Mengapa Penting Memiliki Perlindungan Finansial Sebelum Mengejar Cuan dengan AI
Saat ini, banyak orang mulai tertarik menggunakan artificial intelligence (AI) untuk mencari keuntungan, baik melalui trading otomatis maupun analisis portofolio. Tren ini menarik perhatian banyak orang karena potensi keuntungan yang besar. Namun, di balik kesuksesan yang viral di media sosial, sering kali ada hal yang terlewat: perlindungan aset dan penghasilan yang sudah dimiliki.
Mengejar kekayaan tanpa memperhatikan perlindungan finansial bisa seperti membangun rumah di atas pasir. Artikel ini akan membahas lima risiko umum yang sering tidak disadari ketika seseorang fokus pada cuan tanpa adanya perlindungan.
1. Fokus Berlebihan pada Penggandaan Uang, Bukan Perlindungan
Banyak orang terlalu fokus pada cara menggandakan uang, bukan bagaimana melindungi apa yang sudah dimiliki. Di media sosial, kamu bisa melihat banyak cerita sukses tentang trading otomatis, tetapi jarang ada yang membahas bagaimana mereka mengamankan hasilnya jika sesuatu terjadi.
Tanpa perlindungan seperti asuransi kesehatan atau jiwa, satu kejadian tak terduga bisa menghapus seluruh keuntungan. Misalnya, sakit berat atau kecelakaan bisa membuat seseorang kehilangan penghasilan berbulan-bulan. AI tidak bisa membayar tagihan rumah sakit, sementara asuransi bisa.
2. Salah Urut Prioritas: Harga Dulu, Bukan Manfaat
Banyak orang memilih asuransi dengan pertanyaan pertama, “Berapa preminya?” Padahal, pertanyaan yang benar seharusnya, “Apa yang dilindungi?”
Jika hanya fokus pada biaya, kamu bisa berakhir dengan polis yang cakupannya kecil dan tidak sesuai kebutuhan. Ini sama seperti meminta “obat termurah” tanpa tahu penyakitnya apa. Risiko tidak peduli dengan anggaran; jika musibah datang, perlindungan minim tidak akan cukup.
3. Mengira Uang Rp100 Juta Sudah Cukup untuk Menjaga Keluarga
Kebanyakan orang merasa aman karena punya asuransi jiwa dengan nilai pertanggungan “lumayan besar.” Tapi kalau dihitung, nilai Rp100 juta-Rp200 juta sebenarnya tidak cukup untuk menggantikan penghasilan selama bertahun-tahun.
Bayangkan kamu berpenghasilan Rp10 juta per bulan, dan keluarga masih butuh biaya hidup setidaknya 10 tahun ke depan. Total kebutuhan bisa mencapai Rp1,2 miliar. Asuransi jiwa seharusnya menutup jangka waktu itu, bukan hanya beberapa bulan pertama.
4. Menganggap Asuransi Kesehatan Kantor Sudah Cukup
Banyak pekerja muda merasa aman karena punya asuransi dari kantor. Tapi sayangnya, perlindungan itu hanya berlaku selama kamu masih bekerja di sana. Begitu resign, cuti panjang, atau kena PHK, perlindungan itu langsung hilang.
Selain itu, polis perusahaan sering memiliki batasan: plafon rendah, pembatasan kamar, atau daftar rumah sakit terbatas. Saat biaya rumah sakit makin tinggi, batas pertanggungan Rp5 juta-Rp10 juta per tahun bisa habis hanya untuk satu kali rawat inap.
5. Lupa Bahwa Cacat Permanen Lebih Mungkin Terjadi Daripada Meninggal
Kebanyakan orang hanya berpikir soal “kalau aku meninggal nanti,” padahal risiko kehilangan kemampuan kerja justru lebih tinggi. Misalnya, cedera berat atau penyakit kronis bisa membuat seseorang tidak bisa bekerja selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Tanpa disability insurance (asuransi cacat tetap), penghasilan bisa berhenti total. Tagihan tetap datang, biaya hidup terus berjalan, dan keluarga akan menanggung beban finansial yang berat.
Kesimpulan
Mengejar cuan dengan bantuan AI memang seru dan menjanjikan. Tapi sehebat apa pun algoritmanya, tidak ada teknologi yang bisa memprediksi penyakit, kecelakaan, atau kehilangan penghasilan. Semua risiko itu manusiawi, dan satu-satunya cara realistis untuk menghadapinya adalah dengan perlindungan finansial yang matang.
Jadi sebelum sibuk membuat strategi trading otomatis, pastikan kamu punya “sistem keamanan” dulu. Mulailah dari asuransi jiwa, kesehatan, dan cacat tetap. Ingat, investasi bukan hanya soal menambah uang, tapi juga menjaga supaya uang yang sudah kamu kumpulkan tidak lenyap dalam semalam.
Kejar cuan boleh, tapi pastikan fondasinya kuat. Karena dalam dunia finansial, mereka yang bijak bukan yang paling cepat cuan, tapi yang paling siap kalau badai datang.

