Jumat, Desember 5, 2025
BerandaUncategorizedAI Generatif Ubah Cara Guru Bekerja,92 Persen Pekerja Intelektual Indonesia Gunakan Teknologi...

AI Generatif Ubah Cara Guru Bekerja,92 Persen Pekerja Intelektual Indonesia Gunakan Teknologi Ini

ZONAGADGET, PEKANBARU– Dampak kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), terutama AI generatif seperti ChatGPT, mulai terasa nyata di dunia kerja dan pendidikan di Indonesia. 

Berdasarkan survei terbaru, sebanyak 92 persen pekerja intelektual di Indonesia sudah menggunakan AI generatif dalam aktivitas profesional mereka. Bahkan, 68 persen pemimpin perusahaan menyatakan tidak akan merekrut seseorang yang tidak memiliki keterampilan AI.

Fenomena ini menjadi sorotan utama dalam kegiatan literasi AI yang digelar bersama Dr. Erwin Budi Setiawan, S.Si., MT, Kaprodi S1 Informatika Universitas Telkom Bandung. Erwin merupakan salah satu pemateri pada acara Ngobrol Pintar AI dan Pendidikan yang digelar PT Telkom Indonesia berkolaborasi dengan Tribun Pekanbaru, Jumat (25/7/2025).

Dalam materinya, Dr. Erwin menekankan pentingnya memahami konsep dasar AI seperti ChatGPT dalam konteks pembelajaran. Ia menjelaskan bahwa AI bukanlah robot, melainkan program komputer yang bisa meniru bahkan melebihi kemampuan kognitif manusia.

Contoh pemanfaatan AI dalam kehidupan sehari-hari antara lain asisten virtual seperti Siri dan Google Assistant, aplikasi rekomendasi film, musik, hingga mobil tanpa pengemudi. Dalam dunia pendidikan, aplikasi belajar seperti Duolingo dan Ruangguru juga termasuk dalam kategori AI.

AI sendiri terbagi menjadi Weak AI, Strong AI, dan AI Super—yang terakhir ini digambarkan sebagai AI yang dapat melampaui kecerdasan manusia dalam segala aspek.

Salah satu keunggulan AI generatif adalah kemampuannya dalam memproses data secara cepat, menemukan pola, serta meningkatkan efisiensi dalam aktivitas yang berulang dan membosankan. Di dunia pendidikan, AI juga dapat menjadi “sparring partner” guru dalam menyusun materi ajar, merancang evaluasi pembelajaran, hingga membuat surat rekomendasi.

Meski demikian, Dr. Erwin juga mengingatkan bahwa ChatGPT bukan manusia, dan bisa saja memberikan jawaban yang tidak akurat. Oleh karena itu, etika penggunaannya sangat penting, terutama dalam menghindari plagiarisme dan memastikan bahwa AI digunakan hanya sebagai alat bantu pembelajaran, bukan pengganti akal sehat manusia.

Dalam sesi tersebut juga dikenalkan berbagai platform AI lainnya seperti DeepSeek, Perplexity, Grok, dan Gemini yang menambah wawasan peserta mengenai ragam teknologi yang saat ini tersedia dan terus berkembang.

Erwin juga menjelaskan bahwa Indonesia merupakan pasar potensial untuk adopsi AI. Dimana, 93 persen power user di Indonesia memanfaatkan AI sebagai bagian dari rutinitas kerja mereka. Fakta ini menggarisbawahi pentingnya literasi AI, terutama bagi para pendidik, agar tidak tertinggal dalam transformasi teknologi yang tengah berlangsung.

Sementara itu, Fitri Nauli dari SMAN 3 Bangko Pusako, Rokan Hilir mengaku sangat bersyukur karena mendapat banyak pengetahuan praktis seputar pemanfaatan AI di dunia pendidikan lewat Ngobrol Pintar ini.

“Khususnya mengenai AI dan kependidikan, banyak nanti yang bisa kami terapkan di sekolah. Baik yang dibagikan kepada rekan guru maupun yang diterapkan pada siswa,” kata Fitri.

Sebelumnya, Plt. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau, H. Erisman Yahya, MH dalam sambutannya memberi apresiasi pada Telkom dan Tribun Pekanbaru yang menggelar Ngobrol Pintar. Dia berharap, kegiatan ini mampu mendorong peserta mengajar lebih cerdas di era digital.

Momen luar biasa ini harus dimanfaatkan dan dimaksimalkan untuk kemajuan dunia pendidikan di Riau. Erisman juga berpesan pada peserta yang juga guru agar tidak gagap teknologi atau Gaptek. “Kita harus update pada perkembangan teknologi. Kalau kita Gaptek, tentu bapak ibu akan kesulitan menyelami dunia pendidikan,” ujarnya.

Dia juga bercerita di zaman dulu biasanya siswa belajar dengan kapur dan papan tulis hitam. Tapi sekarang, sulit mendapat papan tulis seperti dulu. Banyak sekolah juga sudah menerapkan digitalisasi. Anak didik juga sudah bisa belajar sendiri dan sumber belajar lain dari internet. “Semua serba digitalisasi,” paparnya.

Hal yang menjadi tantangan adalah transformasi digital. Apalagi, masih ada yang tidak mau berubah. Padahal, seharusnya pendidik mampu menyesuaikan diri dengan kondisi di eranya. “Kita seharusnya tidak boleh ketinggalan teknologi. Tapi harus mampu menggunakan teknologi untuk kebaikan,” ujar dia. (ZONAGADGET/Hendra Simanjuntak)

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular