Zona Gadget
– Mengerti kecerdasan kolektif itu tak mudah. Perilaku sosial dalam suatu grup enggak bisa cuma dilihat dari tindakan masing-masing anggota atau interaksinya saja yang timbal balik.
Menurut laporan di The Harvard Gazette, sekelompok peneliti dari Harvard Medical School dan Columbia University sedang mengkaji ikan elefantnose (Gnathonemus petersii), yang merupakan jenis ikan berlistrik berasal dari Afrika barat dan tengah. Tujuan mereka adalah untuk menyelidiki bagaimana kebijaksanaan atau intelektualitas bersama dapat timbul pada populasi organisme hidup tersebut.
Penelitian ini merupakan bagian dari disiplin ilmu NeuroAI yang menyatukan analisis sistem biologi dengan inteligensi buatan.
Bahasa Listrik sebagai Model Interaksi Sosial
Ikan elephantnose menghasilkan impuls listrik yang disebut electric organ discharges (EODs) untuk berkomunikasi, mencari makan, hingga kawin.
“Mereka melakukan segalanya dalam hidup melalui impuls listrik,” ujar Kanaka Rajan, peneliti dari Kempner Institute dan Harvard Medical School.
Bahasa komunikasi ikan ini terdiri dari rangkaian impuls listrik identik. Maknanya tergantung pada frekuensi dan pola pulsa, menyerupai “kalimat” dalam bahasa manusia.
Walau sederhana, sistem ini menunjukkan perilaku sosial terkoordinasi yang relevan untuk memahami dinamika dalam kelompok manusia atau sistem AI multi-agen.
Simulasi Digital Mengungkap Strategi Bertahan Hidup
Rajan dan tim menciptakan model komputer berbasis agen buatan yang meniru perilaku ikan elephantnose.
Lewat simulasi evolusi, mereka menemukan bahwa ketersediaan makanan memengaruhi dominasi perilaku kompetitif atau kooperatif.
Jika sumber makanan terbatas, persaingan meningkat. Sebaliknya, lingkungan yang kaya makanan mendorong kerja sama.
Perilaku tersebut tidak diprogram, tetapi muncul dari seleksi alam buatan selama beberapa generasi simulasi.
Implikasi untuk AI dan Sistem Swarm
Hasil penelitian ini menjadi landasan untuk mengerti cara kerja sistem kecerdasan buatan dalam berinteraksi dan bersinergi secara bersama-sama.
“Beberapa prinsip dari kecerdasan kolektif bisa jadi sangat berpengaruh pada cara sistem-sistem AI saling bertukar informasi dan berkomunikasi,” ungkap Rajan.
Para peneliti pun mulai menyelidiki potensi keberadaan aturan umum dalam berinteraksi dengan orang lain, misalnya minimal berapa banyak individu yang diperlukan agar kolaborasi dapat berjalan dengan baik atau titik ambang di mana pertarungan sengit justru bisa mengakibatkan kerugian.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman atas sistem biologis seperti ikan elephantnose dapat membantu membangun sistem AI yang lebih adaptif dan kooperatif di masa depan, dengan pendekatan berbasis perilaku alami.

