Jumat, Desember 5, 2025
BerandaUncategorizedAI vs AI: Jika HRD Gunakan AI, Mengapa Kita Tidak?

AI vs AI: Jika HRD Gunakan AI, Mengapa Kita Tidak?

Perang Algoritma di Dunia Rekrutmen

Dunia rekrutmen telah mengalami perubahan besar sejak munculnya kecerdasan buatan (AI). Dulu, proses melamar pekerjaan hanya melibatkan pengiriman CV yang kemudian dibaca oleh HRD. Kini, mayoritas CV yang dikirim akan terlebih dahulu diperiksa oleh sistem otomatis yang dikenal sebagai Applicant Tracking System (ATS). AI ini mampu menyaring ribuan CV dalam hitungan detik dengan mencari kata kunci tertentu, keterampilan yang relevan, dan format yang sesuai.

Banyak calon pekerja juga tidak ingin kalah. Mereka mulai memanfaatkan AI untuk memperbaiki CV mereka. Tujuannya bisa beragam, seperti membuat ringkasan yang menarik, mengoptimalkan kata kunci, atau bahkan bertanya langsung ke ChatGPT: “Bagaimana cara CV saya lolos dari ATS?” Ini bukan lagi rahasia umum. Hampir semua orang kini memiliki alat bantu AI sendiri-sendiri.

Algoritma vs. Algoritma: Duel Terbesar

Di satu sisi, ada algoritma A yang digunakan oleh perekrut. Algoritma ini dirancang agar efisien dan objektif. Tugas utamanya adalah mengeliminasi calon pekerja yang tidak sesuai kriteria. Ia akan mencari kata kunci, format yang konsisten, dan tidak peduli apakah Anda sedang membutuhkan pekerjaan atau tidak, karena ia adalah mesin.

Di sisi lain, ada algoritma B yang digunakan oleh pencari kerja. Algoritma ini membantu meningkatkan skor CV agar cocok dengan kriteria lowongan. Algoritma B ini pintar dalam memoles bahasa, menonjolkan keterampilan yang dicari, dan merancang pengalaman kerja agar terlihat sempurna di mata algoritma A.

Akhirnya, terjadi pertempuran antara dua algoritma tersebut. Siapa yang akan menang? Apakah algoritma A yang dirancang untuk filtrasi ketat, atau algoritma B yang dirancang untuk melewati filtrasi itu?

Keunggulan Tipis Algoritma B

Meskipun algoritma A bagus, ia memiliki batasan. Algoritma ini hanya bisa mengikuti input yang diberikan oleh HRD. Jika kriteria yang diberikan tidak spesifik atau tidak realistis, algoritma A tidak bisa melakukan analisis lebih lanjut.

Contoh kasus: Jika HRD meminta 5 tahun pengalaman marketing, padahal posisi yang ditawarkan hanya level entry-level, algoritma A akan mengabaikan calon yang kurang dari 5 tahun pengalaman. Padahal, mungkin saja calon tersebut memiliki pengalaman proyek sampingan yang lebih berharga daripada pengalaman kerja formal.

Di sinilah algoritma B menjadi penyelamat. Kita bisa menggunakan algoritma ini untuk menerjemahkan pengalaman nyata kita ke dalam “bahasa” yang disukai oleh perekrut. Ini bukan berarti berbohong, tetapi hanya mengemas ulang kalimat agar algoritma tersebut bisa memahami konten kita.

Contoh:
Kalimat asli: “Saya membantu mempromosikan teman jualan kopi lewat Instagram. Penjualannya bisa meningkat hingga 80 persen.”
Diubah menjadi: “Mengelola kampanye promosi kopi di Instagram untuk rekan bisnis dan berhasil meningkatkan penjualan hingga 80% melalui optimasi konten, copywriting, dan strategi engagement.”

Contoh lain: “Saya tidak suka pakai Excel, lebih suka pakai database SQL.”
Diubah menjadi: “Lebih terbiasa mengelola dan menganalisis data menggunakan database SQL, namun tetap mampu bekerja dengan Excel sesuai kebutuhan.”

Intinya, manfaatkan algoritma B untuk membuat CV kamu berbicara dalam bahasa yang dipahami oleh algoritma A.

Mengembalikan Sentuhan Manusia

Namun, jangan salah kaprah. AI hanya bisa membawa CV kamu sampai di meja HRD. Setelah lolos dari algoritma A, CV kamu akan dibaca langsung oleh manusia. HRD yang asli tidak bodoh. Mereka bisa melihat jika CV kamu terlalu dipoles, terlalu generik, atau tidak memiliki sesuatu yang unik.

Kunci utama dalam pertempuran ini adalah memanfaatkan AI untuk lolos seleksi awal, tetapi menjaga sentuhan personal dan keunikan kamu dalam isinya. Jangan biarkan AI menulis semua deskripsi pengalaman kamu. Masukkan cerita nyata atau angka-angka spesifik dari pencapaian yang hanya kamu yang tahu.

Di cover letter atau bagian summary, gunakan gaya bahasa kamu sendiri yang jujur dan menunjukkan kenapa kamu tertarik untuk mengisi posisi tersebut, bukan hanya copy-paste jargon industri.

Siapa Pemenangnya?

Pada akhirnya, pemenangnya bukanlah algoritma A atau algoritma B. Pemenangnya adalah calon pekerja (kamu) yang cerdas dan adaptif. Kamu yang mampu menggunakan AI sebagai alat strategis untuk mengalahkan AI yang lain.

Kita tidak bisa mengeluh tentang teknologi ini. Teknologi sudah ada dan akan terus berkembang. Yang bisa kita lakukan adalah menguasainya. Jadi, daripada mengeluh soal perekrut AI, kamu bisa menggunakan AI untuk menyetel CV dan memastikan nilai unik kamu tetap bersinar di balik kilauan kata-kata yang dioptimasi AI.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular