ZONA GADGET,
JAKARTA — Kompetisi untuk mendapatkan bakat terbaik dalam bidang tersebut menjadi semakin sengit.
kecerdasan buatan (AI)
makin menggila.
Meta
, perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp dikabarkan mengusulkan insentif pendaftaran senilai hingga $100 juta atau setara dengan Rp1,6 triliun serta kenaikan gaji tahunan demi memikat para ahli AI.
OpenAI
, pencipta ChatGPT.
Pada saat yang sama, CEO OpenAI Sam Altman menyatakan bahwa anggota tim intinya dengan senang hati menolak penawaran yang sangat menguntungkan tersebut.
Berdasarkan laporan dari Techcrunch dan Quartz pada hari Kamis, tanggal 19 Juni 2025, Sam menyatakan keterkejutan atas jumlah tawaran yang diberikan oleh Meta. Tawaran ini cukup signifikan hingga melibatkan banyak pihak di OpenAI termasuk bonus untuk menandatangani kontrak sebesar US$100 juta.
” Ini luar biasa. Saya sangat girang, sampai saat ini, tak satupun dari orang-orang unggulan kita yang mengakuinya,” kata Sam.
Sam menilai, alasan utama peneliti OpenAI bertahan bukan soal uang, melainkan keyakinan bahwa OpenAI punya peluang lebih besar untuk mewujudkan superintelligence—AI yang melampaui kecerdasan manusia dalam memori, penalaran, dan pengetahuan.
Dia pun menggarisbawahi kebudayaan kerja khas OpenAI yang berfokus pada misi dan pengaruh global, daripada hanya mementingkan imbalan finansial.
Tindakan tegas yang dilakukan oleh Meta saat ini berlangsung seiring dengan usaha CEO Mark Zuckerberg dalam mendirikan kelompok “superintelligence” yang terdiri dari 50 ahli penelitian papan atas. Strategi kunci bagi Meta melibatkan penggelaran dana besar ke Scale AI, sebuah perusahaan rintisan vital dalam bidang pelabelan data untuk pembuatan model artificial intelligence.
Minggu lalu, Meta menyatakan akan berinvestasi sebesar US$14,3 miliar guna memperoleh 49% saham dari perusahaan Scale AI dan menambahkan Chief Executive Officer-nya, Alexandr Wang, ke dalam jajaran tim superintelligence milik Meta.
Wang, yang dikenal sebagai miliarder muda dan pendiri Scale AI, akan memimpin divisi baru di Meta, meski bukan dari latar belakang ilmuwan riset. Langkah ini dinilai sebagai upaya Meta untuk mempercepat komersialisasi dan pengembangan AI, sekaligus mendapatkan akses ke jaringan talenta dan data yang luas milik Scale AI.
Fortune menyebut Meta dan OpenAI sebagai raksasa teknologi dengan jumlah pengguna terbesar. Meta AI, asisten AI buatan Meta, telah mencapai satu miliar pengguna aktif bulanan di seluruh aplikasi Meta. Sementara OpenAI melaporkan 500 juta pengguna aktif mingguan untuk ChatGPT dan produk turunannya pada April 2025.
Sam menyuarakan kritikan atas pendekatan Meta yang berlebihan dalam hal kompensasi keuangan. Menurutnya, taktik seperti itu tak akan menciptakan lingkungan inovatif yang kokoh di masa depan. “Menurut pandangan saya, ada dua arah yang bisa ditempuh: OpenAI memiliki potensi besar untuk meraih superintelligence dan kemungkinan bakal menjadi entitas bisnis dengan nilai lebih tinggi,” ungkap Altman.
Sebaliknya, beberapa ahli mengkritik bahwa Meta sedang berusaha untuk menyusul ketinggalannya setelah merugi banyak peneliti AI penting dalam beberapa tahun belakangan ini dan mendapatkan respon yang kurang hangat terhadap model AI terbarunya, yaitu Llama 3.

