ZONA GADGET,
JAKARTA —
Microsoft
disebutkan akan segera menarik diri dari diskusi krusial tersebut
OpenAI
pertanyaan tentang perpanjangan dari kerjasama strategis bernilai miliaran dolar AS.
Berikutnya adalah rencana OpenAI yang bertujuan untuk merombak strukturnya dari sebuah institusi nonprofit menjadi suatu entitas bisnis yang menguntungkan.
Menurut artikel di Financial Times pada hari Kamis (19/6/2025), Microsoft dikabarkan sedang berpikir untuk mengakhiri pembicaraan apabila kedua belah pihak gagal mencapai kesepakatan tentang beberapa masalah penting, seperti besarannya kepemilikan saham Microsoft di OpenAI di masa mendatang.
Walaupun begitu, Microsoft tetap memegang kontrak komersial yang sah sampai tahun 2030, memberikan jaminan akses mereka ke teknologi OpenAI.
Microsoft diprediksi akan mempertahankan perjanjian tersebut kecuali ada tawaran yang jauh lebih menarik. Keduanya terus melakukan negosiasi dengan sengit dan yakin bisa mencapai persetujuan akhir.
“Kami memiliki kemitraan jangka panjang yang produktif dan telah menghadirkan berbagai alat AI luar biasa. Pembicaraan masih berlangsung dan kami optimistis akan terus membangun bersama di masa depan,” demikian pernyataan bersama Microsoft dan OpenAI.
Langkah konversi menjadi perusahaan profit penting bagi OpenAI untuk mengakses pendanaan yang lebih besar dan membuka peluang untuk melantai di bursa saham.
Microsoft harus memberikan persetujuan untuk perubahan tersebut sebelum akhir tahun. Apabila hal itu tak terwujud, OpenAI berpotensi kehilangan dukungan finansial senilai miliaran dolar dari pihak investor lain seperti SoftBank.
Selama setahun terakhir, kedua pihak berselisih soal besaran saham Microsoft di struktur baru OpenAI, yang berkisar antara 20% hingga 49%, sebagai imbal balik atas total investasi Microsoft lebih dari US$13 miliar atau mencapai Rp212,73 triliun sejak 2019.
Mereka sedang memperbaharui negosisasi dari perjanjian khusus semula yang mengizinkan Microsoft memiliki hak penjualan tunggal untuk teknologi OpenAI dan bagi hasil sebesar 20% sampai keseluruhan penerimaan mencapai $92 miliar atau setara dengan kurang lebih Rp1.505,49 triliun.
Microsoft Menolak …
Penolakan Microsoft
Microsoft menolak untuk mengurangi porsi akses maupun bagi hasil tersebut. Sumber yang dekat dengan Microsoft menyebutkan perusahaan tidak merasa tertekan karena masih memiliki kontrak yang berjalan dan siap menjalankannya hingga 2030.
“Yang dilihat pasar adalah berapa besar pendapatan Microsoft dari kerja sama ini, bukan berapa persen saham yang dimiliki di OpenAI. Jika kesepakatan baru justru mengurangi pendapatan, Microsoft perlu menimbang ulang, apa yang akan didapatkan sebagai gantinya,” kata sumber tersebut.
Sebaliknya, diketahui bahwa OpenAI pernah mengkaji kemungkinan langkah terhadap Microsoft yang melibatkan penggunaan tuduhan praktek monopoli apabila pembicaraan tidak mencapai titik kesepakatan. Akan tetapi, seorang sumber di kubu Microsoft menyatakan bahwa tindakan semacam itu hanya merupakan bagian dari upaya tekanan standar.
“Microsoft saat ini sedang menahan diri, dan itu strategi mereka untuk membuat OpenAI merasa terdesak,” kata sumber yang dekat dengan OpenAI.
Sementara itu, Microsoft telah mulai mendiversifikasi ketergantungannya terhadap OpenAI. CEO Microsoft Corporation Satya Nadella meyakini model AI besar seperti ChatGPT akan menjadi komoditas di masa depan, dan nilai tambah terbesar justru ada pada produk akhir berbasis AI seperti aplikasi dan asisten digital.
Pada Mei lalu, Microsoft mulai menawarkan model Grok dari xAI milik Elon Musk kepada pelanggan layanan cloud-nya.Beberapa klausul penting dalam kontrak kerja sama saat ini juga sedang ditinjau ulang, termasuk hak eksklusif Microsoft untuk menjual perangkat lunak OpenAI melalui layanan cloud Azure, hak penolakan pertama (right of first refusal) dalam penyediaan infrastruktur komputasi untuk OpenAI, hingga hak akses awal atas teknologi OpenAI sebelum mencapai tahap kecerdasan umum buatan (AGI).
Klausul terkait AGI kemungkinan besar akan dihapus. CEO OpenAI Sam Altman dan CFO Sarah Friar juga mengungkapkan perusahaan menghadapi kendala besar dalam memenuhi kebutuhan daya komputasi untuk menjalankan ChatGPT, yang kini digunakan oleh sekitar 500 juta pengguna aktif setiap minggu.
Tension arose because Altman demanded faster access to Microsoft’s infrastructure. Even if an agreement is eventually reached, the transformation process of OpenAI still needs approval from attorneys general in the states of Delaware and California.
Selain itu, proses ini juga tengah menghadapi gugatan hukum dari Elon Musk, yang turut didukung oleh beberapa mantan karyawan OpenAI. Bagi OpenAI, kesepakatan ini krusial.
Pada dua tahap pembiayaan terkini, para investor sepakat bahwa dana yang disetorkan oleh mereka akan dialihkan ke bentuk hutang apabila OpenAI tidak berhasil mencapai status sebagai badan usaha yang menguntungkan.
Apabila langkah ini mengalami kegagalan atau penundaan, para pemodal seperti SoftBank berpotensi untuk merogoh kembali sejumlah dana yang telah mereka janjikan yaitu mencapai US$10 miliar atau kurang lebih Rp163,64 triliun (dengan asumsi kurs Rp16.364 per dolar), dari jumlah keseluruhan US$30 miliar atau senilai dengan Rp490,92 triliun.
Namun demikian, lingkaran dekat OpenAI masih percaya bahwa para investor akan mengejar komitmennya walaupun transformasi perusahaan belum berjalan seperti jadwal yang ditentukan. Di sisi lain, salah satu pemimpin dalam dunia teknologi di Silicon Valley yang memiliki hubungan dengan Microsoft mengatakan, “Microsoft sadar bahwa ini bukan tanggung jawab mereka untuk diselesaikan. Inilah ujian bagi OpenAI.”

