Jumat, Desember 5, 2025
BerandaUncategorizedTantangan Adaptasi Kamus Digital, Teknologi AI Masih Perlu Dikembangkan

Tantangan Adaptasi Kamus Digital, Teknologi AI Masih Perlu Dikembangkan

Peran Kecerdasan Buatan dalam Pengembangan Kamus

Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam pengembangan kamus tidak bisa dianggap sebagai solusi instan. Untuk mencapai hasil yang optimal, beberapa faktor penting harus dipenuhi, seperti infrastruktur yang memadai, data latihan berkualitas, tenaga ahli terampil, dan pendanaan yang cukup. Hal ini menjadi syarat mutlak agar implementasi AI dalam pengembangan kamus dapat berjalan dengan baik.

Ian Kamajaya, salah satu pembicara utama dalam Seminar Leksikografi Indonesia (SLI) ke-8 yang digelar di Jakarta, menekankan pentingnya persiapan yang matang sebelum menerapkan teknologi AI. Ian juga dikenal sebagai arsitek dan pengembang Aplikasi Penyuntingan Ejaan Bahasa Indonesia (Sipebi). Menurutnya, meskipun teknologi memiliki potensi besar, optimisme terhadap kemajuan teknologi perlu disertai dengan ekspektasi yang realistis dan pemahaman terhadap tantangan aktual yang dihadapi.

“Indonesia tidak bisa hanya mengikuti tren global tanpa mempersiapkan ekosistem leksikografi yang kuat,” ujar Ian. Ia menilai bahwa penggunaan AI harus didasarkan pada kesiapan yang matang, termasuk dalam hal sumber daya dan pengetahuan teknis.

Pentingnya Peran Kamus dalam Sejarah dan Masa Depan Bahasa Indonesia

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin, menyoroti peran penting kamus dalam sejarah dan masa depan bahasa Indonesia. Menurutnya, kamus bukan hanya sekadar alat bantu, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya dan bahasa. Dalam konteks ini, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjadi salah satu referensi utama bagi masyarakat.

Hafidz menyebutkan bahwa KBBI kini mencatat lebih dari 305 juta pencarian daring. Angka ini menunjukkan betapa pentingnya kamus dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. “Dengan pencarian yang masif ini, menjaga kualitas dan keberlanjutan kamus menjadi semakin krusial,” katanya.

Etika dalam Penggunaan Teknologi AI

Hafidz juga menekankan bahwa AI tidak hanya sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai medium penyebaran nilai-nilai kebahasaan. “Etika dalam berbahasa itu penting. Kata-kata dalam KBBI bersumber dari kita sendiri. Maka KBBI harus mampu menjadi rujukan utama bagi sistem AI,” ujarnya.

Menurut Hafidz, jika tidak dikelola dengan baik, AI justru bisa menyebarkan kosakata yang tidak santun atau bertentangan dengan nilai budaya lokal. “Jangan sampai kosakata yang tidak santun dan tidak sesuai nilai budaya Indonesia justru menjadi yang paling mudah ditemukan melalui AI,” katanya.

Peluang Teknologi dalam Pelestarian Bahasa Daerah

Hafidz mengajak untuk melihat peluang dari teknologi, khususnya dalam pelestarian bahasa daerah. Misalnya, ia membayangkan bagaimana AI bisa membantu anak muda mencari padanan kata dalam berbagai bahasa daerah. “Bayangkan jika anak muda ingin mencari padanan kata ‘saya’ dalam sepuluh bahasa daerah, lalu AI langsung menyajikannya lengkap dengan suara penuturnya,” ujarnya.

Dengan demikian, AI bisa menjadi alat yang sangat berguna dalam melestarikan keragaman bahasa dan budaya di Indonesia. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan kolaborasi antara para ahli leksikografi, pengembang teknologi, dan komunitas bahasa. Dengan persiapan yang matang dan pengelolaan yang baik, AI bisa menjadi mitra yang efektif dalam pengembangan kamus dan pelestarian bahasa Indonesia.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular