Jumat, Desember 5, 2025
BerandarelationshipsGhosting: Seni Atau Hanya Pembenaran untuk Tidak Bertanggung Jawab?

Ghosting: Seni Atau Hanya Pembenaran untuk Tidak Bertanggung Jawab?


Zona Gadget

– Kamu sedang menikmati percakapan dengan orang tertentu melalui pesan instan setiap harinya. Kalian berbagi cerita, mengirim meme bersama-sama, bahkan bertukar ucapan “Selamat tidur” seperti sebuah kebiasaan yang harus dilakukan. Namun secara mendadak, tanpa pemberitahuan apapun, mereka menghilang begitu saja dari hidupmu. Tak ada kabar baik atau buruk, tak juga membalas pesan-pesanmu, dan semesta komunikasi antara kalian pun tampak sirna layaknya terhapus oleh suatu program pengaturan media sosial. Kamu bergulat dengan riwayat obrolan untuk mencari petunjuk tentang apa kesalahanku? Tetapi tidak pernah ada jawaban bagi pertanyaan itu tersebut. Inilah realitas mengerikan dalam fenomena yang disebut ghosting.

Fenomena ghosting telah menjadi bagian tak terpisahkan dari interaksi interpersonal masa kini. Terlebih lagi di tengah perkembangan teknologi saat ini, dimana percakapan dapat diputus secara instan cukup dengan menekan tombol blokir, mengabaikan panggilan, atau bahkan memalsukan kesibukan. Hubungan dekat yang pernah erat bisa mendadak hancur tanpa alasan apapun dan dalam waktu singkat. Hal itu sungguh menjengkelkan karena tidak adanya klarifikasi apa pun; tinggal kebisuan yang meninggalkan banyak pertanyaan.

Uniknya, ada orang yang memandang ghosting sebagai suatu kesenian. Seperti “teknik siluman” untuk pergi tanpa membuat keributan. Namun, bagi pihak yang ditinggalkan, hal tersebut bagai dibuang di lautan lepas tanpa pelampung. Membuat mereka terus-menerus bertanya-tanya: Apakah ghosting hanyalah cara cerdas dalam mengelakkan diri dari perselisihan, atau hanya dalih tipu muslihat untuk lari dari kewajiban emosi?

Ghosting kerap kali disamarkan dengan frasa “lebih baik pergi diam-diam daripada menimbulkan rasa sakit.” Namun, pada kenyataannya, kesunyian itu malah menciptakan penderitaan. Saat seseorang secara mendadak lenyap seperti tidak ada apa-apanya, yang tersisa tak hanya sekadar kehilangan tetapi juga bingung dan terluka dalam cara yang sulit untuk diceritakan. Sebab tanpa pengakhiran, kita menjadi bingung tentang bagaimana mulai melanjutkan hidup setelahnya.

Pada sejumlah situasi, fenomena ghosting muncul ketika pihak pengecoh kurang mengerti bagaimana menyampaikan emosi mereka secara efektif. Mereka belum berani untuk berkata “sudah tidak sesuai,” “saya tidak ingin melanjutkannya,” atau “saya memerlukan ruang.” Akan tetapi, hal tersebut bukanlah alasan yang sah. Meski sulit, komunikasi yang transparan masih merupakan opsi yang lebih unggul dibandingkan hilang tanpa kabar dan menciptakan rasa sakit di dalam hati orang lain.

Lebih buruk lagi, perilaku ghosting ini kerap dipandang sebagai suatu hal yang wajar. Sepertinya kita memiliki hak untuk tiba-tiba lenyap tanpa jejak dari kehidupan seseorang hanya karena berpikir “tidak ada kewajiban.” Namun, seharusnya disadari bahwa setiap hubungan yang telah melibatkan emosi, perhatian, dan ikatan, juga membawa konsekuensi. Tidak berarti harus membebani diri sendiri dengan tanggung jawab terhadap perasaan orang lain, tetapi paling tidak memiliki keberanian untuk menuntaskan apa yang sudah dimulai.

Di sisi lain, ghosting juga bisa jadi refleksi dari pola hubungan kita sendiri. Kenapa kita begitu mudah menghilang? Atau kenapa kita sering jadi korban ghosting? Mungkin ada pola yang belum kita sadari, mungkin kita terlalu cepat terikat, atau mungkin kita juga pernah “ghosting diri sendiri” nggak jujur sama apa yang kita rasakan.

Intinya, ghosting bukan seni, bukan strategi, apalagi “trik elegan” buat putus hubungan. Itu hanyalah cara mudah buat kabur dari ketidaknyamanan. Dan di balik semua itu, yang dibutuhkan sebenarnya cuma satu: keberanian buat jujur, bahkan kalau itu bikin nggak enak. Karena nggak ada yang lebih menyakitkan daripada ditinggal tanpa alasan.

Kalau kamu pernah di-ghosting, ingat: itu bukan salahmu. Kamu cuma ketemu orang yang belum cukup dewasa buat bicara. Dan kalau kamu pernah ghosting orang lain, mungkin sekarang saatnya belajar menutup dengan layak. Karena dalam hubungan apapun, akhir yang jelas jauh lebih baik daripada hilang tanpa jejak.

Menghilang: apakah ini cara untuk berlindung atau hanya kekanakan emosional? Ketahui alasannya bahwa terkadang diam tidak selalu menjadi pilihan terbaik dalam sebuah hubungan. ***

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular