Sabtu, Desember 6, 2025
Berandaartificial intelligencePeringatan dari 'Bapak AI': Ancaman Kecerdasan Buatan yang Bisa Mengambil Alih Kedudukan...

Peringatan dari ‘Bapak AI’: Ancaman Kecerdasan Buatan yang Bisa Mengambil Alih Kedudukan Manusia


Zona Gadget

– Geoffrey Hinton, ilmuwan komputer di bidang kecerdasan buatan (
artificial intelliigence
/AI) menyuarakan keprihatinannya tentang inovasi teknologinya tersebut.

Hinton yang dikenal sebagai “Bapak AI” menyebutkan adanya peluang bahwa kecerdasan buatan dapat menjadi sangat superior dan mungkin saja “merampas kendali” atas manusia.

Hal itu ia katakan dalam sebuah wawancara dengan kantor berita
CBSNews
. Saat itu, pewawancara menanyakan seberapa mungkin “P (doom)” terjadi.

“P (keruntuhan)” merupakan ungkapan keamanan AI yang berhubungan dengan potensi skenario bencana.
(doom)
eksisensial dari kecerdasan buatan sebagai perangkat.

Menurut Hinton, “Saya rasa banyak pakar dalam bidang ini akan setuju bahwa ada potensi AI menjadi jauh lebih cerdas daripada kita dan mulai mengendalikan kehidupan kami.”

“(Tapi) itu bisa saja terjadi, bisa saja tidak,” imbuhnya.

Hinton tidak memberikan penjelasan lebih lanjut tentang arti ungkapan “menyambialkan keberadaan manusia.” Akan tetapi, mungkin ini merujuk pada kondisi di mana AI dapat menangani segala tugas yang biasa dilakukan oleh manusia, dengan skenario paling ekstrem melibatkan AI yang secara aktif bertentangan atau bersaing dengan manusia dalam banyak aspek.

“Kita bermain dengan AI yang kita sendiri belum pernah mengalami era atau kemajuan yang diciptakan oleh teknologi tersebut,” kata Hinton, dikutip
KompasTekno
dair CBSNews, Selasa (29/4/2025).

“Penduduk dunia masih belum memahami aspek-aspek penting ini dan tidak menyadari bahaya apa yang mungkin timbul di kemudian hari akibat perkembangan kecerdasan buatan,” tambah laki-laki yang menciptakan konsep jaringan saraf dan pembelajaran mendalam yang sekarang menjadi landasan teknologi AI itu.

Sama seperti anak singa, menggemaskan tetapi berpotensi membahayakan.

Hinton selanjutnya membandingkan, keadaan AI saat ini seperti bayi harimau yang imut dan menggemaskan.

Namun di masa depan, bayi harimau ini akan menjadi besar dan bisa mengancam serta membunuh siapa saja, termasuk orang yang merawatnya.

Kekhawatiran Hinton ini sendiri berasal dari ketakutan dia soal perkembangan AI yang dinilai sangat cepat, bahkan di luar prediksi serta ekspektasi dia.

“Di masa depan, ada kemungkinan besar AI akan lebih pintar dari kita. Saat ini saja, model bahasa macam GPT-4 sudah tahu lebih banyak informasi dari kita, sehingga jangan kaget apabila di masa depan AI seperti ini akan ahli dalam berbagai bidang,” ungkap Hinton.

Meski khawatir akan pengembangan AI di masa depan, Hinton mengatakan manusia saat ini tak perlu khawatir. Sebab, besar kemungkinan juga AI tidak akan mengambil alih manusia di masa depan.

“Kalau angka maksimal AI mengambil alih manusia ini ada di kisaran 20 persen, maka ada kemungkinan yang cukup tinggi, yaitu hingga 80 persen, bahwa AI tidak akan mengontrol manusia, dan ini kemungkinannya jelas lebih besar,” ungkap Hinton.

Perusahaan teknologi AI perlu mengutamakan aspek keamanan.

Untuk mencegah hal itu terjadi, Hinton menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan seharusnya menekankan pada pembangunan AI yang lebih memperhatikan aspek keamanan serta kesejahteraan.
(safety)
dibanding keuntungan (profit).

Oleh karena itu, terdapat dua tantangan besar dari kecerdasan buatan yang dapat membuat manusia kesulitan. Yang pertama adalah kemungkinan AI mengendalikan atau mengontrol manusia tersebut, serta yang kedua yaitu penggunaan AI oleh individu untuk tujuan-tujuan buruk.

Arti dari aspek negatif di sini adalah penggunaan AI dalam melakukan serangan siber.
(cyber attack)
, penipuan
(phishing),
menciptakan virus baru, serta hal-hal semacamnya.

Menurut mantan karyawan Google ini, perusahaan AI harus mengalokasikan sekitar sepertiga dari kemampuan komputasi yang dimiliki untuk fokus pada pengembangan keamanan AI.

Di Google sendiri, Hinton meninggalkan posisinya pada Mei 2023 sebab tidak setuju dengan arah fokus AI yang diambil oleh perusahaannya waktu itu, khususnya dalam mengkaji pembangunan teknologi AI bagi tujuan militer.

“Bila dilihat saat ini, raksasa teknologi AI seperti Google berupaya menolak pengaturan aturan terkait kecerdasan buatan, dan jenis regulasi semacam itu memang belum hadir,” ungkap Hinton.

Bila perusahaan raksasa semacam itu menyusun sebuah regulasi AI yang berfokus pada masa depan serta kesejahteraan hidup manusia,
(humanity)
Di waktu yang akan datang, saya juga akan ikut gembira,” tutup Hinton.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

New Post

Most Popular