Sabtu, Desember 6, 2025
BerandaUncategorizedPemimpin Google: Tidak Ada Perusahaan Aman dari Kenaikan AI

Pemimpin Google: Tidak Ada Perusahaan Aman dari Kenaikan AI

Perkembangan Kecerdasan Buatan yang Mengkhawatirkan

Industri kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Banyak perusahaan teknologi berlomba-lomba untuk mengadopsi AI, sementara dana investasi dari berbagai sumber terus mengalir tanpa henti. Namun, di balik antusiasme tersebut muncul kekhawatiran bahwa adopsi AI bergerak terlalu cepat dan bisa membentuk apa yang disebut sebagai “AI bubble”.

AI bubble adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana tren AI sangat tinggi, perusahaan berlomba-lomba memasukkan AI ke dalam operasional mereka, dan investor bersedia menanamkan dana besar. Namun, hasil atau keuntungan yang diperoleh belum tentu secepat atau sebesar yang diharapkan. Situasi ini sering dibandingkan dengan gelembung yang terus membesar dan bisa pecah kapan saja jika isinya tidak stabil. Ketika gelembung itu pecah, semua yang ada di dalamnya akan hancur.

Isu tentang potensi pecahnya AI bubble kembali menjadi topik hangat setelah dua investor besar, Peter Thiel dan SoftBank, melepas seluruh saham Nvidia yang mereka miliki. Langkah ini memicu ketidakpastian di pasar, mengingat Nvidia selama dua tahun terakhir dianggap sebagai indikator utama booming AI global.

Tidak Ada Perusahaan yang Aman

Google, salah satu perusahaan besar yang terlibat dalam arus AI, juga menghadapi risiko serupa. Dengan semakin banyak layanan yang bergantung pada teknologi AI, Google terus memperluas investasi dan mempercepat pengembangan. CEO Google, Sundar Pichai, menyatakan bahwa gelombang investasi AI saat ini berada dalam fase yang luar biasa. Ia menyoroti bagaimana investor berbondong-bondong menanamkan modal besar untuk memperluas penggunaan AI di berbagai sektor.

Pichai mengungkapkan bahwa tidak ada perusahaan yang sepenuhnya aman dari risiko pecahnya AI bubble. Ia menegaskan bahwa meskipun ada investasi berlebihan, perusahaan tetap harus melewati fase ini dan menghadapinya. Di Amerika Serikat, kekhawatiran tentang meningkatnya valuasi AI mulai membebani pasar yang lebih luas. Bahkan pembuat kebijakan Inggris telah mengidentifikasi risiko munculnya AI bubble.

Investasi Besar di Tengah Tren AI

Alphabet, induk perusahaan Google, telah berkomitmen untuk melakukan investasi besar di tengah tren ini. Pada bulan September, perusahaan berjanji menggelontorkan dana sebesar 5 miliar poundsterling (sekitar Rp 110 triliun) untuk pengembangan infrastruktur dan penelitian AI di Inggris. Komitmen ini mencakup pembangunan pusat data baru dan investasi di DeepMind, laboratorium AI Google yang berbasis di London.

Meski begitu, Pichai melihat ada “unsur-unsur yang tidak rasional” di pasar saat ini. Fenomena ini mengingatkannya pada masa gelembung dot-com pada akhir tahun 1990-an. Saat ditanya bagaimana Google akan menghadapi kemungkinan pecahnya gelembung AI, Pichai menjawab bahwa perusahaan cukup yakin dan percaya diri dalam menghadapi tantangan tersebut.

Perkembangan Saham dan Strategi Global

Sepanjang tahun 2025, saham induk Google, Alphabet, melonjak sekitar 46 persen. Kenaikan ini dipicu oleh keyakinan investor bahwa Google mampu bersaing ketat dengan OpenAI, perusahaan pengembang AI ChatGPT. Pichai juga menyampaikan kepada BBC bahwa Google akan mulai melatih model AI di Inggris. Ia menilai langkah ini dapat membantu memperkuat ambisi London untuk menjadi negara adidaya AI ketiga di dunia, setelah Amerika Serikat dan China.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular