Perkembangan Teknologi di Dunia Kuliner
Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi kecerdasan buatan (AI) telah memberikan dampak besar dalam berbagai industri, termasuk dunia makanan. Salah satu inovasi yang menarik perhatian adalah munculnya robot kuliner, yang menggunakan AI untuk memasak berbagai hidangan dengan presisi dan efisiensi yang luar biasa. Penggunaan teknologi ini tidak hanya meningkatkan kualitas masakan tetapi juga mengubah cara kerja di industri makanan.
Pengembangan robot kuliner juga membawa isu-isu etis yang penting. Seperti halnya teknologi baru lainnya, ada potensi bahwa robot akan menggantikan peran manusia di bidang ini. Misalnya, pekerjaan seorang juru masak bisa berpindah ke mesin, yang menimbulkan pertanyaan tentang dampak ekonomi dan sosial terhadap tenaga kerja.
Chef Vindex Tengker, seorang tokoh ternama dalam dunia kuliner, menyampaikan pandangannya mengenai perkembangan ini. Ia menilai bahwa teknologi bisa menjadi ancaman sekaligus alat bantu yang berguna. Contohnya, alat seperti kompor gas atau pressure cooker telah membantu mempercepat proses memasak. Dalam talkshow Bibigo Sages Young Chef Competition 2025, ia menjelaskan bahwa teknologi seperti AI dan robotik sudah digunakan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang.
Keunggulan dari penggunaan robotik di bidang kuliner antara lain meningkatkan keterampilan, akurasi, serta keselamatan kerja. Hal ini sangat penting karena manusia sering kali mengalami kelelahan, sehingga risiko kesalahan atau kecelakaan bisa terjadi. Robot, di sisi lain, bekerja tanpa keluhan dan dapat melakukan tugas secara konsisten.
“Banyak orang melihat itu sebagai keuntungan, meskipun investasi awalnya mahal, namun hasilnya konsisten,” ujarnya. Menurutnya, manusia sering kali memiliki alasan seperti sakit atau izin, sedangkan robot tidak mengalami hal tersebut.
Meskipun robot dapat membuat ratusan porsi dalam waktu singkat, Vindex menekankan bahwa semuanya tetap diatur oleh “brain” manusia. Meski demikian, seperti semua mesin, robot juga memerlukan perawatan yang baik agar dapat berfungsi optimal. “Sering terjadi baru beberapa bulan saja alatnya sudah rusak, itu karena kita tidak merawatnya dengan baik,” tambahnya.
Ia menyarankan adanya kolaborasi antara robot kuliner dan manusia. Keduanya dapat saling melengkapi, dengan manusia mengatur proses dan robot membantu dalam pekerjaan yang berulang atau berisiko tinggi.
Kompetisi Memasak yang Mengedepankan Budaya
Bibigo Sages Young Chef Competition 2025 merupakan kompetisi memasak yang bertujuan untuk mempromosikan diplomasi budaya melalui gastronomi Indonesia dan Korea. Kegiatan ini diselenggarakan bersama Bibigo Cheil Jedang dan diikuti oleh puluhan mahasiswa dari berbagai daerah. Mereka telah melewati seleksi sejak Juli dan kini berkompetisi untuk meraih juara.
Hadiah utama dari kompetisi ini adalah tur kuliner ke Korea. Selain itu, acara ini juga menjadi wadah bagi para peserta untuk menunjukkan bakat mereka dalam memasak, sekaligus belajar dari pengalaman para ahli di bidang ini.
Melalui kompetisi ini, diharapkan dapat memperkuat hubungan antara dua negara melalui seni memasak, yang merupakan bagian penting dari budaya masing-masing. Dengan kolaborasi antara teknologi dan manusia, masa depan industri makanan bisa lebih efisien dan inovatif.

