JAKARTA, ZONA GADGET
– Ketua Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), Budiyanto, menyatakan tegas bahwa pandangan yang menganggap produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik sebagai jalan menuju kecanduan merokok pada remaja tidak memiliki dasar bukti ilmiah.
Sebaliknya, produk itu dirancang khusus bagi perokok dewasa yang berkeinginan menurunkan asupan rokok tradisional.
“Sangat penting bagi kita semua untuk dapat memilah-milahkan antara persepsi dengan fakta yang didasarkan pada bukti ilmiah. Rancangan produk tembakau alternatif serta maksud utama penggunaannya sebenarnya ditargetkan kepada perokok dewasa saja. Tidak terhadap remaja ataupun mereka yang tidak merokok,” ungkap Budiyanto seperti dikutip dari Kontan, Kamis (29/5/2025).
Budiyanto mengatakan bahwa APVI berkolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk menganalisis profil risiko dari produk tembakau alternatif.
Temuan tersebut sesuai dengan hasil penelitian global lainnya yang mengungkapkan bahwa produk ini mengandung zat beracun dalam jumlah lebih sedikit daripada sigaret.
Penelitian oleh BRIN mengkaji 9 senyawa berisiko tinggi yang WHO merekomendasikan untuk diperketat penggunaannya.
Hasilnya, beberapa zat seperti benzene, benzo[a]pyrene, NNN, dan NNK bahkan tidak ditemukan dalam produk tembakau alternatif.
“Ini bukan berarti produk tembakau alternatif bebas risiko, tetapi risikonya lebih rendah dan harus digunakan secara bertanggung jawab,” jelas Budiyanto.
Riset Sebagai Dasar untuk Pembelajaran dan Peraturan
APVI berencana memanfaatkan hasil riset BRIN untuk program edukasi publik, terutama bagi perokok dewasa yang ingin beralih dari rokok konvensional.
“Tujuan kami adalah memastikan agar temuan penelitian tidak hanya terbatas pada dokumen ilmiah, tetapi juga dapat memberi kontribusi nyata kepada pemerintah untuk menyusun peraturan yang tepat,” katanya.
APVI mendorong regulasi berbasis bukti ilmiah yang tetap melindungi kelompok rentan seperti anak-anak dan non-perokok, tanpa mengabaikan potensi manfaat produk ini bagi perokok dewasa.
Budiyanto juga mengutip hasil tinjauan sistematis bertajuk Electronic cigarettes and subsequent cigarette smoking in young people yang terbit Januari 2025.
Penelitian tersebut mengevaluasi lebih dari 120 studi yang melibatkan kira-kira 4 juta subjek di bawah usia 29 tahun dari AS, Kanada, serta negara-negara di Eropa Barat.
Secara keseluruhan, belum ditemukan bukti yang cukup mendukung klaim bahwa penggunaan altenratif produk tembakau seperti vaping, HTP, atau sachet nikotin mengarah pada kebiasaan merokok tradisional.

