Dalam beberapa minggu belakangan, warga negara Indonesia heboh membahas tentang World ID, yaitu suatu sistem pengesahan yang bertujuan untuk menjamin bahwa individu tersebut merupakan manusia nyata dan berbeda-beda dalam dunia maya. Ini menggambarkan pertumbuhan kesadaran publik akan kebutuhan perlindungan informasi pribadi serta kewajiban.
Belakangan ini, sebuah penelitian skala nasional pun mengungkapkan hal yang sama tersebut.
99,5% masyarakat Indonesia
Ini sejalan dengan ketertarikan global tentang manajemen data dalam era kemajuan cepat dari teknologi yang didasarkan pada kecerdasan buatan (AI).
Kepedulian publik ini jelas sangat relevan dan memiliki arti yang mendalam. Sikap pesimistis berperan signifikan dalam membantu masyarakat menavigasi teknologi baru, khususnya saat teknologi itu berkaitan erat dengan hak asasi manusia.
Pada kondisi semacam itu, pengetahuan yang tuntas tentang cara kerja teknologi berbasis privasi serta potensinya untuk menopang sasaran nasional menjadi elemen penting dalam menciptakan keyakinan jangka panjang. Ini sesuai dengan upaya Indonesia yang terus maju di bidang inovasi digital.
-
‘World’ Si Pembatas Antara Manusia dan Bot AI Buatan Sam Altman yang Sempat Menuai Polemik
-
Pengembang Worldcoin Bela Diri Tak Simpan Data Pribadi Usai Dibekukan Komdigi
-
INFOGRAFIK: Kontroversi Proyek ‘Biometrik’ World Network
Kepribadian dan Kekuatan Kontrol Sebagai Landasan Utama
World ID bukan merupakan suatu sistem identifikasi konvensional. Teknologi tersebut tidak menerbitkan kartu tanda pengenal, tidak menyimpan informasi sensitif, dan tidak berhubungan dengan database milik negara. Sebaliknya, World ID difokuskan pada menjaga kerahasian informasi individu guna memudahkan pembuktian bahwa seseorang adalah makhluk hidup asli dan unik dalam ranah digital tanpa harus mengungkap detail diri mereka.
Sistem ini memanfaatkan teknologi enkripsi tingkat tinggi untuk menegaskan keaslian seseorang, tanpa terhubung ke nama, nomor telepon, atau Nomor Induk Kependudukan. Informasi biometrik, contohnya foto retina mata, dikelola secara instan lalu dibuang serta tak disimpan. Dengan demikian, sistem ini dapat mengkonfirmasi bahwa seseorang merupakan subjek yang benar-benar unik, tanpa merugikan privasi penggunanya.
Hal penting lainnya, World ID tidak membuat profil para pengguna atau mengumpulkan data yang bisa diperjualbelikan. Kode iris terenkripsi yang dihasilkan saat proses verifikasi tidak terhubung dengan akun pribadi maupun riwayat perilaku pengguna apa pun.
Dengan demikian, data ini tidak memiliki nilai komersial. Pengguna tetap memegang kendali penuh, termasuk pilihan untuk menonaktifkan verifikasi mereka kapan saja. Pendekatan ini selaras dengan Undang Undang Perlindungan Data Pribadi (PDP) Indonesia tahun 2022, dan mencerminkan visi untuk beralih ke teknologi yang dapat membangun kepercayaan digital tanpa mengorbankan privasi pengguna.
Audit pada tahun 2024
Yang dijalankan oleh perusahaan keamanan siber ternama, Trail of Bits, menjamin bahwa sistem World ID sudah mencapai standar tinggi berkaitan dengan kerahasiaan dan proteksi. Alat Orb juga terbukti tidak menyimpan, mengirimkan, atau mengakses informasi identitas pengguna apapun kecuali yang dibutuhkan untuk tahapan verifikasi tersebut.
real-time
.
Inklusi, Bukan Eksploitasi
Kesadaran publik juga terfokus pada bonus yang ditawarkan selama masa pendaftaran World ID di awal. Di periode pembukaan tersebut, para peserta memiliki kesempatan untuk mendapatkan beberapa aset digital dalam bentuk token Worldcoin (WLD), dengan tujuan meningkatkan tingkat penggunaannya.
Insentif ini bukan termasuk sebagai bayaran atas data karena tak ada pengumpulan atau penyimpanan data sama sekali. Tujuan insentif tersebut adalah untuk mereduksi rintangan dalam mendapatkan akses serta memperluas partisipasi, khususnya pada kelompok-kelompok yang sebelumnya belum sepenuhnya dapat menikmati keuntungan dari teknologi digital.
Dengan lebih dari 180 juta pengguna ponsel pintar dan penetrasi internet mendekati 80%, Indonesia memiliki landasan yang kuat untuk pertumbuhan digital. Meski demikian, akses terhadap inovasi masih belum merata. Inisiatif pemerintah seperti Identitas Kependudukan Digital (IKD), yang kini telah digunakan oleh lebih dari 18 juta orang, menunjukkan komitmen Indonesia dalam menghadirkan layanan digital yang inklusif.
Meskipun World ID bukan identitas resmi dari pemerintah, sistem ini menawarkan solusi pelengkap yang menjaga privasi dan memberikan cara yang adil bagi setiap individu untuk membuktikan bahwa mereka adalah manusia asli di dunia digital. Sekaligus mendukung upaya yang lebih luas dalam membangun kepercayaan di ruang digital tanpa menggantikan atau menduplikasi identitas resmi.
Tunjangan yang disediakan bersifat sementara dan tak terkait dengan informasi pribadi pengguna. Dengan berjalannya waktu, keberadaan jaringan semacam World ID akan ditentukan oleh tingkat keterlibatan langsung para pemakai serta ragam keuntungan yang dapat diciptakan lewat akses internet yang lebih luas dan adil.
Membangun Kepercayaan di Ranah Digital Mendatang
Indonesia berada di jalur yang jelas untuk menjadi kekuatan ekonomi digital pada tahun 2045. Memastikan bahwa masyarakat dapat memanfaatkan teknologi di era AI dengan penuh kepercayaan, martabat, dan keamanan menjadi bagian penting dari visi ini.
Kemampuan untuk memastikan bahwa seseorang adalah manusia nyata di ruang digital—tanpa mengungkap identitas pribadinya—bukanlah sekadar isu privasi, melainkan landasan penting untuk membangun kepercayaan dalam ruang digital.
Fenomena seperti
deepfake
,
bot
, dan penipuan daring sudah mengikis rasa aman dan percaya di dunia digital. Sistem seperti World ID, yang memungkinkan verifikasi manusia nyata tanpa mengorbankan anonimitas, dapat membantu memperkuat integritas dari setiap interaksi digital.
Meski demikian, kepercayaan tidak sekadar dibentuk oleh kode-kode digital. Perlu keterbukaan, akuntabilitas, dan keterlibatan aktif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, komunitas teknologi, hingga pengguna sehari-hari.
Di tengah upaya Indonesia merancang masa depan digitalnya, kehadiran teknologi seperti World ID—yang menjunjung privasi, berfokus pada inklusi, dan selaras dengan nilai-nilai lokal—dapat memberikan kontribusi nyata dalam menciptakan ruang digital yang aman, inovatif, dan penuh kepercayaan.

