Jakarta, IDN Times –
Apple Inc. sedang mendapat tekanan dari para pemegang saham yang meminta klarifikasi tentang bagaimana perusahaan akan merespons tantangan terkait dengan bea masuk serta perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI). Hal ini disebabkan oleh laporan turunnya penjualan iPhone untuk dua kuarter berturut-turut, yang merupakan fokus utama bagi pasar saat ini.
Apple direncanakan untuk meluncurkan laporannya tentang kondisi finansialnya pada hari Kamis tanggal 1 Mei 2025. Laporan ini diperkirakan bakal menyatakan adanya sedikit penurunan dalam hal jumlah unit iPhone yang berhasil merekajual, dengan alasan mayoritas disebabkan oleh perlambatan minat konsumen di China. Para investor pun memperhitungkan bahwa manajemen mungkin saja membahas strategi apa yang dimiliki Apple guna melewati hambatan-hambatan dunia bisnis saat ini seperti aturan bea masuk dari AS serta tingkat kompetitif industri teknologi informasi yang semakin meningkat.
1. Ancaman pajak impor serta balasan dari Apple
Takaran bea masuk yang diimplementasikan oleh administrasi Amerika Serikat di era Kepresidenan Donald Trump merupakan sumber keprihatinan utama bagi Apple, perusahaan ini mayoritas merakit iPhone-nya di China.
Pada hari Jumat, tanggal 25 April 2025, suratkabar Financial Times menyebutkan bahwa Apple berencana mentransfer semua produksi iPhone yang ditujukan untuk pasaran Amerika Serikat ke India menjelang akhir tahun 2026. Tujuannya adalah untuk menghindari efek bea masuk senilai 145% terhadap produk impor dari Tiongkok. Meski demikian, para ahli meragakan apakah strategi tersebut cukup mencegah peningkatan biaya bagi perusahaan itu.
“Memindahkan proses perakitannya ke India belum tentu mengatasi seluruh persoalan karena sebagian besar suku cadang penting untuk iPhone tetap diproduksi di Tiongkok,” ungkap Craig Moffett, analis senior dari MoffettNathanson, seperti dilansir dari
CNBC.
Apple juga berisiko mengalami penurunan penjualan di Tiongkok karena sentimen anti-Amerika yang disebabkan oleh tarif, seperti ditunjukkan oleh penurunan pengiriman iPhone sebesar 9% di kuartal Maret sesuai laporan IDC. Sebagai antisipasi terhadap tarif ini, Apple sudah memindahkan 1,5 juta unit iPhone bernilai dua miliar dolar AS atau setara Rp33,3 triliun dari India menuju Amerika Serikat melalui penerbangan kargo spesial pada bulan Maret tahun 2025.
2. Taktik AI Yang Ketinggalan
Investor menuntut agar Apple meningkatkan pengembangan teknologi AI, sektor ini dipandang sebagai area di mana perusahaan masih kalah bersaing dengan kompetitor seperti Google dan Microsoft. Strategi Apple yang mengedepankan privasi konsumen turut menjadi alasan perlambatan dalam meluncurkan fitur-fitur AI utamanya, sehingga posisi persaingan mereka tergerus oleh perkembangan pasar yang semakin maju. Menurut analisis dari Jacob Bourne dari eMarketer pada hari Selasa (29/4/2025), diperlukan peningkatan percepatan inovasi bagi Apple guna merespon harapan pasar secara tepat.
“Dengan adanya kemungkinan peningkatan tariff yang akan menambah beban keuangan, Apple perlu untuk mengakselerasikan inovasi dalam bidang AI serta melakukan restrukturisasi pada supply chain-nya; kedua hal ini tentunya memerlukan investasi signifikan,” jelas Bourne, sebagaimana dilaporkan oleh sumber tersebut.
The Globe and Mail.
Walaupun Apple sudah menyatakan niat berinvestasi sebesar 500 miliar dolar AS (setara dengan Rp8,3 quadriliun) di Amerika Serikat guna mendukung riset AI dan produksi barang, para pemegang saham masih cemas akan ketertinggalannya dalam meluncurkan teknologi AI yang unggul, terlebih lagi setelah adanya perubahan jadwal beberapa fungsi penting yang direncanakan dirilis tahun 2024.
3. Pengurangan penjualan iPhone serta perluasan ke pasaran lain
Pengecilan dalam penjualan iPhone menjadi fokus utama, dimana laporan dari Counterpoint Research mengungkapkan bahwa Apple masih menduduki posisi terdepan di pasaran ponsel pintar dunia pada trimester Maret tahun 2025 karena adanya minat yang tinggi akan perangkat iPhone 16e senilai $599 atau setara Rp9,9 juta di negara India.
Akan tetapi, penurunan sebanyak 9% dalam pengiriman iPhone di Tiongkok selama periode tersebut, sesuai dengan laporan dari IDC, mencerminkan adanya hambatan di antara salah satu pasar utama bagi Apple. Pada hari Kamis (10/4/2025), Apple pun telah memulai langkah untuk mempercepat proses keragaman jaringan pasokannya menuju Vietnam serta Malaysia, walaupun kedua negara ini juga masih harus berhadapan dengan bea masuk.
“Apple mempunyai kemampuan untuk menangani bea masuk tersebut, namun ketidaktentuan di pasaran global bisa semakin meredupkan minat konsumen terhadap iPhone,” ujar Dan Ives, yang merupakan pemimpin riset teknologi global di Wedbush Securities, sebagaimana dilansir media tersebut.
Yahoo Finance.
Agar tetap kompetitif di pasaran, Apple mencoba mengurangi beban tarif dengan merombak struktur suplai mereka dan berusaha agar tidak meningkatkan harga terlalu banyak. Meski demikian, para ahli dari UBS menyatakan bahwa bila semua tambahan tarif 145% ditransfer langsung kepada pembeli, maka harga untuk model iPhone 16 Pro Max bisa naik menjadi USD 2.150 atau setara Rp35,8 juta.

