Meningkatnya Ancaman Penipuan Deepfake di Indonesia
Teknologi kecerdasan buatan (AI) kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Meskipun memberikan berbagai manfaat, teknologi ini juga membawa ancaman serius, salah satunya adalah penipuan berbasis deepfake. Deepfake adalah teknik manipulasi wajah dan suara seseorang agar tampak seperti asli. Modus penipuan ini semakin marak dan menimbulkan kerugian besar bagi banyak orang.
Salah satu modus yang paling umum adalah penggunaan video call palsu. Pelaku bisa memalsukan wajah artis atau tokoh terkenal untuk menjebak korban. Contohnya, kasus viral beberapa waktu lalu menampilkan wajah Raffi Ahmad dalam panggilan video, menawarkan hadiah senilai Rp100 juta. Namun, semua itu hanyalah tipuan yang menggunakan AI untuk menipu para korban.
Berbagai Bentuk Modus Penipuan Deepfake
Deepfake tidak hanya digunakan untuk meniru artis, tetapi juga orang-orang dekat korban. Penipu bisa berpura-pura sebagai keluarga, pasangan, atau bahkan atasan untuk melancarkan aksinya. Dengan cara ini, mereka dapat dengan mudah memperoleh informasi pribadi atau uang dari korban.
Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah kasus penipuan deepfake di Indonesia meningkat drastis, mencapai 1.550% antara tahun 2022 hingga 2023. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ini semakin mengkhawatirkan dan perlu mendapat perhatian serius.
Korban sering diminta mentransfer uang atau memberikan data pribadi. Karena tampilan dan suaranya sangat meyakinkan, banyak orang tidak sadar bahwa mereka sedang menjadi target penipuan. Selain wajah, suara juga bisa dimanipulasi sehingga terdengar persis seperti aslinya. Kombinasi ini membuat korban sulit membedakan antara panggilan asli atau deepfake berbahaya.
Ciri-Ciri Video Call Deepfake yang Harus Diwaspadai
Ada beberapa tanda yang bisa dikenali untuk mengidentifikasi video call deepfake. Pertama, gerakan mata yang tidak alami dan jarang berkedip bisa menjadi indikasi. Arah pandangan juga sering tidak sesuai dengan posisi sebenarnya.
Ekspresi wajah biasanya terlihat kaku dan tidak sinkron dengan emosi yang ditunjukkan. Misalnya, saat tertawa, bibir bergerak tetapi mata tetap datar. Detail wajah juga sering terlihat janggal, seperti garis rambut kabur, rahang buram, atau bagian wajah yang tampak ditempelkan secara digital.
Sinkronisasi antara suara dan bibir juga bisa menjadi petunjuk. Suara terdengar robotik, datar, atau tidak sesuai intonasi alami manusia. Selain itu, kualitas video sering berbeda pada beberapa bagian, terutama tepi wajah atau latar belakang yang tampak kabur atau tidak konsisten.
Isi pembicaraan juga patut dicurigai. Umumnya, isi percakapan berisi iming-iming hadiah besar, kondisi mendesak, lalu disusul permintaan uang atau data pribadi. Panggilan juga sering berasal dari akun anonim, nomor tak dikenal, atau sumber yang sulit diverifikasi secara resmi dan kredibel.
Tips Menghindari Penipuan Deepfake
Untuk melindungi diri dari penipuan deepfake, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Pertama, jangan mudah percaya panggilan video dari nomor tak dikenal yang mengaku memberi hadiah. Kedua, perhatikan detail suara dan ekspresi wajah. Distorsi, jeda aneh, atau ekspresi tak alami bisa menjadi tanda deepfake.
Ketiga, jangan pernah membagikan data pribadi atau transfer uang tanpa verifikasi. Konfirmasi langsung ke pihak terkait sebelum melakukan tindakan apapun. Keempat, batasi informasi di media sosial. Data yang berlebihan sering dimanfaatkan penipu untuk membuat deepfake lebih meyakinkan.
Kelima, gunakan alat deteksi deepfake. Beberapa aplikasi kini mampu menganalisis keaslian video dan mendeteksi manipulasi digital secara akurat. Teknologi AI memang membawa kemudahan, namun juga memiliki sisi gelap yang membahayakan. Deepfake bisa mengancam keamanan finansial maupun privasi pribadi.
Dengan mengenali ciri-ciri deepfake serta menerapkan langkah pencegahan, masyarakat bisa lebih waspada dan terhindar dari kerugian besar akibat penipuan digital.
