Sabtu, Desember 6, 2025
BerandaUncategorizedRed Hat Dorong Demokratisasi AI dengan Fleksibilitas Cloud Hibrida Terbuka

Red Hat Dorong Demokratisasi AI dengan Fleksibilitas Cloud Hibrida Terbuka

Pendekatan Hybrid Cloud Terbuka untuk Pengembangan Aplikasi AI

Dalam era di mana aplikasi kecerdasan buatan (AI) mulai beralih dari tahap eksplorasi ke produksi, fleksibilitas dalam memilih model, akselerator, dan lingkungan deployment menjadi semakin penting. Perusahaan-perusahaan kini mencari solusi yang dapat menyesuaikan diri dengan berbagai kebutuhan bisnis sambil tetap menjaga keamanan dan kontrol atas data mereka.

Red Hat hadir sebagai solusi yang memberikan pendekatan hybrid cloud terbuka. Dengan konsep ini, organisasi dapat mengakses berbagai teknologi tanpa harus terikat pada satu penyedia layanan tertentu. Hal ini membantu perusahaan menghindari ketergantungan pada satu ekosistem dan memecah silo data yang sering kali menjadi hambatan dalam pengembangan AI.

Tantangan Utama dalam Implementasi AI

Salah satu tantangan utama yang dihadapi organisasi saat memasuki fase produksi adalah kemampuan untuk mengintegrasikan model AI ke dalam aplikasi yang sudah ada. Tim data dan tim aplikasi sering kali bekerja di platform dan lingkungan yang berbeda, sehingga proses integrasi memakan waktu dan tenaga. Hal ini bisa menyebabkan masalah dalam standarisasi, tata kelola, dan keamanan, terutama ketika beban kerja skalanya meningkat.

Untuk mengatasi hal ini, Red Hat mengedepankan pendekatan hybrid cloud terbuka yang memungkinkan pelanggan menggunakan model AI apa pun, akselerator hardware apa pun, serta menjalankan beban kerja di mana saja—baik di cloud publik, private cloud, maupun on-premise. Dengan demikian, perusahaan tidak hanya memiliki fleksibilitas dalam pemilihan teknologi, tetapi juga mampu mengelola infrastruktur secara efisien.

Fleksibilitas Tanpa Batas

Red Hat tidak menyediakan cloud sendiri, tetapi memberikan fleksibilitas bagi pengguna untuk menjalankan aplikasi di berbagai cloud. Platform OpenShift, yang merupakan fondasi Kubernetes-native, memungkinkan perusahaan memilih berbagai Large Language Model (LLM), seperti Llama, Gemini, atau Granite, dan menjalankannya di atas GPU dari NVIDIA, AMD, atau Intel.

Menurut Country Manager Red Hat Indonesia, Vony Tjiu, setiap organisasi memiliki kebutuhan dan kondisi yang berbeda. Oleh karena itu, pendekatan terbuka Red Hat memberikan ruang bagi pelanggan untuk menyesuaikan teknologi sesuai dengan strategi bisnis mereka. “Tidak ada satu solusi yang cocok untuk semua,” ujarnya.

Keamanan dan Kedaulatan Data

Fleksibilitas saja tidak cukup. Dalam tahap produksi, keamanan dan kedaulatan data menjadi prioritas utama. Vony menegaskan bahwa ketika perusahaan memasuki tahap produksi, mereka pasti ingin memastikan bahwa data tetap aman dan berada di data center mereka sendiri.

Red Hat melengkapi setiap layer platform-nya dengan sertifikasi ISO, compliance untuk government cloud, serta keamanan yang tertanam (embedded security). Bahkan, Red Hat Enterprise Linux 10 (RHEL 10) telah dipersiapkan dengan teknologi post-quantum cryptography untuk menghadapi ancaman masa depan dari komputasi kuantum.

Membangun Ekosistem yang Kuat

Di luar platform, Red Hat juga fokus pada pembangunan ekosistem yang kuat melalui kemitraan dan pengembangan talenta. Program Red Hat Academy yang tersebar di lebih dari 200 institusi pendidikan di Asia Pasifik telah melatih lebih dari 26.000 siswa—termasuk 7.500 di Indonesia. Selain itu, Red Hat Talent Network mempertemukan 40 lebih perusahaan rekanan dengan hampir 50 calon lulusan yang siap diserap ke dunia industri.

Solusi Terintegrasi untuk Efisiensi Operasional

Untuk mendukung efisiensi operasional dan mendorong implementasi AI yang lebih luas, Red Hat menyatukan berbagai solusi dalam satu platform yang terintegrasi. RHEL AI menawarkan kernel yang dioptimalkan untuk inferensi di atas GPU. Sementara AI Inference Server berfungsi sebagai pusat manajemen lifecycle model lintas hardware dan cloud.

Berkat integrasi dengan vLLM dari hasil akuisisi Neural Magic, efisiensi beban kerja dapat ditingkatkan dengan biaya GPU yang lebih rendah. Di sisi lain, OpenShift AI mendukung praktik MLOps dengan menyatukan workflow tim data dan aplikasi dalam satu lingkungan yang konsisten.

Untuk perusahaan yang masih mengandalkan VM tradisional, Red Hat kini menghadirkan OpenShift Virtualization Engine sebagai solusi transisi ke lingkungan container dengan biaya dan risiko yang lebih terkontrol.

Kesimpulan

Dengan portofolio produk seperti RHEL AI, OpenShift AI, AI Inference Server, serta OpenShift Virtualization Engine, Red Hat menawarkan satu pendekatan terintegrasi yang memungkinkan perusahaan menjalankan, mengelola, dan mengamankan berbagai jenis beban kerja, baik aplikasi AI maupun aplikasi tradisional, di berbagai lingkungan. Pendekatan ini dirancang untuk memberikan fleksibilitas pilihan teknologi sekaligus menjaga kontrol atas data dan infrastruktur.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular