ZONA GADGET
– Pikirkan tentang telepon genggammu berbunyi, tetapi bukannya merasa lega, malah kamu menjadi cemas, meletakkannya, lalu memutuskan untuk menjawab lewat pesan pendek yang berbunyi “Halo, bagaimana kabarmu?”.
Apabila hal tersebut tampak familier, Anda bukan orang tunggal. Penelitian terbaru di Inggris menyatakan bahwa sekitar 70% partisipan dengan rentang usia 18-34 tahun cenderung lebih senang berkomunikasi melalui pesan teks dibanding menelepon langsung, serta sepertiga responden lainnya berkomentar mereka tak pernah merespons telpon masuk sama sekali.
Gerakan ini merambah ke beragam kelompok umur di bawah 40 tahun; mencapai 75% dari generasi milenial di Amerika Serikat mengaku lebih senang mengirim pesan dibandingkan bertutur lisan secara langsung.
Akan tetapi, tidak hanya menjadi suatu kebiasaan budaya untuk menghindari panggilan telepon. Studi dalam bidang psikologi media, ilmu kepribadian, serta neurosains sosial menyatakan bahwa individu yang secara konsisten lebih memilih menggunakan pesan teks memiliki karakteristik profilmorfis tertentu.
Menurut laporan dari geediting.com pada hari Kamis (29/5), berikut adalah lima ciri unik dan adaptif yang umumnya dimiliki oleh orang-orang yang lebih memilih untuk berkomunikasi lewat pesan tertulis:
1. Permintaan Besar terhadap Kebebasan dan Pengendalian Dirinya
Teks yang dikirim memiliki karakteristik tidak sinkron, membolehkan penerima untuk membacanya dan meresponsnya di waktu yang mereka inginkan. Penelitian terhadap para pelajar mengindikasikan bahwa orang-orang dengan derajat otonomi diri yang tinggi cenderung lebih menyukai berkomunikasi melalui pesan daripada bertemu secara langsung.
Deringan telepon dianggap sebagai gangguan yang memaksa mereka mengikuti tempo orang lain, sedangkan pesan teks memberi mereka kebebasan mengatur waktu dan mengolah respons secara lebih tenang.
2. Prosesor Kognitif dalam Penyusunan yang Memerlukan Waktu untuk Menggabungkan Informasi
Penyampai pesan teks diidentifikasi sebagai “pembicara yang penuh pertimbangan”. Mereka memakai masa tunggu ekstra untuk menghasilkan balasan yang lebih mendalam dan bermutu.
Studi tentang bahasa mengungkap bahwa kata-kata dan susunan kalimat pada pesan teks cenderung lebih rumit daripada pembicaraan langsung. Ini mencerminkan adanya perhatian terhadap detail serta tekad untuk menyampaikan informasi dengan akurat.
3. Kepekaan Tinggi terhadap Beban Sosial (Telephobia)
“Telephobia” atau ketakutan terhadap panggilan telepon merupakan bagian dari kecemasan sosial. Aktivitas otak terkait ancaman aktif saat panggilan masuk, namun tidak saat pesan teks diterima.
Seseorang yang menderita telephobia biasanya memiliki rasa simpati yang besar dan lebih suka menggunakan pesan singkat untuk mengelakkan kemungkinan kesalahan saat berbicara secara langsung. Mereka pun ahli dalam menafsirkan petunjuk halus pada pesan singkat, contohnya emotikon serta durasi antar balasan.
4. Empati Digital dan Kreativitas Linguistik yang Tinggi
Pesan teks membutuhkan kemampuan menyampaikan makna secara ringkas dan tepat. Peneliti menemukan bahwa pengirim pesan aktif cenderung memiliki keterbukaan pengalaman dan kecerdasan verbal yang tinggi.
Mereka mampu menggunakan singkatan, humor, dan emoji untuk mengekspresikan emosi dengan efektif. Kreativitas ini juga terlihat dalam kemampuan mengidentifikasi dan memberi label emosi secara tepat, terutama pada remaja yang terbiasa berkomunikasi melalui teks.
5. Kefektifan dan Fokus yang Tegas Pada Tujuan
Pengguna pesan teks cenderung memandang komunikasi secara efisien, memilih saluran yang paling tepat berdasarkan kebutuhan. Pesan teks lebih cepat dan praktis untuk keperluan logistik atau diskusi singkat dibandingkan panggilan telepon.
Sikap pragmatis ini juga berhubungan dengan kemampuan manajemen waktu dan kehati-hatian, sehingga mereka menyimpan percakapan yang memerlukan kedalaman emosional untuk telepon atau pertemuan langsung.

