
CEO NVIDIA, Jensen Huang melontarkan pernyataan unik saat ia ditanya soal, apa yang akan ia lakukan jika mendapat kesempatan kedua balik ke masa lalu. Huang berekelakar akan tekun mempelajari fisika ketimbang ilmu perangkat lunak.
Hal ini diungkapkannya ketika seorang jurnalis bertanya kepada dirinya. “Jika Anda adalah versi Jensen yang berusia 20 tahun yang baru saja lulus hari ini di tahun 2025 tetapi dengan ambisi yang sama, apa yang akan Anda fokuskan?”
“Untuk Jensen yang masih muda, berusia 20 tahun, yang sudah lulus sekarang, dia mungkin akan lebih memilih ilmu fisika daripada ilmu perangkat lunak,” kata Huang, seperti dikutip CNBC.
Huang memperoleh gelar sarjana Teknik Elektro dari Oregon State University tahun 1984 dan memperoleh gelar master di Teknik Elektro dari Stanford University tahun 1992.
Pada April 1993, Huang mendirikan NVIDIA bersama rekan insinyurnya, Chris Malachowsky dan Curtis Priem. Kini NVIDIA menjadi perusahaan pertama di dunia yang yang mencapai kapitalisasi pasar 4 triliun dolar atau sekitar Rp 65 kuadriliun (kurs Rp16.324).
Meski tidak menjelaskan secara spesifik alasan mengapa ia ingin mempelajari ilmu fisika, CEO NVIDIA ini sangat optimistis terhadap “Physical AI”.

Selama bertahun-tahun, Artificial Intelligence telah berevolusi dari “Perception AI” menjadi “Generative AI” yang telah belajar memahami makna informasi dan juga menerjemahkannya ke dalam berbagai Bahasa, gambar, dan kode.
Saat ini AI berada pada era yang disebut “Reasoning AI” yang mampu memahami, menghasilkan, dan memecahkan masalah serta mengenali kondisi yang belum pernah dilihat sebelumnya.
“Reasoning AI memungkinkan kita menghasilkan semacam robot digital. Kami menyebutnya agentic AI,” ujarnya.
Agentic AI pada dasarnya adalah “robot tenaga kerja digital” yang mampu bernalar. Saat ini, agentic AI menjadi fokus utama banyak perusahaan teknologi, seperti Microsoft dan Salesforce.
Huang mengatakan, ke depannya akan ada gelombang baru yang disebut “Physical AI” yang mengharuskan manusia memahami hal-hal seperti hukum fisika, gesekan, inersia, sebab dan akibat.
Penerapan penalaran fisika meliputi memprediksi hasil, seperti di mana bola menggelinding, memahami seberapa besar gaya yang dibutuhkan untuk mencengkeram suatu objek tanpa merusaknya.
“Dan ketika Anda mengambil Physical AI itu dan kemudian memasukkannya ke dalam objek fisik yang disebut robot, Anda mendapatkan robotika,” ungkap Huang.
Ia mengharapkan, dalam 10 tahun ke depan akan banyak pabrik generasi baru dan membantu mengatasi kekurangan tenaga kerja dengan robotik.
Reporter: Muhammad Ardiyansyah

