ZONA PERALATAN TEKNOLOGI, JAKARTA – Pada usia 28 tahun, Alexandr Wang sudah meraih prestasi sebagai salah satu individu yang diakui dalam bidang ini.
miliarder
tercepat di seluruh dunia, karena kemampuannya mengembangkan bisnisnya
kecerdasan buatan (AI)
dari nol. Siapa sangka, anak dari ilmuwan nuklir dan mantan mahasiswa MIT ini justru menemukan takdirnya setelah dropout dari kampus top dunia.
Kelahirannya terjadi di Los Alamos, New Mexico – sebuah kota yang populer dikaitkan dengan penelitian fisisa. Di lingkungan ini, Wang berkembang bersama ilmu pengetahuan. Orangtuanya menghabiskan waktu mereka bekerja sebagai fisikawan di Laboratorium Nasional Los Alamos. Akan tetapi, minat si kecil Wang justru berada pada bidang komputer serta data, daripada tabung reaksi atau pun reaktor.
Sebagai gantinya dari menyelesaikan studi di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Wang memutuskan untuk berhenti setelah satu tahun. Setelah itu, dia ikut program akselerator startup Y Combinator dan mendirikan Scale AI bersama teman sekomunitasnya dari Quora bernama Lucy Guo.
Scale AI berperan sebagai pemimpin di bidang penyediaan data berkualitas tinggi guna melatih sistem kecerdasan buatan, mencakup teknologi kendaraan tanpa pengemudi serta bot obrolan semacam itu.
ChatGPT
Meskipun Guo akhirnya keluar karena perbedaan pandangan, Wang malah semakin maju. Ia berhasil mendapatkan dana dari para investor berpengaruh seperti Peter Thiel.
Tahun 2019, perusahaan Scale AI resmi menjadi startup bernilai miliaran dolar atau yang biasa disebut sebagai unicorn. Harganya semakin naik seiring dengan pertambahan keingintahuan publik tentang teknologi Artificial Intelligence. Dalam usianya yang masih 24 tahun, Wang telah mencapai prestasi luar biasa tersebut.
self-made billionaire
, dengan kekayaan bersih senilai US$3,6 miliar atau setaranya dengan Rp58,6 triliun.
Puncaknya,
Meta
Mengambil alih 49% saham dari Scale AI senilai USD15 miliar, yang menjadikannya bernilai USD29 miliar atau setara dengan Rp472,8 triliun. Aksi korporat ini tidak hanya merupakan sebuah transaksi biasa, melainkan juga menjadi bagian penting dalam persaingan global di bidang kecerdasan buatan (AI).
Kini Wang memimpin laboratorium penelitian AI terkemuka (ASI) di Meta—tim elite yang ditugaskan untuk menciptakan sistem AI yang lebih cemerlang daripada otak manusia. Hal ini menjadikan Meta sebagai pesaing serius bagi OpenAI, Google DeepMind, dan Microsoft.
Perjalanan Alexandr Wang dari penolakan status sebagai mahasiswa di MIT hingga menjadi kepala tim riset AI di Meta mencerminkan era baru di mana terobosan tidak selalu bergantung pada gelar akademik, dan berani menghadapi tantangan merupakan jalan menuju kesuksesan. Dia lebih dari seorang ahli teknologi; dia merancang masa depan kecerdasan buatan.
Belum mencapai usia kepala tiga, Wang sudah menunjukkan bahwa umur muda tidak menghalangi, tetapi malah menjadi kelebihannya. Di dunia AI yang dinamis, Wang berada di garda terdepan, meredefinisi makna kecerdasan—sama-sama untuk buatan dan alami milik manusia.

