JAKARTA, Zona Gadget
Pemanfaatan teknologi digital hingga kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam kegiatan logistik dapat membantu meningkatkan efisiensi dan memangkas biaya logistik.
Dengan demikian, pemanfaatan teknologi terbaru ini mutlak diperlukan.
Hal ini yang ditawarkan oleh forwarder.ai dalam mengembangkan dua produk digital terbarunya, yakni Software as a service (SaaS) – Forwarder Scalable Intelligence System (Forsis) dan Forwarder Data Exchange (Fordex) berbasis API (Application Programming Interface).
Kedua produk yang saling melengkapi ini menjadi andalan terbaru dalam memangkas biaya logistik.
Chief Operations Officer forwarder.ai Ferna Arga Wijaya menjelaskan keberadaan produknya demi menjawab tiga masalah utama dalam aktivitas logistik, yakni visibilitas, proses manual, serta aktivitas pelanggan yang terfragmentasi.
Menurutnya, salah satu permasalahan kemacetan di pelabuhan misalnya, dapat terselesaikan melalui visibilitas digital, sehingga dapat diketahui secara real time, sehingga kemacetan dapat terhindarkan ketika salah satu dermaga tengah penuh.
Kemudian, jika sudah terintegrasi, seharusnya kemacetan juga akan bisa terhindari.
“Kalau proses manual, perusahaan logistik menengah ke bawah, dia enggak punya sistem, ujung-ujungnya manual juga, booking manual segala macam, akhirnya visibility-nya juga berkurang,” kata Ferna dalam keterangan tertulis, Kamis (8/5/2025).
Adapun, Forsis merupakan transportation management system (TMS) berupa mini Enterprise Resources Planning (ERP) yang mampu meliputi seluruh aktivitas transaksi logistik dari pelanggannya, mulai dari database pelanggan, vendor, pengelolaan order, hingga mengeluarkan invoice.
Kelebihannya, seluruh proses ini dapat meliputi aktivitas logistik darat, laut, dan udara.
Ferna mengungkapkan pembeda utama produknya dengan TMS lain yakni pemanfaatan kecerdasan buatan dalam optimalisasi rute perjalanan serta helpdesk yang dibantu oleh AI.
Apalagi, lanjutnya, jika Forsis ini dilengkapi dengan Fordex yang merupakan Application Programming Interface (API) atau aplikasi pemrograman antarmuka yang memungkinkan layanannya terkoneksi satu sama lain, terutama dengan lokapasar milik forwarder.ai.
Fordex memungkinkan integrasi pertukaran data antar sistem yang berbeda, sehingga ketika pelanggan sudah memiliki sistem tersendiri, Fordex dapat mengintegrasikannya dalam dashboard utama miliknya.
Forsis dan Fordex sudah siap untuk terintegrasi (API ready) dengan sistem pembayaran digital, sehingga pengguna maupun pelanggannya dapat membayar secara digital tak lagi melakukan transfer manual.
Ferna menuturkan, pemanfaatan kecerdasan buatan dalam Forsis memungkinkan trucking memaksimalkan rute jalan (route optimization) sehingga dapat memilih rute yang paling ekonomis dan tetap tepat waktu secara real time.
“Nah, dari pricing yang pelanggan ini mau, pengguna Forsis ya ketika dia jual, dia akan mempertimbangkan hal itu. Biayanya berapa persen? Mungkin 20 sampai 30 persen dari biaya operasional mereka akan lebih murah ya,” jelasnya.
Sementara itu, Chief Executive Officer forwarder.ai Stephanus Sugiharto menjelaskan, bagi pelanggan yang memiliki atau membutuhkan aktivitas logistik multimoda dengan pengiriman antar pulau, penggunaan Forsis dan forwarder.ai pun dapat turut memangkas biaya.
“Nah, karena kami sudah mempunyai ekosistem pengiriman via container misalkan dengan harganya kompetitif, dari sana bisa langsung ada dampak efisiensinya secara cost door-to-door. Ya mungkin bisa dikatakan 15 sampai 20 persen efisiensinya,” tambahnya.
Dari sisi keamanan dan kerahasiaan data, forwarder.ai juga mengedepankan perlindungan data dengan kedua piihak terlebih dahulu menandatangani perjanjian non-disclosure agreement (NDA) atau perjanjian kerahasiaan.
forwarder.ai, lanjutnya, menawarkan kompetensi berupa informasi yang dimiliki sebagai suatu ekosistem logistik dan dapat menyarankannya kepada pelanggan.
Setidaknya, mungkin cara kerjanya seperti ini: minimal kita ingin menjadi sebuah platform logistik yang handal dan dapat dipercaya. Kita bisa memberikan informasi tentang rute mana yang paling efisien, serta memilih jalur pelayaran terbaik berdasarkan pengetahuan dan pengalaman kita, lalu mengkomunikasikan hal tersebut kepada para pemakai potensial layanan kita.
Stephanus menjelaskan bahwa asas utama dari forwarder.ai adalah transparansi, di mana biaya pengiriman bisa dilihat secara langsung oleh para penggunanya. Seiring berjalannya waktu, keberadaan sifat terbuka ini mengubah pelanggan menjadi mitra.
“Sekilas kita mengira akan melakukan distribusi, tetapi saat langsung bekerja dengan pemilik barang, ternyata kita melaksanakan distibusi. Meskipun demikian, selama prosesnya, kita malah menjadi mitra dan saling bersinergi begitu. Sehingga tidak jarang pula mereka yang awalnya hanya sebagai klien kemudian menjelma menjadi rekan kerja juga,” ungkapnya.

