Tantangan Baru yang Dihadapi Nvidia di Pasar China
Nvidia, produsen chip grafis terkemuka dunia, kembali menghadapi tantangan dalam menjual produknya ke pasar China. Kali ini, pemerintah China melarang perusahaan teknologi negara tersebut untuk mengimpor chip AI buatan Nvidia. Larangan ini dikeluarkan oleh regulator internet China, Cyberspace Administration of China (CAC), dan berlaku mulai Rabu (17/9/2025).
Larangan ini menunjukkan keteguhan pemerintah China dalam membatasi penggunaan teknologi asing, khususnya dari Amerika Serikat. CAC memerintahkan perusahaan teknologi setempat seperti Alibaba dan ByteDance, induk TikTok, untuk menghentikan pengujian dan pembelian server dengan GPU RTX 6000D dari Nvidia. Meskipun GPU ini dirancang khusus untuk pasar China, larangan tetap diberlakukan.
Kebijakan Pemerintah China yang Konsisten
Larangan ini merupakan penegasan dari kebijakan sebelumnya yang dikeluarkan pada Agustus 2025. Saat itu, China menyarankan perusahaan teknologi domestik untuk menghentikan pembelian chip AI Nvidia H20 karena alasan keamanan. Seiring waktu, pemerintah China semakin fokus pada pengembangan teknologi lokal sebagai alternatif.
Produsen chip AI lokal seperti Huawei dan Cambricon menjadi pilihan utama. Chip mereka dinilai memiliki kemampuan yang setara dengan produk Nvidia. Hal ini mencerminkan upaya China untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi asing dan memperkuat industri dalam negeri.
Reaksi dari Pendiri Nvidia
CEO dan pendiri Nvidia, Jensen Huang, menyampaikan kekecewaannya terhadap larangan ini. Namun, ia juga menegaskan dukungannya terhadap keputusan pemerintah dan perusahaan China. Dalam sebuah konferensi pers di London, Huang mengatakan:
“Saya kecewa, tetapi mereka memiliki agenda yang lebih besar untuk diselesaikan antara China dan Amerika Serikat. Dan saya bersabar. Kami akan terus mendukung pemerintah dan perusahaan China sesuai keinginan mereka.”
Huang juga menyampaikan harapan untuk berdiskusi dengan Presiden AS Donald Trump selama kunjungan ke Inggris, terkait kemungkinan kerja sama antara Nvidia dan China.
Tuduhan Terhadap Nvidia
Larangan ini terjadi setelah China menuduh Nvidia melanggar undang-undang anti-monopoli. Badan Pengawas Pasar China (State Administration for Market Regulation) menyatakan bahwa Nvidia melanggar aturan anti-monopoli pada Senin (15/9/2025). Putusan ini berkaitan dengan akuisisi Nvidia atas Mellanox Technologies pada tahun 2020 lalu.
Meski demikian, sanksi bagi Nvidia belum diumumkan. Regulator China masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait temuan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa situasi masih dalam proses evaluasi dan mungkin akan berdampak pada bisnis Nvidia di China.
Tantangan dan Peluang di Masa Depan
Larangan ini memberikan tantangan besar bagi Nvidia, terutama dalam mempertahankan pangsa pasarnya di China. Namun, di sisi lain, hal ini juga membuka peluang bagi produsen lokal untuk berkembang. Dengan dukungan pemerintah, perusahaan teknologi China mungkin akan semakin kuat dalam menghadapi persaingan global.
Selain itu, hubungan antara China dan Amerika Serikat terus menjadi faktor penting dalam perkembangan teknologi. Kedua negara ini memiliki kepentingan ekonomi dan politik yang saling terkait, sehingga kebijakan satu pihak dapat berdampak luas pada industri teknologi global.
Dengan situasi ini, Nvidia harus terus beradaptasi dan mencari solusi untuk menjaga posisinya di pasar global, termasuk di China. Sementara itu, China akan terus berupaya memperkuat industri teknologinya sendiri, dengan tujuan mengurangi ketergantungan pada perusahaan asing.

