Jumat, Desember 5, 2025
BerandaUncategorizedWamen Kebudayaan Giring Ganesha: AI sebagai Intelegensi Asing yang Mengancam Kemanusiaan

Wamen Kebudayaan Giring Ganesha: AI sebagai Intelegensi Asing yang Mengancam Kemanusiaan

Giring Ganesha: AI sebagai Alien Intelligence yang Bisa Mengancam Peradaban Manusia

Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha Djumaryo, menyampaikan pandangan menarik mengenai teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam acara Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Ia menyebut AI sebagai “Alien Intelligence” karena potensinya yang bisa mengancam peradaban manusia jika tidak dikelola dengan hati-hati.

Menurut Giring, AI adalah bagian dari masa depan yang tak terhindarkan. Namun, ia memperingatkan bahwa jika tidak dipahami dan dikendalikan secara bijak, AI bisa menjadi ancaman besar dalam waktu 10 hingga 20 tahun ke depan. Ia menyamakan risiko AI dengan temuan bom atom pada abad ke-20, tetapi dengan perbedaan signifikan: bom atom tidak mampu berkembang sendiri, sementara AI terus belajar dan meningkatkan kemampuannya setiap detik.

“AI bekerja tanpa henti untuk menjadi lebih pintar dari penciptanya, yaitu manusia,” jelasnya. Ia menegaskan bahwa meskipun saat ini AI belum bisa menggantikan rasa atau emosi manusia, situasi itu bisa berubah seiring perkembangan teknologi. Dengan adanya era robotik yang akan datang, AI dan robot bisa melakukan berbagai tugas kreatif, seperti melukis, memainkan alat musik tradisional, atau bahkan membatik.

Giring menekankan bahwa Kementerian Kebudayaan selalu menjadikan manusia sebagai pusat utama dalam penggunaan AI. Teknologi ini hanya sebagai alat bantu yang harus digunakan untuk membantu para budayawan, seniman, dan pekerja seni lainnya. Contohnya, AI dapat dimanfaatkan untuk memvisualisasikan peristiwa sejarah yang sebelumnya hanya bisa dibayangkan melalui teks.

“Ini penting untuk generasi sekarang dalam memahami peristiwa sejarah. Jadi, AI memang harus diadaptasikan untuk hal-hal yang baik,” ujarnya.

Ke depan, Kementerian Kebudayaan berharap AI bisa dimanfaatkan untuk upaya pelestarian warisan budaya, seperti digitalisasi, restorasi, dan penyimpanan budaya. Selain itu, AI juga bisa digunakan untuk penerjemahan bahasa daerah secara otomatis, sehingga mempermudah akses terhadap kekayaan budaya lokal.

Giring menyarankan kepada generasi muda agar terus berlatih mengolah rasa, memahami AI, dan adaptasi terhadap perkembangan teknologi. Ia menilai bahwa pemahaman mendalam tentang AI akan memberi manfaat besar dalam berbagai bidang, termasuk seni dan budaya.

ISBI Bandung Sebagai Agen Pemajuan Budaya

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ISBI Bandung, Dr. Indra Ridwan, menyampaikan bahwa kampus ini akan terus berperan sebagai agen pemajuan kebudayaan. ISBI berkomitmen untuk terus melakukan inovasi dan gebrakan dalam dunia seni dan budaya.

Indra menyebutkan bahwa sebanyak 645 mahasiswa baru mengikuti PKKMB kali ini. Di antaranya, ada tiga mahasiswa penerima beasiswa ADIK yang berasal dari wilayah Indonesia timur. Meski jumlahnya sedikit, Indra menegaskan bahwa program beasiswa ini sangat penting untuk menjangkau calon-calon seniman dari berbagai daerah.

Selain itu, Indra mengatakan bahwa minat masyarakat terhadap pendidikan seni meningkat, terutama setelah ISBI membuka Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV). Prodi ini langsung menjadi incaran calon mahasiswa, sehingga jumlah peminatnya sangat tinggi.

Namun, ISBI Bandung tidak ingin menambah jumlah mahasiswa atau kelas karena keterbatasan ruang kelas dan fasilitas praktik. “Jika kita ingin menambah, kita harus berpikir dulu. Ruang kelas, ruang praktik, dan lain-lain harus dipertimbangkan,” jelasnya.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular