
Pendiri Microsoft bersama ketua dari Gates Foundation, Bill Gates, mengadakan pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta Pusat pada hari Rabu (7/5). Topik utama salah satunya yaitu tentang bagaimana memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan sistem pendidikan tingkat menengah hingga perguruan tinggi.
Mentri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menyebutkan bahwa sampai saat ini belum terdapat diskusi tentang kerjasama dengan Bill Gates untuk pengembangan kurikulum coding dan kecerdasan buatan bagi siswa di Indonesia.

Namun, Abdul Mu’ti menyatakan Indonesia memang perlu bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memperluas pengetahuan tentang pemanfaatan AI.
“Belum diketahui rincian percakapan antara Bill Gates dan Presiden, namun tujuannya adalah untuk mendorong penggunaan kecerdasan buatan lebih jauh,” ujarnya setelah meninjau pesta pendidikan di Denpasar pada hari Kamis (8/2).
Kesalehan Digital
Salah satu hal yang ingin dicapai dalam kerja sama antarlembaga adalah peserta didik memiliki kemampuan sekaligus bertanggung jawab dalam pemanfaatan teknologi berbasis AI. Mu’ti menyebut hal ini dengan istilah kesalehan digital.
“Kita menyampaikan pengetahuan tentang keterampilan digital kepada mereka sambil menekankan pentingnya etika dalam penggunaannya agar tetap positif dan tidak disalahgunakan,” jelasnya.
Kemendikdasmen sudah melakukan pelatihan kepada sejumlah guru sekolah negeri dan swasta di Semarang dan Jakarta terkait kesalehan digital ini. Dia berharap dalam waktu dekat bisa bekerja sama dengan Google untuk memperdalam rasa tanggung jawab penggunaan teknologi AI.
Masalah etika digital ini diharapkan dapat berfungsi sebagai pertahanan bagi orang-orang agar tidak melancarkan tindakan-tindakan kriminal secara daring. Di luar itu semua, tujuannya juga untuk mencegah agar insiden-insiden yang merugikan publik akibat kemajuan AI tak lagi terjadi.

Kasus Kejahatan Digital di Bali
Sebagaimana telah dialami oleh seorang mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (FEB Unud), bernama inisial SLKDP, yang sebelumnya terlibat dalam pembuatan konten pornografi “deepfake” sebagai bentuk pelecehan seksual.
SLKDP menyimpan gambar-gambar wanita yang ada di profil Instagram milik mereka. Kemudian, organisasi tersebut memanipulasi foto-foto ini dengan aplikasi otomatisasi berdasarkan kecerdasan buatan (AI) melalui platform Telegram agar terlihat seperti sedang telanjang. Karena tindakan yang dilakukan, SLKDP mendapat sanksi pemecatan dari Universitas Udayana.

