Kekhawatiran Aktor Senior tentang Masa Depan Manusia di Tengah Perkembangan Kecerdasan Buatan
Di tengah kegembiraan dan antusiasme yang terjadi selama Konvensi Komik Tampa Bay, seorang aktor ternama asal Wales, John Rhys-Davies, menyampaikan pernyataan yang mengejutkan. Dikenal sebagai pemeran utama Gimli dalam trilogi The Lord of the Rings, ia tidak hanya membicarakan dunia perfilman, tetapi juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap masa depan umat manusia akibat perkembangan kecerdasan buatan (AI).
Dalam sesi diskusi yang berlangsung beberapa waktu lalu, Rhys-Davies secara jujur menyampaikan kekhawatirannya. Ia menyebut bahwa tidak ada masa depan bagi para aktor jika AI terus berkembang pesat. Menurutnya, AI bisa saja menggantikan peran manusia di berbagai bidang, termasuk industri kreatif.
Rhys-Davies, yang memiliki minat kuat terhadap sains, melihat kehadiran AI sebagai sesuatu yang lebih dari sekadar kemajuan teknologi. Ia menyebutnya sebagai “penciptaan spesies baru” dengan potensi pertumbuhan yang tak terbatas. “Ada beberapa iblis yang diciptakan saat kita berbicara sekarang,” katanya, menggambarkan AI sebagai kekuatan yang mungkin akan lepas kendali manusia.
Ia juga menyampaikan teori “ceruk ekologi” untuk menjelaskan kekhawatirannya. Dalam teori ini, dua spesies tidak bisa saling bersaing dalam satu lingkungan yang sama. Menurut Rhys-Davies, manusia dan AI kini sama-sama bergantung pada sumber daya vital: listrik. Jika pasokan listrik terputus, maka keduanya akan tumbang. Namun, jika listrik tetap tersedia, siapa yang akan bertahan lebih lama?
Meski pernyataannya terdengar suram, Rhys-Davies sempat memberikan nasihat dengan nada satire. Ia menyarankan agar manusia memperlakukan AI seperti remaja yang sulit diatur. Namun, ia juga mengakui bahwa nasihat ini mungkin tidak cukup untuk menghadapi realitas yang kompleks.
Pernyataan Rhys-Davies mencerminkan kekhawatiran yang semakin meningkat, terutama di kalangan pekerja kreatif. Banyak dari mereka mulai merasakan ancaman nyata dari teknologi AI dalam produksi film, suara, hingga penulisan naskah. Meskipun ia bukan satu-satunya tokoh publik yang menyuarakan kekhawatiran ini, kata-katanya memberikan bobot tambahan bagi peringatan dari kalangan seni terhadap masa depan yang semakin dikendalikan oleh algoritma.
Beberapa isu penting yang muncul dari pembicaraan ini adalah:
- Kemungkinan penggantian peran manusia oleh AI di berbagai bidang.
- Ketergantungan pada sumber daya seperti listrik, yang menjadi titik kritis dalam konflik antara manusia dan AI.
- Perlu adanya regulasi dan pengawasan terhadap perkembangan AI untuk mencegah dampak negatif yang tidak terduga.
- Peran seniman dan kreator dalam mengingatkan masyarakat akan risiko yang mungkin timbul dari teknologi canggih ini.
John Rhys-Davies, dengan usia 80 tahun, menunjukkan bahwa kekhawatiran ini bukanlah hal yang bisa diabaikan. Pernyataannya menjadi pengingat bahwa meskipun teknologi berkembang pesat, manusia tetap harus waspada dan memahami konsekuensinya. Dengan demikian, perlu adanya dialog yang lebih luas antara ilmuwan, seniman, dan masyarakat umum untuk memastikan bahwa teknologi tidak mengambil alih kehidupan manusia secara keseluruhan.

