Jumat, Desember 5, 2025
BerandaUncategorizedBahaya Curhat Berlebihan ke AI

Bahaya Curhat Berlebihan ke AI

Bahaya Terlalu Bergantung pada AI dalam Curhatan Emosional

Dalam era digital yang semakin berkembang, penggunaan kecerdasan buatan (AI) menjadi semakin umum. Namun, psikolog klinis Nena Mawar Sari mengingatkan bahwa terlalu sering mencari dukungan emosional melalui AI bisa menimbulkan risiko psikologis. Menurutnya, respons yang diberikan oleh AI tidak memiliki sisi kemanusiaan, sehingga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental pengguna.

Nena menjelaskan bahwa ketika seseorang sedang merasa kesepian atau membutuhkan tempat untuk curhat, AI mungkin terlihat sebagai solusi. Namun, AI hanya memberikan jawaban berdasarkan data dan kode yang telah diprogram. Hal ini membuat respons yang diberikan tidak memiliki unsur humanis, seperti empati atau pemahaman mendalam tentang perasaan manusia.

“Curhat dengan AI itu seperti melihat pantulan dari kode yang kita masukkan. Hasilnya tidak akan pernah memiliki sentuhan kemanusiaan,” ujar Nena melalui pesan suara. Ia menekankan bahwa orang yang sedang mengalami depresi atau stres membutuhkan tanggapan yang lebih mendalam dan personal. Jika mereka terlalu bergantung pada AI, maka bisa saja terjadi salah interpretasi dan kehilangan arah emosional.

Selain itu, Nena menyebutkan bahwa tanda-tanda seseorang sudah terlalu bergantung pada AI adalah ketika mereka mulai menghindari interaksi dengan sesama manusia. Misalnya, seseorang mungkin lebih memilih menghabiskan waktu di depan layar ponsel daripada berbicara langsung dengan orang lain. Hal ini bisa memperburuk rasa kesepian dan meningkatkan isolasi sosial.

Solusi untuk Mengatasi Rasa Kesepian

Nena menyarankan agar orang-orang yang merasa kesepian atau membutuhkan dukungan emosional segera mencari bantuan dari profesional. Misalnya, berkonsultasi dengan psikolog atau konselor yang memiliki keahlian dalam menangani masalah mental. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan dukungan yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan emosional mereka.

Ia juga menegaskan bahwa AI boleh digunakan sebagai alat bantu, tetapi jangan sampai menggantikan hubungan manusia. Kehadiran AI seharusnya membantu meningkatkan kualitas hidup, bukan menggantikan interaksi nyata antar manusia.

Peran AI dalam Kemajuan Teknologi

Di sisi lain, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie menekankan bahwa AI harus menjadi alat yang memperkuat kemampuan manusia, bukan menggantikannya. Ia menilai bahwa perkembangan teknologi AI tidak bisa dihindari, tetapi yang penting adalah bagaimana manusia menggunakannya secara bijak.

Stella menegaskan bahwa AI bisa menjadi ancaman jika digunakan secara salah, tetapi juga bisa menjadi alat kemajuan jika dimanfaatkan dengan tepat. “Semuanya tergantung pada bagaimana kita menggunakannya,” katanya. Ia berharap masyarakat bisa memahami manfaat dan risiko dari AI, serta menggunakan teknologi ini untuk kebaikan bersama.

Pentingnya Keseimbangan dalam Penggunaan Teknologi

Dari segi psikologis, penggunaan AI dalam hal-hal sensitif seperti curhatan emosional harus dilakukan dengan hati-hati. Meskipun AI bisa memberikan jawaban cepat dan informatif, ia tidak bisa menggantikan peran manusia dalam memberikan dukungan emosional. Oleh karena itu, penting bagi pengguna untuk tetap menjaga keseimbangan antara penggunaan teknologi dan interaksi langsung dengan sesama manusia.

Kesadaran akan batasan dan potensi AI sangat penting dalam menghadapi era digital. Dengan memahami cara kerja AI dan membatasi penggunaannya sesuai dengan kebutuhan, masyarakat bisa memaksimalkan manfaat teknologi tanpa terjebak pada risiko psikologis yang tidak diinginkan.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular