Perluasan Infrastruktur Data Center untuk Mendukung Kebutuhan AI
Perusahaan penyedia pusat data, NeutraDC, terus memperluas kapasitas infrastrukturnya agar siap mengakomodasi kebutuhan beban kerja berbasis kecerdasan buatan (AI). Langkah ini sejalan dengan tren global di mana workload AI diprediksi menjadi pendorong utama pertumbuhan industri data center di masa depan. Dengan meningkatnya penggunaan teknologi AI dalam berbagai sektor, permintaan akan infrastruktur yang mampu menangani beban kerja tersebut semakin tinggi.
CEO NeutraDC, Andreuw Th.A.F, menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pertumbuhan pusat data berbasis AI. Menurutnya, kondisi geografis, sumber daya, dan pasar domestik menjadikan Indonesia unggul dibanding negara lain. Ia menegaskan bahwa Indonesia tidak menghadapi masalah dengan pasokan listrik, air, maupun energi terbarukan. Selain itu, akses terhadap pasar terbesar juga menjadi salah satu keunggulan yang dimiliki oleh Indonesia.
“Kita tidak punya problem dengan power, tidak punya problem dengan air, kita punya renewable, dan juga akses terhadap market terbesar ada di sini. Jadi tidak ada alasan kenapa tidak,” ujar Andreuw saat ditemui di sela-sela acara NeutraDC Summit 2025 di Nusa Dua, Bali.
Permintaan terhadap ketersediaan pusat data yang AI Ready dinilai sebagai peluang besar bagi pengembangan industri data center di Indonesia. Menurut Andreuw, tren global menunjukkan bahwa ke depan mayoritas kebutuhan layanan pusat data akan didorong oleh workload berbasis AI. Hal ini membuat perusahaan seperti NeutraDC harus terus meningkatkan kapasitas dan kemampuan infrastruktur mereka.
Peran Ekosistem Digital dalam Pertumbuhan Data Center
Director of Wholesale & International Service Telkom Indonesia, Honesti Basyir, menilai ekosistem digital Indonesia menjadi faktor penting pendorong industri data center. Misalnya, dengan lebih dari 160 juta pelanggan Telkomsel, Indonesia memiliki basis pasar yang besar bagi penyedia konten maupun layanan berbasis AI.
“Dalam bisnis data center, orang butuh eyeball (audiens). Content provider mencari itu, dan di Indonesia potensinya luar biasa. Dengan hadirnya AI, penggunaan data center semakin beragam dan jelas, sehingga bisa menjadi pendorong baru bagi Telkom,” kata Honesti.
Permintaan terhadap kapasitas data center di Indonesia pun melonjak signifikan. Proyeksi awal yang diperkirakan hanya setara 800 megawatt untuk lima tahun ke depan kini hampir dua kali lipat menjadi 1,6 gigawatt. Sementara itu, kapasitas NeutraDC saat ini tercatat 80 megawatt dan diproyeksikan terus bertambah seiring permintaan.
Tren Global Pasar AI dan Kebutuhan Energi
Di tingkat global, potensi pasar AI juga tumbuh pesat. Vice President Oracle Cloud AI Sourcing, Dan Madrigal, menjelaskan bahwa data dari Universitas Oxford menunjukkan bahwa pasar AI lokal bernilai sekitar US$ 400 miliar atau Rp6.500 triliun, diperkirakan melonjak menjadi US$ 1,4 triliun dalam empat tahun ke depan. Pertumbuhan ini akan mendorong kebutuhan energi hampir dua kali lipat, dari 80 gigawatt menjadi 180–185 gigawatt.
“Permintaan pasarnya US$1,4 triliun, dengan kebutuhan energi sangat besar. Ini menuntut efisiensi teknologi sekaligus dukungan infrastruktur energi skala besar,” jelas Madrigal.
Ia menambahkan bahwa kawasan Asia Tenggara telah menyerap investasi hingga US$ 120 miliar pada 2020, dengan sekitar US$ 10–12 miliar di antaranya mengalir ke Asia dan Afrika. Namun, kebutuhan investasi tambahan masih sangat besar, terutama di negara berkembang seperti India dan Indonesia, yang memiliki pasar AI menjanjikan tetapi belum didukung kapasitas infrastruktur memadai.
Kolaborasi Lintas Sektor untuk Membangun Ekosistem AI
Para pelaku industri menilai percepatan pembangunan infrastruktur, kolaborasi lintas sektor, serta penguatan ekosistem digital menjadi kunci dalam menangkap peluang ini. Gelar NeutraDC Summit 2025 menjadi ajang strategis untuk mendorong kolaborasi dan edukasi publik.
Forum ini mempertemukan penyedia layanan, startup, developer, hingga perusahaan enterprise agar dapat menciptakan ekosistem AI yang terintegrasi. “AI berkembang luar biasa, tapi use case-nya masih perlu dipahami lebih dalam. Itu sebabnya kami undang bukan hanya penyedia layanan, tapi juga pelanggan enterprise, startup, dan developer untuk melihat bagaimana AI bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maupun kebutuhan bisnis,” kata Andreuw.
Honesti menambahkan bahwa forum ini penting untuk menyatukan para pemangku kepentingan. “AI itu tidak hanya sekadar platform atau aplikasi, tapi juga connectivity,” jelasnya.
Dengan dukungan sumber daya, pasar domestik yang besar, serta meningkatnya kebutuhan global akan layanan digital, Indonesia dipandang siap menjadi pusat pertumbuhan investasi data center berbasis AI di kawasan Asia. Sebagai forum strategis di kawasan Asia Pasifik, NeutraDC Summit menjadi titik temu bagi para pemimpin industri, regulator, pelaku teknologi, investor, serta komunitas global. Forum ini berfungsi sebagai ruang diskusi untuk membahas arah pengembangan infrastruktur digital, tata kelola data, dan ekosistem kecerdasan artifisial (AI). Melalui tema AI Collaboration, summit menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor di tengah kompleksitas perkembangan AI. Tantangan yang dihadapi tidak lagi hanya terkait ketersediaan lahan maupun energi, melainkan juga kebutuhan sinergi antara industri, regulator, dan penyedia teknologi. Indonesia, lewat NeutraDC, mengambil peran penting sebagai katalis dalam membangun ekosistem AI regional yang inklusif, terintegrasi, dan kompetitif di tingkat global.

