Selasa, Desember 16, 2025
Beranda blog Halaman 243

Periksa Dulu! Kelebihan dan Kekurangan Huawei nova 13 Pro Sebelum Membeli

0

Huawei nova 13 Pro: Smartphone Kelas Menengah Atas dengan Teknologi Canggih

Huawei kembali menunjukkan kepercayaan dirinya di pasar smartphone kelas menengah atas melalui Huawei nova 13 Pro. Dirilis pada pertengahan 2025, perangkat ini langsung mencuri perhatian berkat desain yang menggoda dan fitur teknologi canggih. Layar OLED melengkung di empat sisi, dual kamera depan yang luar biasa, serta kemampuan pengisian cepat hingga 100W menjadi daya tarik utama dari perangkat ini.

Meski tidak memiliki dukungan Google Mobile Services, Huawei tetap yakin bahwa ekosistem HarmonyOS dan fitur-fitur kamera yang mumpuni akan cocok untuk para content creator, pengguna media sosial, hingga pengguna kasual yang ingin tampil lebih gaya.

Spesifikasi Lengkap Huawei nova 13 Pro

  • Layar: 6,76 inci LTPO OLED quad-curve
  • Resolusi: 2776 × 1224 piksel, refresh rate adaptif 1–120Hz
  • Prosesor: Kirin 8000
  • RAM & Storage: 12GB RAM, pilihan 256GB, 512GB, dan 1TB
  • Kamera Belakang:
  • 50MP utama dengan aperture variabel f/1.4–f/4.0
  • 12MP telefoto 3x optical zoom
  • 8MP ultrawide + macro 2cm
  • Kamera Depan:
  • 60MP ultrawide autofocus
  • 8MP telefoto 2x zoom
  • Baterai: 5.000 mAh
  • Fast Charging: 100W Huawei SuperCharge Turbo (50% dalam 9 menit)
  • OS: HarmonyOS 4.2
  • Fitur Tambahan: NFC, Bluetooth 5.2, sensor sidik jari di layar, AI Eye Comfort, Wi-Fi 6

Estimasi Harga Huawei nova 13 Pro

Di pasar Tiongkok, harga rilis Huawei nova 13 Pro berkisar antara Rp7.999.000 hingga Rp9.499.000 tergantung varian memori. Untuk pasar Indonesia, kemungkinan harga akan dimulai dari kisaran Rp8 jutaan, sesuai dengan pajak dan biaya distribusi.

Kelebihan Huawei nova 13 Pro

Kamera Selfie Ganda Terbaik di Kelasnya

Fitur paling menonjol dari nova 13 Pro adalah dual front camera yang menggabungkan 60MP ultrawide dan 8MP telefoto. Ini sangat cocok untuk pengguna yang suka selfie berkualitas tinggi, vlogging, hingga video conference dengan berbagai sudut dan jarak.

Kamera Belakang dengan Aperture Variabel

Kamera utama 50MP memiliki aperture variabel f/1.4–f/4.0, memungkinkan kontrol efek bokeh alami, menangkap cahaya optimal di kondisi malam, dan menciptakan efek starburst di pencahayaan tertentu. Teknologi ini jarang ditemukan di kelas harga ini.

Layar OLED Quad-Curved yang Premium

Desain layar lengkung di empat sisi tidak hanya terlihat mewah, tetapi juga fungsional dengan dukungan refresh rate 120Hz dan PWM 2160Hz untuk kenyamanan mata. Visual terasa lembut, jernih, dan responsif.

Pengisian Daya Super Ngebut

100W Huawei SuperCharge Turbo menjadi andalan untuk mobilitas. Dalam uji coba, pengisian 0-50% hanya butuh 9 menit. Cocok untuk kamu yang tak suka menunggu lama.

Performa Tinggi

Dengan chipset Kirin 8000 dan RAM 12GB, performa terasa gegas dan stabil. Multitasking, bermain game berat, hingga pengeditan video ringan dapat dilakukan tanpa kendala berarti.

Kekurangan Huawei nova 13 Pro

Tidak Ada Google Mobile Services

Masih menjadi isu klasik bagi pengguna di luar Tiongkok. Meskipun Huawei AppGallery terus berkembang, beberapa aplikasi populer seperti Google Maps, YouTube, dan Gmail tetap harus diakses lewat browser atau solusi alternatif.

Sistem Operasi yang Butuh Penyesuaian

HarmonyOS 4.2 memang canggih, tetapi ekosistemnya masih terasa asing bagi pengguna Android murni. Butuh waktu adaptasi, terutama jika sebelumnya terbiasa dengan Play Store.

Harga Mulai Menyentuh Segmen Flagship

Dengan banderol mendekati Rp8 jutaan, beberapa pengguna mungkin akan mempertimbangkan alternatif lain dari merek seperti Samsung, Xiaomi, atau OPPO yang menawarkan fitur setara dengan harga lebih murah.

Kesimpulan

Huawei nova 13 Pro adalah smartphone stylish dengan DNA flagship yang cocok untuk kamu yang ingin tampil beda dan menonjol di dunia digital. Kamera depan ganda dengan kualitas sinematik, desain unik, layar mewah, dan baterai tahan lama membuatnya jadi paket komplet untuk gaya hidup mobile.

Namun, kamu perlu siap dengan ekosistem tanpa Google dan mempertimbangkan harga yang berada di kelas premium. Jika kamu pencinta selfie dan konten visual, nova 13 Pro bisa menjadi pendamping digital yang ciamik.

Cara Membuat Foto AI Action Figure Gemini dengan 16 Prompt Terbaik

0

Cara Membuat Foto AI Action Figure dengan Teknologi Google Gemini AI

Tren foto bertema action figure yang terlihat sangat realistis dan detail kini sedang ramai di media sosial. Namun uniknya, figur tersebut bukan berasal dari toko mainan, melainkan hasil karya seni digital menggunakan teknologi Google Gemini AI. Tren ini memanfaatkan fitur terbaru dari Gemini AI yang diberi nama Nano Banana. Fitur tersebut memungkinkan pengguna mengubah foto 2D biasa menjadi model 3D realistis dengan skala 1/7, lengkap dengan tekstur, pencahayaan, dan detail menyerupai action figure premium.

Google Gemini sendiri dikenal sebagai asisten AI canggih buatan Google. Dengan kehadiran Nano Banana, pengguna bisa langsung menghasilkan konten digital 3D yang siap pakai, terutama untuk kebutuhan media sosial yang kini tengah ramai dengan tren unik tersebut. Berbeda dari layanan AI lainnya, Nano Banana memang didesain khusus untuk menghasilkan konten 3D yang realistis dan interaktif. Hebatnya lagi, fitur ini dapat digunakan secara gratis oleh semua pengguna Gemini AI.

Langkah-Langkah Membuat Foto AI Action Figure yang Viral

Berikut adalah langkah-langkah sederhana untuk membuat foto AI action figure yang viral:

  1. Unduh Aplikasi Gemini AI

    Dapatkan aplikasi melalui Google Play Store atau App Store. Atau akses lewat komputer di https://gemini.google.com/.

  2. Unggah Foto yang Ingin Dijadikan Action Figure

    Pilih foto dengan resolusi tinggi, pastikan subjek jelas dan fokus. Unggah foto ke aplikasi Gemini AI.

  3. Gunakan Prompt Khusus Nano Banana

    Masukkan prompt berikut untuk mendapatkan hasil terbaik:

    “Use the nano-banana model to create a 1/7 scale commercialized figure of the character in the illustration, in a realistic style and environment. Place the figure on a computer desk, using a circular transparent acrylic base without any text. On the computer screen, display the Blender modeling process of the figure. Next to the computer screen, place a (MEREK MAINAN FAVORIT ANDA)-style toy packaging box printed with the original artwork.”

Prompt ini dirancang agar action figure memiliki latar yang menarik dan detail sesuai standar industri mainan berkualitas tinggi.

  1. Tunggu dan Unduh Hasilnya

    Proses pembuatan model 3D biasanya memakan waktu sekitar 5 menit. Setelah selesai, unduh hasilnya dan bagikan di Instagram atau media sosial lainnya.

Tips untuk Menciptakan Konten yang Menarik

  • Pilih Foto dengan Latar Sederhana: Foto dengan background polos memudahkan AI memisahkan subjek dari latar.
  • Eksperimen dengan Prompt: Variasikan pose, latar, atau merek kemasan figur untuk hasil berbeda.
  • Bandingkan dengan ChatGPT: Prompt yang sama bisa dicoba di ChatGPT untuk mendapatkan gaya berbeda.
  • Edit Hasil Akhir: Tambahkan filter atau efek menggunakan aplikasi seperti Lightroom atau Photoshop untuk konten Instagram lebih menarik.

Kumpulan Prompt untuk Membuat Action Figure

Berikut beberapa contoh prompt yang bisa digunakan untuk menciptakan action figure digital:

1. Prompt Action Figure

  • Create the person in this photo into an action figure toy that should be packaged. The action figure toy equipped with accessories. The packaging box should have a colorful background in a simple design. On the top of the packaging box, include text “Ambar”.
  • Turn this photo into a character figure. Behind it, place a box with the character’s image printed on it, and a computer showing the Blender modeling process on its screen. In front of the box, add a round plastic base with the character figure standing on it. Make the PVC material look clear, and set the scene indoors if possible.
  • Create a highly detailed 3:4 photorealistic miniature image of a man sitting in a large, transparent glass box with an elegant black base. Near the glass box are a pack of cigarettes, a lighter, a cup of coffee, and a cell phone with the same screen wallpaper as the man. In the background is a computer monitor displaying a 3D design of the man, in wireframe view in a 3D modeling application such as Blender. To the right of the monitor, a plastic model packaging box is visible with the same image with the words ‘Your Name’ and Japanese writing.

2. Prompt Miniatur Motor

  • Create a realistic 1/7 scale figurine of the motorcycle in the picture. Place it on a computer desk with a transparent acrylic base, no text. On the screen, show a ZBrush modeling process of the figurine, and add a Bandai-style toy packaging box with original artwork beside the monitor.
  • Sebuah meja kerja dengan suasana realistis di dalam ruangan. Di atas meja terdapat miniatur motor PCX yang sangat detail dan tampak nyata. Di belakangnya ada monitor komputer besar menampilkan software 3D modeling dengan objek motor yang sama sedang didesain. Di samping monitor ada kotak mainan (model kit) dengan gambar motor itu dan tulisan 2025 ala Bandai yang berbahasa Jepang. Pencahayaan natural, fokus utama pada miniatur motor di atas meja.

3. Prompt Miniatur Mobil

  • Create a 1/18 scale commercialized figurine of the car in the picture, in a realistic style, in a real environment. The figurine is placed on a computer desk. The figurine has a transparent acrylic base, with no text on the base. The content on the computer screen is the ZBrush modeling process of the figure. Next to the computer screen is a TAMIYA style toy packaging box printed with the original artwork.

4. Prompt Miniatur untuk Foto Keluarga

  • Create a 1/18 scale miniature sculpture of the family from the photo, designed in a highly realistic style as if placed in a real environment. Position the figurine on a work desk with a transparent acrylic base, without any text. On the computer screen, display the 3D modeling process in ZBrush, and next to the monitor place a photo frame showing the original family picture.
  • Create a 1:15 scale miniature sculpture of the family from the photo, designed in a highly realistic style as if placed in a real environment. Position the figurine on a work desk with a transparent acrylic base, without any text. On the computer screen, display the 3D modeling process in ZBrush, and next to the monitor place a photo frame showing the original family picture.

5. Prompt Miniatur untuk Foto Bersama Pasangan

  • Generate a 1/7 scale realistic miniature of the couple in the photo. Place them on a wooden desk with small props such as books, coffee cups, and toy packaging. Use soft, cinematic lighting for an Instagram-worthy look.

6. Prompt Miniatur Lainnya

  • Buat foto potrait hyperrealistic sebuah meja kerja dengan suasana realistis di dalam ruangan. Di atas meja terdapat sebuah miniatur seorang karakter seperti difoto terlampir, terlihat full badan dari kepala sampai kaki yang sangat detail dan tampak nyata. Di belakangnya ada monitor komputer besar yang menampilkan software 3D modeling dengan objek yang sama. Di samping monitor terdapat kotak diecast dengan gambar karakter tersebut dan tulisan berbahasa Jepang. Objek miniatur berada di atas plat besi hitam tebal dengan tulisan timbul bertekstur perak keemasan ‘Nama Anda’. Pencahayaan ruangan fokus pada miniatur, resolusi tinggi, detail halus, 8K.

Viral! Cara Membuat Dunia Mini di Atas Meja dengan AI

0

Tren Miniatur Digital Berbasis AI yang Menarik Perhatian Media Sosial

Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, tren miniatur digital berbasis kecerdasan buatan (AI) kini menjadi sorotan di media sosial. Banyak warganet mulai mengeksplorasi cara unik untuk mengubah foto biasa menjadi figur mungil yang terlihat nyata, seperti action figure atau model miniatur. Dari motor kesayangan hingga potret keluarga, semuanya bisa disulap menjadi karya seni yang menarik.

Miniatur Motor dalam Skala Kecil

Salah satu bentuk yang paling populer adalah miniatur motor. Warganet menggunakan prompt khusus untuk menghasilkan figur motor dalam skala 1/7 atau 1/18. Contohnya, mereka meminta gambar motor yang sangat detail ditempatkan di atas meja kerja dengan dasar akrilik bening. Di belakangnya, layar komputer menampilkan proses modeling 3D dan di sampingnya ada kotak mainan ala Bandai. Detail ini membuat hasil AI terasa sangat nyata.

Mobil dalam Bentuk Miniatur Realistis

Tidak hanya motor, mobil juga menjadi pilihan favorit. Prompt yang digunakan sering kali meminta pembuatan figur mobil dalam skala 1/18. Hasilnya adalah mobil mini yang tampak seperti diecast edisi terbatas. Dengan pencahayaan natural dan desain yang realistis, mobil mini ini terlihat seperti benda asli yang baru saja keluar dari toko hobi.

Kehangatan Keluarga dalam Bentuk Miniatur

Bagi yang ingin mengabadikan momen personal, ada prompt khusus untuk keluarga. Dengan instruksi yang tepat, foto keluarga bisa diubah menjadi figur mungil yang ditempatkan di atas meja kerja. Di sampingnya, terdapat bingkai foto asli dan layar komputer yang menampilkan proses modeling 3D. Kehangatan keluarga terasa lebih intim ketika dihadirkan dalam bentuk mungil yang bisa “dipajang” di meja kerja.

Miniatur Pasangan yang Romantis

Miniatur pasangan juga populer di media sosial. Warganet sering kali menggunakan prompt yang menghasilkan figur sepasang kekasih dalam skala 1/7. Mereka ditempatkan di atas meja kayu dengan properti kecil seperti buku, cangkir kopi, dan kotak mainan. Pencahayaan sinematik membuat suasana terasa romantis, seolah figur tersebut adalah potret cinta yang bisa dipajang.

Potret Pribadi dalam Kotak Kaca

Ada juga prompt yang lebih personal, seperti menggambar figur pria yang sedang duduk dalam kotak kaca besar transparan. Di sekitarnya, terdapat benda-benda personal seperti rokok, korek gas, segelas kopi, dan HP dengan wallpaper layar yang sama. Di latar belakang, monitor menampilkan desain 3D dari pria tersebut. Hasilnya terasa sangat intim dan otentik.

Prompt Tambahan untuk Karakter

Bagi yang lebih kreatif, ada prompt tambahan untuk karakter. Mereka bisa menghasilkan foto potrait hyperrealistik dari sebuah meja kerja dengan figur karakter yang sangat detail. Di belakangnya, terdapat monitor komputer yang menampilkan software 3D dan di sampingnya ada kotak diecast dengan gambar karakter tersebut. Detail ini memberi kesan eksklusif dan profesional.

Cara Membuat Foto Miniatur AI

Untuk mencoba tren ini, prosesnya cukup sederhana. Pertama, buka Google Chrome dan masuk ke gemini.google.com. Setelah login, unggah foto yang ingin diubah. Masukkan prompt sesuai kebutuhan, lalu klik tombol kirim. Dalam beberapa detik, hasil miniatur siap diunduh dan dibagikan ke media sosial.

Dunia Baru dalam Skala Mini

Tren miniatur AI bukan sekadar hiburan. Ia membuka cara baru melihat diri, keluarga, benda kesayangan, atau pasangan dalam dimensi berbeda. Dengan detail yang nyaris nyata, miniatur itu menggabungkan nostalgia, kreativitas, dan teknologi. Setiap figur membawa cerita: motor kesayangan, keluarga tercinta, cinta romantis, hingga identitas pribadi. Kadang, untuk benar-benar menghargai sesuatu, kita perlu melihatnya dalam ukuran lebih kecil. AI memberi ruang itu—sebuah dunia mini di atas meja, tempat imajinasi dan realitas berpadu.

Cara Cepat Buat Foto Action Figure dengan AI Gemini dan PixVerse

0

Tren Foto Miniatur Viral di Media Sosial

Tren foto miniatur kini sedang menggemparkan media sosial. Proses pembuatannya sangat mudah dan tidak memerlukan aplikasi tambahan. Cukup dengan mengunggah foto ke situs AI, seperti Google Gemini AI, lalu menambahkan prompt yang sesuai, dalam hitungan detik foto akan berubah menjadi miniatur. Bahkan hasilnya bisa dianimasikan menjadi video pendek menggunakan PixVerse.

Cara Membuat Miniatur AI di Gemini

Berikut langkah-langkah untuk membuat foto miniatur menggunakan Google Gemini AI:

  1. Buka gemini.google.com di peramban Google Chrome.
  2. Pilih mode Gambar (pastikan ikonnya berwarna biru).
  3. Klik ikon (+) untuk mengunggah foto yang ingin dijadikan miniatur.
  4. Masukkan prompt yang sesuai dengan hasil yang diinginkan.
  5. Tunggu proses selesai, lalu simpan hasil foto miniatur.

Prompt Membuat Foto Miniatur AI

Berikut beberapa contoh prompt yang bisa digunakan:

1. Foto Sendiri

“Buat gambar miniatur seorang pria dengan rasio 3:4, dipajang dalam kotak kaca transparan dengan alas hitam elegan. Di samping kotak ada sebungkus rokok, korek, secangkir kopi, dan ponsel dengan wallpaper sama seperti pria tersebut. Monitor di belakang menampilkan desain 3D dalam mode wireframe di Blender. Di sebelah monitor ada kotak kemasan bergambar sosok yang sama bertuliskan ‘[Nama Anda]’ dengan tulisan Jepang.”

2. Foto Keluarga

“Buat miniatur keluarga skala 1/18 dengan tampilan realistis seolah berada di lingkungan nyata. Tempatkan di meja kerja dengan alas akrilik transparan. Layar komputer menampilkan proses desain 3D di ZBrush, sementara di samping monitor ada bingkai foto keluarga asli.”

“Ubah foto keluarga menjadi miniatur skala 1/15 dengan gaya realistis. Letakkan di atas meja kerja dengan alas akrilik transparan. Pada monitor, tampilkan proses desain 3D di ZBrush, dan di sebelah monitor tambahkan bingkai foto keluarga asli.”

3. Foto dengan Pasangan

“Buat miniatur realistis skala 1/7 dari pasangan dalam foto. Tempatkan di atas meja kayu dengan properti kecil seperti buku, cangkir kopi, dan kotak mainan. Gunakan pencahayaan sinematik lembut agar terlihat estetik.”

Prompt Membuat Miniatur AI Bergerak

Setelah mendapatkan foto miniatur, Sobat PR bisa membuatnya bergerak dan menghasilkan video pendek menggunakan prompt di PixVerse berikut:

  • “Dua tangan perlahan mengambil figur dari meja lalu memutarnya sedikit. Objek di layar komputer dan kotak kemasan tetap diam, sementara elemen latar lainnya tidak berubah.”
  • “Close-up sinematik tangan yang meraih figur realistis di meja. Gerakan tangan tampak alami seperti sedang memeriksa koleksi. Gunakan cahaya hangat dramatis dengan pergerakan kamera lembut.”
  • “Dua tangan mengangkat patung miniatur, memutarnya ke kiri dan kanan, lalu meletakkannya kembali di meja secara natural.”
  • “Buat miniatur motor bergerak seperti iklan action figure Bandai. Tambahkan gerakan berputar pelan, cahaya sinematik, dan pergerakan kamera halus untuk menciptakan animasi singkat.”
  • “Animasikan figur pasangan di meja agar melambaikan tangan dan sedikit berputar. Gunakan gerakan halus, bayangan lembut, dan pencahayaan realistis untuk efek miniatur hidup.”

Catatan Penting

Membuat foto miniatur AI bergerak memiliki batasan jika tidak berlangganan. Setiap prompt yang diminta harus menggunakan 20 kredit, sementara pengguna memiliki 70 kredit per hari. Jika ingin lebih banyak kredit, bisa berlangganan sesuai paket yang disediakan.

Kesimpulan

Tren foto miniatur menggunakan AI ini memberikan kesempatan bagi pengguna untuk bereksplorasi dan menciptakan karya seni digital yang unik. Dengan berbagai prompt yang tersedia, siapa saja dapat membuat miniatur yang menarik dan bahkan menganimasikannya. Meski ada batasan dalam penggunaan kredit, tren ini membuka jalan baru dalam dunia kreativitas digital.

Bocoran Spesifikasi Kamera Samsung Galaxy S26, Lengkap dan Terpercaya

0

Pengembangan Galaxy S26: Spesifikasi Kamera yang Mencuri Perhatian

Samsung diperkirakan sedang mengembangkan seri flagship Galaxy S26, yang kemungkinan akan dirilis pada Januari 2026. Dari laporan yang beredar, jajaran Galaxy S26 diprediksi akan terdiri dari tiga model utama, yaitu Galaxy S26 Edge, Galaxy S26 Pro, dan Galaxy S26 Ultra. Setiap model ini dikabarkan membawa inovasi teknologi terbaru, termasuk perbaikan signifikan pada sektor kamera.

Spesifikasi Kamera Galaxy S26 Ultra

Bocoran terkini mengungkapkan bahwa Galaxy S26 Ultra akan dilengkapi dengan kamera utama berkekuatan 200 megapiksel, lensa ultra lebar 50 megapiksel, serta dua kamera telefoto. Salah satu kamera telefoto akan menggunakan sensor Samsung S5K3LD berkekuatan 12 megapiksel dengan dukungan zoom optik 3x. Sementara itu, kamera telefoto lainnya akan hadir dengan sensor 50 megapiksel yang mendukung zoom optik 5x.

Selain itu, Galaxy S26 Ultra juga disebut akan menggunakan kamera primer HP2+ baru. Sensor ini memiliki ukuran hampir 1 inci dengan aperture f/1.4, yang mampu menyerap cahaya 47 persen lebih banyak dibandingkan pendahulunya. Hal ini akan meningkatkan kualitas foto dalam kondisi cahaya rendah.

Menurut informasi dari Weibo, kamera telefoto baru ini akan memiliki aperture f/2.4 dan jumlah piksel yang meningkat sebesar 20 persen dibandingkan kamera telefoto 10 megapiksel pada Galaxy S25 Ultra. Selain itu, lensa telefoto dengan aperture f/2.9 akan memberikan peningkatan penyerapan cahaya sebesar 38 persen.

Performa dan Desain Galaxy S26 Ultra

Dalam hal performa, Galaxy S26 Ultra diperkirakan akan ditenagai oleh prosesor Snapdragon 8 Elite Gen 5 untuk Galaxy. Ponsel ini juga akan dilengkapi baterai berkapasitas 5.500mAh dengan dukungan pengisian daya cepat hingga 60W. Tidak hanya itu, Galaxy S26 Ultra kemungkinan besar akan hadir dengan dukungan pengisian daya nirkabel magnetik seperti MagSafe.

Desain Galaxy S26 Ultra juga disebut-sebut akan lebih besar dan lebih tipis dibandingkan Galaxy S25 Ultra. Sudut ponsel ini juga akan memiliki bentuk yang lebih membulat, memberikan kesan lebih modern dan nyaman saat digenggam.

Perbedaan antara Galaxy S26 Edge dan S26 Pro

Galaxy S26 Edge juga diperkirakan akan memiliki kamera utama 200 megapiksel dan lensa ultra lebar 50 megapiksel. Ini berarti ponsel ini akan memiliki pengaturan kamera ganda seperti Galaxy S25 Edge, tetapi dengan lensa ultra lebar yang lebih baru.

Sementara itu, Galaxy S26 Pro akan memiliki lensa ultra lebar 50 megapiksel baru. Namun, informasi tentang kamera utama dan telefoto masih belum jelas. Meski begitu, desain dan fitur yang dijanjikan untuk Galaxy S26 Pro juga sangat menarik perhatian.

Kesimpulan

Dengan spesifikasi kamera yang semakin canggih dan performa yang lebih baik, Galaxy S26 diharapkan menjadi salah satu ponsel flagship terbaik di pasaran. Mulai dari Galaxy S26 Edge hingga Galaxy S26 Ultra, setiap model membawa inovasi yang menarik dan layak untuk dinantikan.

AI Memasuki Perpustakaan, Bukan Lagi Mainan Pribadi

0

Peran AI dalam Perpustakaan: Dari Eksperimen Pribadi ke Kebijakan Institusi

Pada awal Agustus 2025, saya memimpin sebuah forum diskusi yang membahas isu penting dan mendesak: bagaimana kecerdasan buatan (AI) bisa masuk ke perpustakaan. Forum ini digelar oleh Pusat Pengembangan Perpustakaan Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi Perpusnas, lembaga yang saya pimpin. Diskusi ini menyoroti tantangan dan peluang yang dihadapi perpustakaan dalam mengadopsi teknologi baru.

Dr. Rahmi dari Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia menjadi narasumber pertama. Ia menjelaskan hasil observasinya di kampus-kampus. Banyak mahasiswa, dosen, dan peneliti sudah mulai menggunakan AI. Beberapa di antaranya memanfaatkannya untuk meringkas bacaan, sementara yang lain hanya bereksperimen dengan membuat draft laporan atau publikasi. Saya menambahkan catatan bahwa penggunaan AI masih bersifat sporadis—bergantung pada inisiatif pribadi. Maka, saya mengajukan pertanyaan yang menggelitik: apakah peran tata kelola perpustakaan cukup dibiarkan di level eksperimen pribadi, atau harus naik menjadi kebijakan institusi?

Narasumber berikutnya, Dr. Adin Bondar, Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, menegaskan perlunya kebijakan agar adopsi AI benar-benar meningkatkan layanan perpustakaan. Meski Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi sudah mengeluarkan pedoman resmi untuk penggunaan AI dalam kegiatan akademik, pedoman tersebut belum cukup membuat lembaga pendidikan mengambil langkah konkret. AI tetap hidup di ruang individu, belum menyatu dalam tubuh organisasi.

Dari sinilah terlihat jelas jurang yang sedang kita hadapi: generasi muda begitu akrab dengan AI, tapi institusi pendidikan dan perpustakaan masih ragu melangkah.

Pengalaman di Kantor: Transformasi Berawal dari Langganan ChatGPT

Pengalaman di forum itu membuat saya merenung. Jurang itu memang nyata. Namun saya bersyukur bisa menghadirkan cerita berbeda di kantor. Saya memimpin tim pustakawan yang mayoritas masih muda, rata-rata belum genap sepuluh tahun menjadi ASN. Mereka punya energi besar, semangat belajar tinggi, dan cepat sekali beradaptasi dengan hal baru. Tantangan saya justru bagaimana mengarahkan energi itu agar tidak tenggelam dalam rutinitas birokrasi.

Beberapa bulan lalu, saya mengambil satu langkah yang agak tidak biasa: menganggarkan langganan ChatGPT dari APBN. Dengan begitu, AI resmi menjadi bagian dari infrastruktur kerja kantor kami, bukan sekadar eksperimen pribadi. Hasilnya terasa nyata. Kami menggunakan AI untuk menyusun dokumen perencanaan, membuat monitoring evaluasi, hingga mengukur dampak kegiatan pengembangan perpustakaan. Jika dulu laporan butuh waktu berminggu-minggu, sekarang cukup beberapa hari. AI membantu menyiapkan draft, sementara pustakawan fokus memperkaya data dan menajamkan analisis.

“AI membuat pondasi, pustakawan memberi jiwa.” Perubahan ini bukan hanya soal kecepatan, tapi juga kualitas. Monitoring jadi lebih terstruktur, evaluasi lebih terukur, dan pembelajaran dari tiap kegiatan lebih jelas dirumuskan. Bukankah ini yang selama ini kita harapkan dari birokrasi—kerja cepat, hasil terukur, dan pembelajaran yang terus berlanjut?

Antara Kosmetik dan Redesign: Menghadapi Teknologi Disruptif

Sejak awal 2024, melalui tulisan di Kompas.id berjudul “Layanan Perpustakaan dan Kecerdasan Buatan Generatif”, saya sudah menekankan bahwa perpustakaan akan segera berhadapan dengan arus kecerdasan buatan generatif. Perubahan ini, saya tulis waktu itu, harus ditopang oleh kebijakan dan regulasi. Kini, pengalaman di forum maupun di kantor memperlihatkan betapa cepat prediksi itu menjadi kenyataan. Jurang adopsi AI tidak lagi soal kemungkinan, tapi soal keberanian kelembagaan untuk menutupnya.

Apa yang kami alami di kantor ternyata sejalan dengan teori manajemen Hammer dan Champy (2009). Menghadapi teknologi disruptif tidak cukup dengan otomatisasi, melainkan butuh perombakan fundamental atau business process redesign. Banyak organisasi tergoda menjadikan AI sekadar “kosmetik”—misalnya menempelkan AI pada katalogisasi atau layanan referensi tanpa mengubah alur kerja. Padahal, perubahan yang sejati hanya terjadi jika AI dibingkai dalam kebijakan strategis, diturunkan ke SOP, lalu diterjemahkan dalam instruksi teknis sehari-hari.

Inilah yang saya coba lakukan di kantor. Dari keputusan berlangganan, penyusunan SOP monev, hingga instruksi teknis pustakawan, semua dirangkai agar AI benar-benar menyatu dalam denyut organisasi. Weske (2024) menyebut kesinambungan semacam ini sebagai inti dari Business Process Management.

AI sebagai Katalis Pengetahuan

Manfaat AI bagi perpustakaan sebenarnya bisa jauh lebih luas. Ia bisa membantu katalogisasi otomatis, menghasilkan kata kunci dan sinopsis koleksi baru, atau membuat rekomendasi bacaan yang lebih personal bagi pemustaka. Ia juga bisa membaca pola kunjungan dan tren pinjaman secara real time, lalu memberi masukan untuk pengembangan koleksi. Gagasan ini sejalan dengan teori klasik. Russell Ackoff (1989) menggambarkan data, informasi, dan pengetahuan seperti anak tangga yang harus dilalui satu per satu. AI membuat langkah di tangga itu lebih cepat. Nonaka dan Takeuchi (2007) menekankan bahwa pengetahuan lahir dari pertemuan antara pengalaman pribadi (tacit) dan informasi tertulis (explicit). AI bisa menjembatani keduanya, sehingga proses belajar jadi lebih cepat menyatu.

Dengan begitu, AI bukan sekadar perangkat tambahan, melainkan benar-benar katalis yang membuat pengetahuan lebih cepat terbentuk dan lebih mudah diakses.

Praktik Global dan Refleksi Pribadi

Praktik serupa juga sudah terlihat di luar negeri. Misalnya, sejumlah perpustakaan nasional di Eropa sudah memanfaatkan AI dalam katalogisasi dan digitalisasi otomatis. Sementara itu, di Tiongkok, Tsinghua University Library mengembangkan chatbot dinamis bernama Xiaotu, yang dapat menyapa dan melayani pemustaka secara real-time. Ini menunjukkan bahwa adopsi AI bukan hanya wacana—melainkan sudah menjadi praktik nyata di dunia.

Sejak 2024 hingga 2025 saya juga menulis sejumlah artikel lain, antara lain “Mencerdaskan Perpustakaan” (Kumparan, 2024) dan “Perpustakaan Era AI Menyapa, Tak Hanya Menyediakan” (Kumparan, 2025). Intinya sama: perpustakaan cerdas bukan sekadar efisiensi, tetapi layanan yang personal, adaptif, bahkan membangun relasi yang lebih manusiawi. AI Companion, misalnya, bisa hadir bukan hanya memberi rekomendasi bacaan, tetapi juga menyapa, memahami minat pembaca, bahkan mendampingi kegelisahan.

Refleksi-refleksi itu kini terasa semakin relevan. Pengalaman di forum maupun di kantor memperlihatkan bahwa adopsi AI tidak cukup berhenti pada percepatan kerja. Ia harus diarahkan menjadi kekuatan yang menjaga integritas nalar publik.

Menutup Jurang: Keberanian dan Inovasi

Jurang adopsi AI di perpustakaan memang nyata. Banyak lembaga enggan mengambil risiko, lebih mudah membiarkan pustakawan bereksperimen sendiri ketimbang membangun infrastruktur dan kebijakan yang menuntut perubahan. Namun pengalaman kami menunjukkan bahwa jurang itu bisa ditutup. Syaratnya ada dua: keberanian mengambil keputusan kelembagaan, dan kesediaan memberi ruang bagi pustakawan muda untuk berinovasi.

Saya percaya, AI tidak akan menggantikan manusia. Tapi ia bisa menjadi asisten terbaik bagi pustakawan yang penuh semangat. Tugas kita sebagai pemimpin adalah memastikan teknologi ini hadir dalam sistem kerja resmi, bukan sekadar jadi mainan pribadi.

Dalam opini saya “Batin Jadi Medan Perang” (Kumparan, April 2025), saya menulis bahwa ruang kesadaran manusia kini menjadi medan tempur paling strategis. Algoritma, narasi, dan disinformasi bekerja untuk membentuk cara kita berpikir. Dalam lanskap ini, perpustakaan tidak bisa hanya berperan sebagai penyedia informasi, tetapi juga sebagai benteng kognitif bangsa. Maka, adopsi AI di perpustakaan bukan hanya soal efisiensi organisasi. Ia juga bagian dari strategi kebangsaan: menjaga integritas nalar publik di tengah pusaran perang kognitif global.

Di tengah derasnya arus teknologi, perpustakaan tidak boleh hanya jadi penonton. Ia harus ikut menata arah. Pertanyaannya kini: apakah perpustakaan siap melangkah sejauh itu?

Heboh! Ini Cara Ubah Foto Jadi Action Figure AI yang Bisa Bergerak

0

Tren Kreatif Mengubah Foto Menjadi Miniatur AI yang Viral

Di tengah perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), muncul tren baru yang menarik perhatian banyak orang di media sosial. Tren ini memungkinkan pengguna mengubah foto biasa menjadi miniatur yang sangat detail, mirip dengan mainan action figure premium. Dari foto pribadi hingga foto keluarga, semua bisa diubah menjadi karya seni digital yang menarik.

Tidak hanya itu, miniatur yang dihasilkan bisa diubah menjadi video animasi pendek, sehingga terlihat seperti iklan resmi dari produsen mainan. Hal ini membuat tren ini semakin populer dan diminati oleh banyak kalangan.

Jika kamu belum mencoba tren ini, tidak perlu khawatir. Berikut panduan lengkap untuk membuat miniatur AI menggunakan Google Gemini dan mengubahnya menjadi video bergerak dengan PixVerse.

Cara Membuat Miniatur AI dengan Google Gemini

Google Gemini adalah salah satu alat AI yang digunakan untuk menghasilkan gambar miniatur yang sangat realistis. Prosesnya cukup sederhana dan mudah diikuti. Berikut langkah-langkahnya:

  1. Buka browser dan akses laman https://gemini.google.com/
  2. Klik ikon “+” lalu unggah foto yang ingin diubah menjadi miniatur. Foto bisa berupa potret diri, motor kesayangan, hewan peliharaan, atau objek lainnya.
  3. Masukkan instruksi atau prompt agar AI tahu hasil yang diinginkan.
  4. Tunggu beberapa saat hingga gambar selesai diproses.
  5. Simpan hasilnya jika sudah sesuai dengan ekspektasi.

Contoh prompt yang bisa digunakan:

“Use the nano-banana model to create a 1/7 scale commercialized figure of the character in the illustration, in a realistic style and environment. Place the figure on a computer desk, using a circular transparent acrylic base without any text. On the computer screen, display the ZBrush modeling process of the figure. Next to the computer screen, place a BANDAI-style toy packaging box printed with the original artwork.”

Dengan prompt di atas, hasil gambar miniatur akan terlihat seperti produk mainan asli buatan pabrik profesional!

Cara Mengubah Foto Miniatur Jadi Bergerak dengan PixVerse

Setelah foto miniatur AI berhasil dibuat, langkah selanjutnya adalah mengubahnya menjadi video animasi pendek menggunakan PixVerse. Berikut langkah-langkahnya:

  1. Akses situs resmi https://app.pixverse.ai/
  2. Login menggunakan akun Google milikmu.
  3. Unggah hasil gambar miniatur dari Gemini.
  4. Ketikkan prompt animasi untuk menentukan gerakan yang diinginkan.
  5. Klik tombol “Create”, lalu tunggu hingga proses rendering selesai.
  6. Unduh video dan bagikan ke media sosial favoritmu seperti TikTok, Instagram, atau Reels.

Contoh prompt yang bisa digunakan:

“Two hands gently pick up the figure in the frame and rotate it slightly for inspection. The model on the computer screen and the model printed on the packaging box remain stationary, while all other background elements stay unchanged.”

Dengan prompt tersebut, hasil videonya akan terlihat seperti iklan mainan profesional, padahal semua dibuat hanya dari satu foto!

Tren AI yang Wajib Kamu Coba!

Kreativitas berbasis AI kini semakin mudah dijangkau siapa saja. Tren mengubah foto menjadi miniatur action figure, lalu menganimasikannya, menunjukkan betapa cepatnya perkembangan teknologi visual. Dengan alat-alat seperti Google Gemini dan PixVerse, siapa pun bisa menciptakan karya visual yang unik dan menarik perhatian di media sosial.

Jangan sampai ketinggalan tren viral ini! Hanya dengan dua tools tersebut, kamu bisa menciptakan karya visual yang menarik dan menunjukkan kreativitasmu secara khusus. Mulailah eksplorasi dan jadilah bagian dari tren terbaru di dunia digital!

Lajang Makin Banyak Gunakan AI di Aplikasi Kencan, Baik atau Buruk?

0

Penggunaan AI dalam Kencan di Amerika Serikat Meningkat Pesat

Dalam era digital yang semakin berkembang, teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) mulai memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia kencan. Menurut laporan terbaru, jumlah lajang di Amerika Serikat yang menggunakan AI untuk mencari pasangan meningkat secara signifikan. Dibandingkan tahun sebelumnya, angka ini melonjak hingga 300 persen, menunjukkan bahwa AI kini menjadi bagian dari strategi kencan yang semakin umum.

Studi yang dilakukan oleh Match dan Kinsey Institute mengungkap bahwa sekitar 26 persen lajang di AS menggunakan AI dalam kehidupan kencan mereka. Angka ini meningkat tajam dibandingkan tahun 2024, dengan peningkatan sebesar 333 persen. Survei ini melibatkan sekitar 5.000 lajang dengan rentang usia antara 18 hingga 98 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa generasi Gen Z paling aktif menggunakan AI dalam proses kencan, baik untuk menyempurnakan profil, pesan, maupun menyaring kesesuaian calon pasangan.

Beberapa alasan penggunaan AI dalam kencan adalah untuk meningkatkan efisiensi dan kejelasan. Sebanyak 44 persen lajang ingin AI membantu menyaring kecocokan, sementara 40 persen menginginkan bantuan dalam membuat profil kencan yang lebih menarik. Namun, tidak semua orang menerima penggunaan AI dalam kencan. Hingga 44 persen lajang merasa tidak nyaman jika AI digunakan untuk mengubah foto, sedangkan 36 persen menganggap penggunaan AI untuk memulai percakapan sebagai hal yang tidak pantas.

Meski ada perdebatan, beberapa ahli mengatakan bahwa AI bisa menjadi alat bantu yang berguna. Dr. Amanda Gesselman, psikolog dari Kinsey Institute, menjelaskan bahwa AI tidak menggantikan keintiman, tetapi memberi para lajang keuntungan tambahan. Bagi generasi yang terlalu banyak pilihan, alat yang memberikan kejelasan dan efisiensi sangat penting. Selain itu, survei juga menemukan bahwa 16 persen lajang telah menggunakan AI sebagai teman romantis. Angka ini meningkat menjadi 33 persen pada kalangan Gen Z dan 23 persen pada milenial.

Tidak hanya itu, survei lain menunjukkan bahwa 8 dari 10 Gen Z akan menikahi AI. Meskipun ini terdengar aneh, seorang pakar mengatakan bahwa hal ini masuk akal mengingat generasi muda yang sudah terbiasa dengan teknologi. Namun, ada risiko yang perlu diperhatikan. Beberapa peneliti khawatir bahwa pendamping AI bisa berdampak negatif bagi anak di bawah umur, karena mereka bisa mengembangkan ketergantungan emosional pada AI.

Banyak lajang percaya pada takdir dalam hubungan. Tujuh dari 10 responden mengatakan bahwa mereka percaya pada takdir, sementara 73 persen percaya pada cinta abadi. Kepercayaan pada cinta pada pandangan pertama juga meningkat, dari 34 persen pada tahun 2014 menjadi 60 persen saat ini. Namun, sebagian besar lajang mengaku tidak mengenal siapa pun dalam hidup mereka yang sesuai dengan idealisme tentang hubungan.

Media sosial juga turut memengaruhi persepsi cinta modern. “Reality show di TV dan Instagram telah membuat cinta terasa seperti cuplikan sorotan daripada pengalaman nyata,” kata Gesselman. Tekanan untuk menemukan pasangan yang sempurna bisa sangat melelahkan.

Selain itu, 45 persen responden mengatakan bahwa berpasangan atau menjalin hubungan dengan AI membuat mereka merasa lebih dipahami. Orang yang aktif berkencan tiga kali lebih mungkin beralih ke AI untuk mencari teman dibandingkan yang tidak aktif berkencan. Namun, 40 persen responden menganggap bahwa memiliki pacar AI sebagai bentuk selingkuh. Pertanyaannya, apakah orang yang aktif berkencan akan tetap menginginkan teman manusia jika AI “memahami” mereka? Mungkin kita harus menunggu survei tahun 2026 untuk mendapatkan jawabannya.

Survei Terbaru: 98% Pemimpin Perusahaan AS Anggap AI Wajib Diadopsi

0

Transformasi Perusahaan Mengarah ke Kecerdasan Buatan Generatif

Agar transformasi dalam perusahaan berhasil, perlu dilakukan perubahan yang tidak hanya berupa inisiatif sementara, tetapi juga berbasis data dan angka pasti. Dengan perkembangan teknologi yang pesat, pengaruhnya terhadap operasional perusahaan di masa depan sangat besar. Meskipun eksekutif mungkin mengutamakan keuntungan jangka pendek, mereka tidak dapat mengabaikan pergeseran dalam inovasi digital jangka panjang.

Laporan yang diterbitkan oleh CAIO PYMNTS Intelligence pada Agustus 2025 dengan judul “From Experiment to Imperative: US Product Leaders Bet on Gen AI” menunjukkan bahwa kurva adopsi kecerdasan buatan (AI) generatif menjadi pengecualian. Dalam waktu 18 bulan, para pemimpin perusahaan beralih dari harapan peningkatan produktivitas ke desain ulang operasional secara menyeluruh.

Data tersebut menemukan konsensus sebesar 98% dari para pemimpin produk di AS bahwa AI generatif akan membentuk kembali operasi dalam tiga tahun ke depan. Mereka berasal dari perusahaan yang memiliki pendapatan tahunan minimal USD250 juta. Mereka bukan sekadar pendiri atau pengadopsi awal, melainkan eksekutif berpengalaman yang menyetujui anggaran dan menandatangani kontrak vendor.

Sebanyak 9,8 dari 10 di antara mereka menyatakan bahwa AI generatif menjadi keharusan bagi para eksekutif. Dengan demikian, AI tidak lagi dianggap sebagai proyek inovasi biasa, tetapi sebagai kebutuhan infrastruktur seperti cloud computing dan cybersecurity.

Fragmentasi Pasar AI Generatif

Pasar AI generatif masih dalam tahap awal. Tidak ada satu pun penyedia yang berhasil menciptakan keunggulan lintas industri yang signifikan. Sebaliknya, pasar tampak seperti tambal sulam. OpenAI, misalnya, mendominasi di bidang teknologi, dengan 50% chief product officer (CPO) yang disurvei menyebut OpenAI sebagai penyedia pilihan mereka. Google unggul di bidang barang, dengan 30%, sedangkan Microsoft memimpin di bidang layanan, dengan 24%. Nvidia dan Google masing-masing memiliki 19%.

Fragmentasi ini mencerminkan pasar yang relatif muda dan kebutuhan industri yang sangat terspesialisasi. Perusahaan teknologi menghargai kinerja model dan perangkat pengembang; produsen lebih mengutamakan integrasi sistem rantai pasokan; penyedia layanan memprioritaskan kepatuhan, auditabilitas, dan interaksi pelanggan.

Namun, fragmentasi ini tidak akan berlangsung selamanya. Dengan konvergensi kapabilitas AI dan upaya tim pengadaan untuk mencari keunggulan skalabilitas, konsolidasi vendor atau aliansi strategis menjadi tak terelakkan. Pertanyaannya adalah apakah konsolidasi ini akan didorong oleh keunggulan teknis, leverage harga, atau regulasi.

Memilih Penyedia AI Generatif

Memilih penyedia AI pada tahun 2025 sama pentingnya dengan manajemen risiko dan kapabilitas teknis. OpenAI menarik perusahaan yang mencari model terdepan dan fleksibilitas pengembang, sementara Google unggul dalam integrasi data dan multibahasa. Microsoft menawarkan layanan AI yang sudah tertanam dalam ekosistem perangkat lunak mereka sendiri, sehingga membuat adopsi lebih lancar bagi sektor yang menghindari risiko. Sementara itu, Nvidia menawarkan keunggulan integrasi perangkat keras-perangkat lunak, terutama bagi perusahaan dengan kebutuhan komputasi tinggi.

Banyak eksekutif melakukan lindung nilai dengan diversifikasi penyedia: menggunakan satu penyedia untuk R&D internal, penyedia lain untuk aplikasi pelanggan, dan penyedia ketiga untuk analitik khusus. Hal ini mirip dengan era cloud awal, ketika perusahaan mempertahankan jejak AWS dan Azure untuk mengurangi ketergantungan.

Bukan Sekadar Siklus Teknologi

Para skeptis mungkin berpendapat bahwa AI generatif mengikuti jalur kurva hype yang umum: antusiasme awal, kekecewaan, dan normalisasi. Namun, data tahun 2025 menunjukkan hal yang berbeda. Alih-alih siklus “meledak lalu runtuh”, kita melihat migrasi cepat dari bukti konsep ke utilitas tertanam. Teknologi AI lebih mirip dengan kurva adopsi ponsel pintar atau broadband daripada gelombang hype metaverse yang berumur pendek.

Implikasi paling jelas dari survei ini adalah kesenjangan antara pengakuan dan kesiapan. Hampir semua CPO percaya bahwa AI generatif akan mentransformasi bisnis mereka. Namun, banyak dari mereka masih beroperasi di organisasi dengan budaya yang menolak perubahan cepat, program percontohan yang terhambat karena kurangnya dukungan eksekutif, atau siklus pengadaan yang tidak bisa mengimbangi laju pembaruan teknologi.

Cara Membuat Foto Action Figure dengan Google Gemini Tanpa Bayar

0

Tren Foto Miniatur AI yang Menarik Perhatian Pengguna Media Sosial

Tren foto miniatur AI sedang menjadi sorotan di media sosial. Banyak pengguna membagikan gambar yang terlihat seperti figurin atau action figure, meskipun aslinya hanya foto biasa. Dari foto motor, mobil, hewan peliharaan, hingga anggota keluarga, semuanya bisa diubah menjadi foto yang tampak seperti mainan.

Tren ini menyebar dengan cepat karena hasilnya unik dan lucu. Selain itu, foto-foto ini sangat cocok untuk dibagikan di Instagram, TikTok, maupun sebagai foto profil. Yang paling menarik adalah, kamu tidak perlu menguasai desain 3D untuk mencoba tren ini. Cukup menggunakan smartphone atau laptop, serta kecerdasan buatan (AI) seperti Google Gemini, siapa pun bisa membuat foto ala action figure dengan hasil yang detail dan profesional.

Alasan Tren Ini Populer

Ada beberapa alasan mengapa tren foto miniatur AI dengan Google Gemini begitu digemari:

  • Mudah dan gratis – Hanya butuh koneksi internet dan akun Google.
  • Hasil realistis – Detail figurin mirip model kit atau mainan koleksi asli.
  • Bisa dipersonalisasi – Pose, gaya, bahkan desain kemasan bisa disesuaikan.
  • Konten menarik – Hasil edit cocok untuk posting media sosial atau hadiah digital unik.

Banyak orang berlomba-lomba mencoba tutorial foto miniatur AI gratis ini. Jika kamu tertarik, berikut panduan lengkapnya.

Cara Membuat Foto Action Figure dengan Google Gemini

Untuk mengikuti tren ini, kamu perlu menyiapkan foto, perangkat (smartphone atau laptop), serta akses ke Google Gemini. Berikut langkah-langkahnya:

  1. Buka Google Gemini

    Akses gemini.google.com melalui browser, lebih lancar jika menggunakan Google Chrome. Masuk menggunakan akun Google.

  2. Unggah Foto

    Klik ikon unggah gambar. Pilih foto yang ingin dijadikan action figure, misalnya selfie, pasangan, keluarga, motor, atau hewan peliharaan.

  3. Gunakan Prompt Miniatur

    Salin prompt agar AI mengerti hasil yang diinginkan. Contoh sederhana: “Make this photo into a 1/18 scale miniature action figure, realistic style, placed on a desk.”

  4. Kirim Prompt

    Tempel prompt di kolom chat Gemini. Klik kirim dan tunggu beberapa detik.

  5. Pilih dan Simpan Hasil

    Gemini akan menampilkan beberapa variasi gambar. Pilih yang terbaik, lalu simpan ke galeri. Jika hasilnya belum sesuai, modifikasi prompt atau coba dengan foto lain.

Contoh Prompt untuk Membuat Foto Action Figure

Agar hasil lebih realistis, berikut beberapa contoh prompt action figure AI yang bisa langsung dipakai:

  • Miniatur motor: “Ubah foto motor ini menjadi figurin skala 1/10 dengan detail realistis, dipajang di rak kaca bersama aksesori helm miniatur.”
  • Miniatur mobil: “Jadikan mobil dalam foto sebagai figurin skala 1/12, bergaya diecast, diletakkan di meja display dengan boks kemasan model retro.”
  • Miniatur keluarga: “Transformasikan foto keluarga ini menjadi figurin skala 1/16, dipajang di ruang tamu miniatur dengan sofa dan meja kopi kecil.”
  • Miniatur hewan peliharaan: “Buat figurin kucing/anjing skala 1/5 yang lucu, ditempatkan di atas alas kayu mini dengan mangkuk makan kecil di sampingnya.”
  • Miniatur diri sendiri: “Render foto saya sebagai figurin skala 1/9, dipajang di display box bergaya koleksi premium dengan lampu LED miniatur di dalamnya.”

Tips Agar Hasil Lebih Realistis

  • Gunakan foto dengan pencahayaan terang agar detail lebih tajam.
  • Tambahkan properti personal seperti kopi, ponsel, atau hobi favorit.
  • Coba variasi skala (1/6, 1/10, 1/18) untuk efek berbeda.
  • Sesuaikan gaya kemasan figurin (Bandai, Funko, Tamiya, Hot Toys).
  • Ubah kata-kata prompt jika hasil belum sesuai.

Tren Digital yang Bisa Jadi Koleksi

Foto miniatur AI bukan hanya seru untuk dibagikan di media sosial, tetapi juga bisa disimpan sebagai koleksi digital. Banyak orang menggunakannya untuk:

  • Foto profil media sosial yang unik.
  • Hadiah digital kreatif untuk pasangan atau sahabat.
  • Inspirasi membuat figurin sungguhan.

Ke depan, tren ini bahkan bisa berkembang menjadi layanan kreatif baru, di mana orang bisa memesan action figure digital versi mereka melalui platform berbasis AI.

Jadi, kalau kamu penasaran bagaimana cara membuat foto action figure dengan Google Gemini, sekarang waktunya mencoba. Siapkan foto favoritmu, salin prompt yang sesuai, lalu biarkan AI mengubahnya jadi figurin digital yang realistis!