ZONA GADGET
– Di luar Bulan, Bumi juga diorbit oleh satelit-satelit buatan dengan berbagai tujuan dan fungsionalitas.
Sejak permulaan zaman antariksa, satelit-satelit telah diluncurkan ke ruang angkasa dan jumlahnya saat ini sudah menginjak ribuan.
Sebenarnya, persisnya ada berapa banyak satelit yang mengorbit Bumi? Akankah ada masalah jika terlalu banyak?
Sampai saat ini, banyak satelit yang ditempatkan di ruang angkasa tetap konsisten tiap tahunnya.
Orang-orang mengirim satelit buatan pertama mereka dengan nama Sputnik di tahun 1957. Kemudian, jumlah tersebut rata-rata berkisar antara 50 sampai 100 satelit per tahun.
Rencana peluncuran satelit tersebut bertahan sampai tahun 2010-an hingga munculnya perusahaan antariksa swasta seperti SpaceX.
Saat perusahaan tersebut tumbuh, pengiriman satelit pun dimulai dengan cepat.
Mengingat pergeseran dalam pola penerbangan satelit ke luar angkasa, berapakah total satelit buatan yang kini mengorbit Bumi?
Berapa jumlah satelit yang mengorbit Bumi?
Untuk tahun 2024 ini, rata-rata ada peluncuran roket sekali tiap 34 jam. Sehingga, jumlah keseluruhan satelit yang berhasil dimasukkan ke dalam orbit melebihi 2.800 buah.
Pada tahun Mei 2025, diproyeksikan bahwa kira-kira 11.700 satelit masih aktif yang mengorbit di sekeliling Bumi. Mayoritas dari satelit-satelit tersebut terletak dalam orbit rendah Bumi (Low Earth Orbit atau LEO).
low earth orbit
(LEO) yakni kurang dari 2.000 km dari permukaan bumi.
Meskipun tanpa fungsi lagi, sejumlah satelit yang telah nonaktif tetap mengorbit Bumi.
Satelit-satelit non aktif itu menunggu diturunkan kembali ke Bumi maupun akan dipndah ke “orbit kuburan”. PBB mencatat, ada 14.900 total satelit non aktif mengorbit Bumi.
Dalam lima tahun terakhir, jumlah satelit di orbit sudah lebih dari dua kali lipat.
Sejumlah pakar memproyeksikan angka tersebut bisa meningkat sampai 10 kali lebih banyak, dan kemungkinan masih akan berkembang seiring waktu sebelum mencapai titik stabilitas.
Apabila ramalan tersebut menjadi kenyataan, total satelit yang beredar di sekitar Bumi bakal memiliki pengaruh signifikan pada bidang astronomi, penjelajahan ruang angkasa, serta ekosistem.
Astronom dari University of British Columbia, Aaron Boley memaparkan beberapa masalah yang mungkin timbul karena jumlah satelit buatan yang terus berkembang ini.
“Permasalahan ini memperumitan trafik di ruang angkasa, meningkatkan volume limbah luar angkasa, menginterupsi observasi bintang dan ilmu astronomy, selain itu peluncuran roket dan penerbangan kembali ke atmosfer juga berkontribusi pada pencemaran,” jelas Aaron, seperti dilansir dari
Live Science
, Selasa (20/5/2025).
Mengapa jumlah satelit terus melonjak?
Kenaikan jumlah satelit terjadi akibat kehadiran megakonstelasi, yaitu sistem raksasan yang dirancang oleh perusahaan swasta untuk menyediakan layanan komunikasi dunia.
Misalnya saja, terdapat 7.400 satelit aktif dalam program Starlink oleh SpaceX. Di antara total tersebut, 60% telah dilepaskan sejak tahun 2019.
Akan tetapi, SpaceX tidak sendirian dalam mengirimkan armada satelit tersebut, karena ada juga perusahaan-perusahaan lain di bidang komunikasi yang melakukan hal serupa.
Perusahaan-perusahaan tersebut meliputi OneWeb yang dimiliki oleh Eutelsat, SpaceMobile dari AST, proyek Kuiper dari Amazon, serta armada “Thousand Sails” asal Tiongkok.
Semakin bertambah jumlah satelit yang ditempatkan di langit, semakin luas pula pengaruhnya.
Apakah ada efek negatif dari jumlah satelit yang berlebihan di orbit Bumi?
Satelit yang dibuat manusia tentu saja memberikan manfaat besar untuk komunikasi di Bumi. Tetapi, adanya satelit ini juga menghasilkan dampak buruk.
Satu tantangan besar yang dihadapi karena meningkatnya jumlah satelit buatan adalah adanya limbah luar angkasa.
Walau bekas satelit dapat dipakai kembali, sebagian elemen ditinggalkan dalam “penyisihan” padaorbit rendah selama bertahun-tahun.
1. Tabrakan sampah antariksa
Bagian-bagian dari roket yang tertinggal dalam orbit rendah memiliki risiko bertabrakan satu sama lain.
Selanjutnya, apabila kecelakaan memang terjadi, maka peluang untuk kecelakaan beruntun juga bertambah tinggi.
Potensi bentrokan antara sampah ruang angkasa tersebut bisa mengakibatkan efek seperti ‘domino’ yang menimbulkan deretan tabrakan di luar atmosfer Bumi. Fenomena semacam itu dikenal dengan Sindrom Kessler.
Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka orbit rendah Bumi akan menjadi tidak dapat dipakai lagi di kemudian hari.
2. Menghalangi pengamatan astronomi
Tidak hanya akibat tabrakannya saja, tetapi adanya satelit buatan juga menganggu observasi astronomi lantaran bersifat mencerminkan cahaya kembali ke bumi.
Pancaran cahaya hasil pantulan satelit tersebut tampil sebagai sorotan terang pada gambar teleskop dan bisa saja mengganggu observasi objek-objek luar angkasa yang posisinya jauh dari Bumi.
Selain itu, ada juga gangguan radio astronomi. Satelit seperti Starlink memancarkan gelombang radio yang menganggu sinyal dari luar angkasa. Padahal, ilmuwan membutuhkan datangnya sinyal dari luar angkasa itu.
Jika jumlah satelit semakin meningkat, sejumlah penelitian mungkin menjadi tidak dapat dikerjakan.
3. Atmosfer tercemar
Selain pengaruhnya diluar angkasa, akibat berlebihan dari satelit buatan ini juga akan terasa dari dalam atmosfer.
Pelepasan roket menghasilkan emisi karbon dalam jumlah besar ke atmosfer, memperparah masalah perubahan iklim.
Sekali peluncuran roket menghasilkan emisi karbon sebesar 10 kali lebih banyak daripada rata-rata yang dihasilkan penerbangan pesawat komersial.
Apabila satelit sudah tidak diperlukan lagi, umumnya akan kembali mendarat di bumi dan terkikis oleh atmosfir. Akan tetapi, hal ini dapat menghasilkan pencemaran metal dalam udara.
Sehubungan dengan pencemaran logam tersebut, para ilmuwan memberi peringatan bahwa konsentrasi tinggi dapat mengacaukan medan magnet Bumi. Kondisi itu bisa menyebabkan dampak signifikan yang masih harus dipertanyakan dan dianalisis lebih jauh.
Agar dapat mengatasi sejumlah besar efek dari jumlah satelit yang terlalu banyak, tidak cukup dengan cara menunda atau menghentikan peluncurannya.
Tindakan yang dapat diambil ialah mengurangi kecepatan dan menjadwal kembali peluncuran skala besar sampai memiliki peraturan yang tepat.

