasi penuh AI, hingga 80 persen dari seluruh jenis pekerjaan, diprediksi terjadi pada 2050.
Namun, laju perubahan tetap bergantung pada faktor-faktor seperti kemajuan teknologi, regulasi pemerintah, dan insentif ekonomi global.
