ZONA GADGET
Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah membawa perubahan signifikan di berbagai sektor, termasuk dunia pendidikan.
Salah satu inovasi AI paling mencolok adalah ChatGPT, model bahasa generatif dari OpenAI yang mulai digunakan secara luas sejak akhir 2022.
Penggunaan ChatGPT dalam dunia pendidikan memunculkan berbagai peluang menarik, mulai dari pembelajaran yang disesuaikan hingga peningkatan keterampilan menulis siswa.
Akan tetapi, di sisi yang lain, ada pula beberapa hambatan seperti ancaman plagiat, ketergantungan berlebihan, serta khawatir etis.
Melansir dari laman
Supedium,
Berikut sejumlah keuntungan dan hambatan yang dimiliki ChatGPT pada tahap pengajaran di zaman kontemporer ini.
Manfaat ChatGPT dalam Pendidikan
1. Metode Pembelajaran yang Ditetapkan Berdasarkan Keperluan Masing-Masing
Salah satu kekuatan utama ChatGPT adalah kemampuannya menyesuaikan materi pembelajaran dengan kebutuhan individual siswa.
Tidak seperti metode konvensional yang cenderung bersifat umum, ChatGPT dapat menjawab pertanyaan secara
real-time,
membuat bahan pembelajaran semacam rangkuman dan pertanyaan latihan, sampai menampilkan ide-ide rumit ke dalam format yang lebih mudah dipahami.
2. Mengembangkan Keterampilan Tulis-Menulis dan Komunikasi
ChatGPT amat membantu orang-orang yang berkeinginan untuk mempelajari suatu bahasa atau para pelajar yang bertujuan meningkatkan keterampilan penulisan mereka, misalnya melalui proses pemeriksaan kesalahan tatabahasa serta struktur kalimat, memberi stimulan ide tulis bagi siswa yang sedang menghadapi hambatan dalam berkreativitas, dan juga menyuguhkan latihan dialog simulasi bagi pembelajar bahasa asing.
3. Pemanfaatan Pembelajaran Seumur Hidup
ChatGPT hadir sebagai ‘tutor 24/7’ yang dapat menguraikan topik-topik kompleks setiap saat dan memberikan dukungan untuk pekerjaan rumah dalam beragam disiplin ilmu.
Selain itu, ChatGPT juga dapat menyusun soal latihan lengkap dengan pembahasannya. Fitur ini sangat bermanfaat bagi siswa yang tidak memiliki akses ke bimbingan belajar formal.
4. Mendorong Kreativitas dan Pemikiran Kritis
Daripada hanya memberikan jawaban, ChatGPT dapat mendorong siswa untuk berpikir lebih dalam dengan menghasilkan ide untuk esai dan proyek, menjadi ‘lawan debat’ untuk melatih argumentasi, dan memberikan sudut pandang baru terhadap topik tertentu.
Dengan menggunakan metode yang sesuai, ChatGPT bisa menjadi sarana kerja sama untuk mengembangkan keterampilan berfikir kompleks.
5. Mendukung Guru serta Meminimalisir Tugas Administrasi
Untuk para pendidik, ChatGPT menyediakan dukungan yang sangat membantu, mulai dari otomatisasi proses penilaian ujian pilihan ganda, penyusunan kurikulum serta materi pengajaran, sampai memberikan masukan atau umpan balik kepada siswa.
feedback
) cepat terhadap tugas siswa.
Hal tersebut tentunya memungkinkan guru untuk lebih fokus pada interaksi langsung dan pembinaan siswa secara emosional maupun akademik.
Tantangan Integrasi ChatGPT dalam Pendidikan
1. Ancaman terhadap Integritas Akademik
Salah satu kekhawatiran utama adalah penggunaan ChatGPT untuk menyelesaikan tugas secara tidak jujur. Masalah ini mencakup:
– Siswa yang menyerahkan esai hasil AI seolah-olah karya sendiri,
– Ketergantungan yang mengurangi daya pikir kritis,
– Sulitnya membedakan antara karya asli dan konten buatan AI.
Beberapa institusi telah melarang penggunaannya, sementara yang lain mulai mengembangkan kurikulum untuk penggunaan AI secara etis.
2. Risiko Informasi yang Tidak Akurat
Walaupun ChatGPT sangat canggih, sistem AI ini tidak selalu benar. Potensi kesalahan meliputi:
– Memberikan data yang usang atau tidak tepat
– Memunculkan bias berdasarkan dataset pelatihan,
– Gagal memahami konteks khusus pada materi tertentu.
Dalam menggunakan ChatGPT, baik guru maupun siswa perlu untuk mengevaluasi kembali respons AI dengan merujuk pada referensi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3. Ketergantungan dan Melemahnya Kemandirian Belajar
Jika terlalu diandalkan, ChatGPT dapat menyebabkan penurunan kemampuan menyelesaikan masalah secara mandiri, menurunnya keterampilan riset siswa, hingga berkurangnya interaksi sosial dan diskusi langsung di kelas.
Oleh karena itu, menjaga Keseimbangan antara pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dan metode belajar tradisional tetap menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan dijaga.
4. Isu Etika dan Keamanan Data
Penggunaan ChatGPT dalam pendidikan juga menimbulkan dilema etis, seperti potensi pelanggaran privasi jika siswa memasukkan data pribadi, serta bias dalam jawaban AI yang dapat memperkuat stereotip.
Tak hanya itu, adanya ketimpangan akses digital yang memperlebar kesenjangan pendidikan juga dapat muncul sebagai dampak negatif dari penggunaan AI. Maka dari itu, diperlukan kebijakan yang jelas untuk memastikan penggunaan AI yang aman dan inklusif.
5. Transformasi Peran Guru
Dengan berkembangnya teknologi seperti ChatGPT, guru perlu mulai beradaptasi dengan peran sebagai fasilitator dan mentor, memahami cara kerja AI untuk membimbing siswa, hingga menekankan pembinaan karakter dan keterampilan sosial yang tak tergantikan oleh mesin.
Alih-alih digantikan, guru justru akan semakin berperan penting dalam membimbing siswa agar dapat menggunakan teknologi, termasuk AI, secara bijaksana dan bertanggung jawab.
Kunci agar ChatGPT bisa berhasil digunakan dalam pembelajaran bukan dengan menghindarinya, tapi dengan memanfaatkannya secara cerdas untuk menambah pengalaman belajar, sambil tetap memperhatikan tantangan etika dan cara mengajar yang baik.
(*)

