Peran Kecerdasan Buatan dalam Transformasi Pendidikan dan Ekonomi
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah menjadi salah satu perubahan besar yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk cara kita bekerja, belajar, dan mengajar. Menurut pendapat para ahli, AI tidak hanya mengubah metode pengajaran, tetapi juga bagaimana siswa memahami materi yang diberikan.
Dekan INSEAD, Profesor Francisco Veloso, menjelaskan bahwa revolusi AI masih dalam tahap awal dan masyarakat sedang belajar bagaimana memanfaatkan teknologi ini untuk kebaikan. Dalam dunia yang semakin modern, metode tradisional seperti pembelajaran melalui kasus tertulis mulai digantikan oleh alat-alat digital yang lebih efisien. Contohnya, chatGPT mampu menganalisis data secara cepat dan akurat, namun hal ini tidak berarti metode lama sudah mati. Metode tersebut masih hidup, hanya saja dalam bentuk yang berbeda.
Salah satu perubahan signifikan adalah penggunaan AI dalam lingkungan belajar. Di INSEAD, simulasi bisnis sering digunakan sebagai alat pembelajaran. Kini, dengan bantuan AI, simulasi tersebut dapat dibuat lebih realistis dan efisien. Dengan demikian, peserta didik bisa menerima laporan, membuat keputusan, dan belajar dari proses tersebut. Hal ini membuat lingkungan belajar lebih mirip dengan dunia nyata di mana mereka akan bekerja nanti.
Metode pembelajaran baru ini memungkinkan penilaian terhadap interaksi dan proses belajar siswa. Meskipun berbeda dari metode sebelumnya, jika digunakan dengan benar, metode ini bisa memberikan hasil yang positif. Namun, transformasi ini membutuhkan adaptasi aktif dari siswa maupun guru. Misalnya, siswa bisa langsung bertanya kepada AI untuk mendapatkan jawaban, atau penulis kelas bisa mengubah dokumen menjadi podcast atau audio.
Veloso menekankan bahwa penting bagi kita untuk menggunakan alat modern agar bisa menyesuaikan gaya belajar dengan kebutuhan yang berubah. Ini bukan sekadar cara pasif menuju pendidikan, tetapi memerlukan perubahan aktif dalam pola pikir dan metode pengajaran.
Potensi Ekonomi Digital Indonesia
Selain dalam bidang pendidikan, AI juga memiliki dampak besar terhadap ekonomi digital. Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menyampaikan bahwa Indonesia perlu memiliki keberanian untuk keluar dari zona nyaman dan melakukan inovasi, terutama di bidang digital. Ia menegaskan bahwa Indonesia harus menjadi produsen teknologi, bukan hanya konsumen.
Menurut data, nilai ekonomi digital Indonesia mencapai 90 miliar dollar AS pada 2024. Diprediksi, angka ini akan meningkat menjadi antara 200 hingga 300 miliar dollar AS pada 2030. Hal ini menunjukkan potensi besar yang dimiliki pasar Indonesia.
Untuk mewujudkan hal ini, Gibran menyarankan adanya gerakan bersama untuk membangun infrastruktur dan ekosistem digital nasional. Pemerintah Prabowo Subianto berkomitmen penuh untuk mengembangkan teknologi seperti AI, machine learning, games, IoT, blockchain, dan robotik. Selain itu, pemerintah juga mendukung platform digital yang memberi ruang bagi pelaku usaha lokal.
Tantangan dan Peluang di Masa Depan
Meski AI membawa banyak manfaat, ia juga menimbulkan tantangan. Salah satunya adalah hilangnya pekerjaan konvensional. Veloso menyatakan bahwa AI akan mengubah struktur pekerjaan, bukan menghilangkan seluruhnya. Banyak pekerjaan akan diubah dan disesuaikan kembali.
Ia menekankan pentingnya investasi dalam mengadaptasi pekerjaan dengan AI. Jika tidak dilakukan, maka tidak akan ada solusi yang tepat untuk menghadapi perubahan ini. Dengan kata lain, orang-orang yang menggunakan AI dalam pekerjaan mereka akan mengalami perubahan, sementara yang tidak menggunakannya mungkin akan tertinggal.
Dari semua ini, jelas bahwa AI tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi juga menjadi faktor utama dalam transformasi pendidikan dan ekonomi. Penting bagi kita untuk terus belajar dan beradaptasi agar bisa memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh teknologi ini.

