Sabtu, Desember 20, 2025
Beranda blog Halaman 254

Pasar AI Tembus Rp22.000 T, Kebutuhan Energi Melonjak Dua Kali

0

Pertumbuhan Pasar Kecerdasan Buatan (AI) yang Pesat

Pertumbuhan kecerdasan buatan (AI) diproyeksikan meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun mendatang. Pasar AI diperkirakan akan melonjak hingga mencapai angka US$ 1,4 triliun atau sekitar Rp22.750 triliun (kurs Rp16.250 per US$) dalam empat tahun ke depan. Selain itu, kebutuhan energi untuk mendukung pertumbuhan ini juga diperkirakan meningkat hampir dua kali lipat.

Dalam sebuah acara NeutraDC Summit di Bali, Dan Madrigal, Vice President Oracle Cloud AI Sourcing, menjelaskan bahwa pasar AI lokal saat ini bernilai sekitar US$ 400 miliar atau Rp6.500 triliun. Namun, proyeksi menunjukkan bahwa nilai pasar tersebut akan meningkat menjadi US$ 1,4 triliun dalam waktu empat tahun. Dengan peningkatan ini, permintaan terhadap energi juga akan meningkat dari 80 gigawatt saat ini menjadi 180–185 gigawatt.

Menurut Madrigal, permintaan pasar AI yang besar ini memerlukan efisiensi teknologi dan dukungan infrastruktur energi dalam skala besar. Hal ini menjadi tantangan bagi berbagai negara, khususnya di kawasan Asia. Di Asia Tenggara, investasi pada 2020 tercatat mencapai US$ 120 miliar atau sekitar Rp1.950 triliun. Dari jumlah tersebut, sekitar US$ 10–12 miliar atau Rp162,5–195 triliun dialirkan ke negara-negara di Asia dan Afrika.

Meski demikian, ia menyoroti bahwa beberapa wilayah seperti India masih mengalami ketimpangan dalam hal investasi. Padahal, permintaan AI di kawasan tersebut cukup tinggi. Oleh karena itu, para pelaku industri menilai bahwa diperlukan tambahan investasi, pembangunan infrastruktur, serta kolaborasi lintas sektor untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Peran Investasi dan Kolaborasi dalam Pengembangan AI

Ribuan perusahaan dan ratusan startup kini berlomba-lomba menerapkan AI dalam operasional mereka. Dengan semakin pesatnya adopsi AI, kecepatan pengembangan, skalabilitas, dan fleksibilitas menjadi faktor kunci dalam proses inovasi. Perusahaan-perusahaan ini tidak hanya fokus pada teknologi, tetapi juga pada kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di pasar.

Selain kebutuhan energi dan modal yang besar, faktor manusia tetap dianggap penting dalam pengembangan AI. Meskipun AI mampu meningkatkan produktivitas dan menggantikan sebagian pekerjaan, kontribusi dari sumber daya manusia tetap menjadi elemen utama yang tidak bisa digantikan. Koneksi antara teknologi dan manusia menjadi kunci dalam memastikan keberhasilan implementasi AI.

Pentingnya Regulasi dan Ekosistem yang Sehat

Sejarah perkembangan teknologi menunjukkan bahwa janji teknologi sering kali dilebih-lebihkan, sedangkan dampak sosial dan kebijakan sering diremehkan. Oleh karena itu, perkembangan AI perlu diimbangi dengan regulasi dan ekosistem yang sehat. Hal ini bertujuan agar manfaat dari AI dapat dirasakan oleh masyarakat luas dan tidak disalahgunakan oleh pihak tertentu.

Regulasi yang tepat akan membantu memastikan bahwa AI dikembangkan dengan prinsip etis dan transparan. Selain itu, kerja sama antara pemerintah, industri, dan masyarakat sipil sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi tanpa mengabaikan aspek sosial dan ekonomi.

Dengan adanya investasi yang cukup, infrastruktur yang memadai, serta kolaborasi yang kuat, AI dapat menjadi alat yang bermanfaat bagi masyarakat dan ekonomi secara keseluruhan. Namun, semua ini harus didukung oleh regulasi yang jelas dan ekosistem yang sehat agar AI dapat berkembang secara berkelanjutan dan memberikan manfaat yang nyata.

Vivo V60 Warna Ungu Meriah Hadir di Pasar Ponsel Indonesia 28 Agustus 2025

0

Pengenalan Warna Baru pada vivo V60, Festive Purple

vivo kembali menghadirkan inovasi baru dalam dunia smartphone dengan meluncurkan varian warna terbaru dari seri V60, yaitu Festive Purple. Warna ungu yang segar dan elegan ini menjadi daya tarik utama bagi penggemar gadget, khususnya kalangan muda. Dengan tagline Stand out in the festive spotlight, perangkat ini tidak hanya menawarkan performa yang baik, tetapi juga gaya hidup yang sesuai dengan tren saat ini.

Peluncuran vivo V60 Festive Purple dijadwalkan pada 28 Agustus 2025. Sejak pengumuman awal, perangkat ini telah menjadi topik pembicaraan di media sosial berkat desain yang menarik dan tampilan ungu yang mewah sekaligus playful. vivo menekankan bahwa V60 bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga teman setia untuk berbagai aktivitas, termasuk menghadiri konser musik dan festival.

Dalam unggahan resmi, vivo menyatakan bahwa V60 akan menjadi pendamping sempurna untuk acara musik dan festival. Hal ini didukung oleh desain yang ramping, pilihan warna yang menawan, serta teknologi kamera canggih yang mampu mengabadikan momen berharga.

Keunggulan Kamera yang Menonjol

Salah satu fitur utama dari vivo V60 adalah kamera yang sangat mumpuni. Dengan lensa berkualitas tinggi dan teknologi terbaru, perangkat ini mampu menangkap detail dengan tajam bahkan dalam kondisi pencahayaan minim. vivo juga memberikan sentuhan khusus pada sistem zoom, sehingga pengguna tetap bisa mendapatkan hasil foto dan video yang memuaskan meski dari jarak jauh.

Selain itu, vivo V60 dilengkapi dengan berbagai fitur hiburan yang cocok untuk gaya hidup generasi muda. Mulai dari layar yang jernih, speaker dengan audio bertenaga, hingga baterai yang tahan lama untuk menemani aktivitas sepanjang hari. Dengan fitur-fitur tersebut, smartphone ini diprediksi akan menjadi pilihan utama bagi mereka yang aktif dan suka bersosialisasi.

Desain yang Stylish dan Fungsional

Warna Festive Purple yang hadir pada vivo V60 diharapkan dapat merepresentasikan semangat kebebasan berekspresi, kepercayaan diri, dan keceriaan. Dengan desain yang stylish dan fungsional, vivo ingin menegaskan identitas V60 sebagai perangkat yang cocok untuk berbagai situasi, baik formal maupun santai.

Meskipun harga resmi belum diumumkan secara detail, diperkirakan vivo V60 Festive Purple akan tetap bersaing di kelas menengah premium. vivo tampaknya ingin menawarkan kombinasi antara kualitas tinggi dan harga yang terjangkau bagi konsumen Indonesia.

Kampanye Khusus untuk Mempromosikan V60 Festive Purple

vivo juga menyiapkan berbagai kampanye khusus untuk memperkenalkan V60 Festive Purple melalui acara bertema musik dan hiburan. Strategi ini diyakini akan memperkuat citra vivo sebagai brand yang dekat dengan dunia anak muda dan tren gaya hidup modern.

Kehadiran vivo V60 Festive Purple pada akhir Agustus nanti diprediksi akan semakin memperketat persaingan di pasar smartphone Indonesia. Dengan kombinasi desain stylish, fitur kamera mumpuni, serta dukungan hiburan yang lengkap, perangkat ini diyakini mampu merebut hati konsumen, khususnya generasi muda yang ingin tampil lebih fun dan fashionable.

NeutraDC Summit 2025 Hadir, Undang Mitra Global untuk Kolaborasi AI

0

NeutraDC Summit 2025: Kolaborasi untuk Membangun Ekosistem Digital yang Berkelanjutan

NeutraDC Summit 2025 digelar di Mulia Resort Nusa Dua Bali pada hari Senin (25/8). Acara ini menjadi ajang penting bagi para mitra global dari berbagai negara untuk berkumpul dan berkolaborasi dalam membangun ekosistem digital lokal yang terintegrasi, inklusif, dan mampu bersaing secara global. Dengan mengusung tema “AI Collaboration”, acara ini menyoroti pentingnya kerja sama antara pelaku industri, regulator, hingga penyedia teknologi dalam menghadapi tantangan era kecerdasan buatan (AI) yang semakin kompleks.

Salah satu tujuan utama dari penyelenggaraan summit ini adalah edukasi. AI berkembang sangat cepat, namun penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari maupun di lingkungan perusahaan masih belum sepenuhnya dirasakan. Oleh karena itu, acara ini menyediakan wadah untuk membahas berbagai use case AI yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan bisnis.

CEO NeutraDC Group, Andreuw Th.AF., menjelaskan bahwa pihaknya tidak hanya mengundang penyedia teknologi, tetapi juga pelanggan khususnya dari kalangan enterprise. Hal ini bertujuan untuk menciptakan dialog yang lebih mendalam dan memastikan solusi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasar.

Pembukaan dengan Keynote Speech

Acara dibuka dengan keynote speech oleh Seno Soemadji, Director of Strategic Business Development & Portfolio Telkom Indonesia. Ia menekankan bahwa kolaborasi antar pemangku kepentingan menjadi kunci untuk membangun ekosistem AI yang lebih baik dan berkelanjutan di Indonesia. Menurutnya, kolaborasi tidak hanya bermanfaat untuk bisnis, tetapi juga memiliki dampak yang lebih luas terhadap masyarakat dan ekonomi digital.

Selain itu, acara ini turut dihadiri oleh beberapa mitra global seperti Qualcomm dan Cirrascale. Ada juga sejumlah booth dari Huawei, Siemens, Uptime Institute, GTS (Global Total Solusindo), F5, AMD, 6WIND, dan Trakindo yang turut serta dalam pameran.

Diskusi Panel dan Presentasi

NeutraDC Summit 2025 juga menyajikan berbagai sesi diskusi panel dan presentasi yang diisi oleh para ahli. Sesi pertama dengan topik “Designing the AI-Ready Data Center: Resilience, Policy, and Real-World Impact” membahas bagaimana data center yang siap untuk AI memerlukan infrastruktur dan sistem yang kuat, termasuk ketersediaan energi yang memadai.

Naveed Sacod, Vice President Global Management Uptime Institute, menjelaskan bahwa data center yang siap untuk AI harus memiliki kapasitas yang cukup besar dan sistem yang efisien. NeutraDC, sebagai penyedia layanan pusat data lokal, telah menyiapkan infrastruktur yang memadai. Mereka juga telah menjalin kerja sama strategis dengan PLN untuk memastikan kebutuhan energi dapat terpenuhi.

Sesi diskusi kedua dengan topik “Powering AI Data Centers: Infrastructure Innovations from Grid to Rack” membahas bagaimana infrastruktur pendukung AI perlu diperkuat. Rupinder Kumar, Head of Smart Infrastructure – Electrification & Automation Siemens, menyampaikan bahwa AI bukan hanya tentang platform atau aplikasi, tetapi juga memerlukan koneksi yang kuat.

Sesuai dengan Tema “AI Collaboration”

Honesti Basyir, Director of Wholesale & International Service Telkom Indonesia, menegaskan bahwa tema “AI Collaboration” mencerminkan komitmen untuk membangun ekosistem AI yang saling bekerja sama. Forum ini tidak hanya melibatkan pemain AI, tetapi juga startup, enterprise, dan pelaku industri lainnya.

AI Clinic & Solutions

Salah satu hal menarik di NeutraDC Summit 2025 adalah adanya sesi interaktif bernama AI Clinic & Solutions. Di sini, peserta dapat berdiskusi langsung mengenai tantangan, kebutuhan, dan peluang kolaborasi dalam membangun ekosistem AI di Indonesia.

Andreuw Th.AF., CEO NeutraDC Group, menjelaskan bahwa sesi ini bertujuan untuk lebih dekat dengan kebutuhan pasar nyata. Selain membangun infrastruktur, NeutraDC juga ingin menciptakan ruang dialog untuk bersama-sama menciptakan solusi inovatif.

Komitmen Terhadap Ekonomi Digital

Penyelenggaraan NeutraDC Summit 2025 merupakan bagian dari komitmen Telkom Group dalam memperkuat kompetensi dan kapabilitas di bisnis digital. Fokusnya tidak hanya pada pembangunan pusat data berstandar global, tetapi juga pada perpindahan, efisiensi operasional, serta pengembangan solusi berbasis AI yang mendukung pertumbuhan ekonomi digital di tingkat nasional maupun regional.

AI Masih Jadi Perdebatan, Ini 5 Film yang Diproduksi dengan Teknologi AI

0

Penggunaan Kecerdasan Buatan dalam Industri Film

Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam industri film terus meningkat, meskipun masih menjadi topik yang memicu perdebatan. Teknologi ini digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari visual hingga pengembangan cerita. Meski demikian, banyak pihak mengkhawatirkan dampaknya terhadap etika dan kualitas karya seni.

Beberapa film belakangan ini ramai dibicarakan karena menggunakan teknologi AI. Berikut adalah lima contoh film yang menarik perhatian publik:

Roadrunner: A Film About Anthony Bourdain (2021)

Film dokumenter tentang kehidupan chef sekaligus presenter kuliner Anthony Bourdain ini menjadi salah satu yang paling awal menggunakan AI. Sutradara Morgan Neville mengungkap bahwa AI digunakan untuk meniru suara Bourdain dalam beberapa narasi yang tidak pernah direkam sebelumnya. Keputusan ini menuai kritik karena dianggap tidak etis, terlebih tanpa persetujuan langsung dari Bourdain semasa hidupnya. Banyak kritikus menilai tindakan tersebut sebagai bentuk manipulasi yang tidak pantas dan merendahkan seni.

The Brutalist (2024)

Disutradarai Brady Corbet, film ini menceritakan perjalanan arsitek Hungaria yang berimigrasi ke Amerika Serikat setelah Perang Dunia II. AI digunakan dalam tahap pascaproduksi untuk merekonstruksi visual era 1940-1950-an agar lebih autentik. Namun, kritikus menyoroti penggunaan AI dalam penggambaran latar sejarah karena dikhawatirkan mengaburkan batas antara fakta dan manipulasi digital. Selain itu, aksen karakter utama László Toth yang diperankan Adrien Brody juga dikritik karena diolah dengan bantuan AI.

Emilia Pérez (2024)

Film musikal garapan Jacques Audiard ini berkisah tentang seorang pengacara yang membantu bos kartel narkoba menjalani operasi transgender. Emilia Pérez menggunakan AI untuk meningkatkan jangkauan suara karakter utama yang diperankan Karla Sofía Gascón. Selain itu, aktor tersebut juga mendapat perhatian karena pernyataannya yang dianggap ofensif.

Late Night With the Devil (2024)

Film horor psikologis ini berkisah tentang acara talkshow tahun 1970-an yang berubah mencekam ketika ritual gaib dilakukan secara langsung di televisi. Kontroversi muncul setelah terungkap adanya penggunaan gambar hasil AI pada beberapa segmen grafis dan ilustrasi latar. Sebelum rilis, diskusi di kalangan seniman visual sudah mengemuka, termasuk kekhawatiran karya mereka dicuri dan digunakan sebagai dataset AI tanpa izin.

Chiranjeevi Hanuman – The Eternal (India, akan dirilis 2026)

Film epik fantasi asal India ini tengah dipersiapkan sebagai salah satu produksi terbesar dengan teknologi efek visual berbasis AI. Hanuman – The Eternal disebut akan memanfaatkan AI untuk menciptakan adegan pertempuran skala besar. Namun, kabar ini memicu kontroversi di kalangan aktor lokal yang khawatir peran manusia semakin tersisih oleh AI.

Seorang sutradara India, Vikramaditya Motwane, menyampaikan kritik terhadap penggunaan AI dalam film. Ia menilai AI sebagai ancaman, terutama bagi para kreator yang ingin tetap menjaga kualitas dan kreativitas. Menurutnya, ancaman tersebut datang dari pihak yang memiliki uang dan ingin menghemat biaya produksi dengan memanfaatkan teknologi AI. Ia menegaskan bahwa AI tidak seharusnya menggantikan peran penulis dan sutradara dalam proses pembuatan film.

Harga Samsung A07 Murah Rp 1,7 Juta, Ini Keunggulan dan Kekurangannya, Layak Dibeli?

0

Samsung Galaxy A07: Ponsel Murah dengan Fitur Menarik

Samsung Galaxy A07 telah resmi dirilis di Indonesia, menawarkan pilihan yang menarik bagi pengguna yang mencari perangkat dengan harga terjangkau namun tetap memiliki fitur yang cukup lengkap. Dengan banderol mulai dari Rp 1 jutaan, ponsel ini menjadi salah satu opsi terbaik untuk pengguna yang ingin memperoleh pengalaman penggunaan yang baik tanpa harus menghabiskan dana berlebihan.

Spesifikasi Lengkap Samsung Galaxy A07

Samsung Galaxy A07 dilengkapi dengan layar infinity-U berukuran 6,7 inci yang memberikan pengalaman visual yang luas dan nyaman. Layar ini memiliki resolusi HD+ dan refresh rate 90 Hz, sehingga pengguna dapat menikmati tampilan yang lebih halus saat menjelajahi aplikasi atau menonton video. Dimensi perangkat adalah 164,4 mm X 77,4 mm X 7,6 mm dengan bobot seberat 184 gram, membuatnya nyaman digenggam.

Dalam hal fotografi, ponsel ini dibekali kamera belakang ganda yang terdiri dari kamera utama 50 MP dan kamera sekunder 2 MP. Kedua kamera ini ditempatkan dalam modul berbentuk pil di bagian belakang ponsel. Di sisi depan, terdapat kamera selfie beresolusi 8 MP yang ditempatkan dalam modul waterdrop di bagian tengah atas layar.

Dapur pacu Galaxy A07 ditenagai oleh chipset Helio G99 yang didukung empat opsi RAM dan penyimpanan, yaitu 4/64 GB, 4/128 GB, 6/128 GB, dan 8/256 GB. Kapasitas penyimpanan bisa diperluas hingga 2 TB menggunakan slot kartu microSD. Sistem operasi yang dijalankan adalah Android 15 dengan antarmuka One UI 7, yang akan mendapatkan enam kali pembaruan dan enam tahun pembaruan keamanan.

Baterai dan Keamanan

Galaxy A07 dilengkapi baterai berkapasitas 5.000 mAh yang mendukung pengisian cepat hingga 25 watt. Untuk keamanan, ponsel ini dilengkapi fitur Samsung Knox Vault dan Auto Blocker yang membantu mencegah instalasi aplikasi berbahaya secara tidak sengaja. Selain itu, Galaxy A07 juga memiliki sertifikasi IP54 yang membuatnya tahan terhadap cipratan air dan debu, serta dilengkapi lapisan perlindungan dari Glass Fiber Reinforced Polymer (GFRP) yang ringan namun kuat.

Di bagian samping, terdapat pemindai sidik jari yang terintegrasi langsung dengan tombol daya, memberikan akses yang mudah dan aman.

Harga dan Varian Warna

Samsung Galaxy A07 tersedia dalam tiga varian warna, yaitu Green, Light Violet, dan Black. Harganya mulai dari Rp 1.399.000 untuk varian 4/64 GB hingga Rp 2.299.000 untuk varian 8/256 GB. Ponsel ini bisa diperoleh di toko resmi Samsung di Indonesia.

Keunggulan dan Kekurangan

Keunggulan Galaxy A07 meliputi desain modern, variasi warna yang menarik, layar yang nyaman, performa dan kapasitas yang berkelas, dukungan jaringan 4G, pembaruan sistem hingga 6 tahun, dan harga yang sangat terjangkau. Namun, ada beberapa kekurangan seperti resolusi layar yang relatif rendah, tidak adanya fitur NFC, kecepatan pengisian daya yang standar, dan port USB Type-C 2.0 yang tidak terlalu cepat.

Canggih! China Ciptakan Robot yang Bisa Melahirkan Bayi

0

Teknologi Robot Kehamilan yang Membuat Dunia Terkejut

Di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat, sebuah inovasi yang terdengar seperti dari film fiksi kini mulai menjadi kenyataan. Sebuah robot yang diklaim mampu hamil dan melahirkan bayi manusia sedang dikembangkan di Tiongkok. Proyek ini diperkenalkan oleh perusahaan Kaiwa Technology dalam ajang World Robot Conference 2025 di Beijing. Inovasi ini menimbulkan banyak pertanyaan sekaligus pro dan kontra dari berbagai pihak.

Fitur dan Teknologi yang Menarik Perhatian

Robot kehamilan ini dirancang untuk meniru seluruh proses kehamilan manusia. Dari pembuahan hingga tahap melahirkan, semua proses dilakukan di dalam tubuh robot. Di dalamnya sudah ditanam rahim buatan, cairan ketuban sintetis, serta sistem penyalur nutrisi melalui selang khusus. Teknologi ini diklaim telah matang, hanya tinggal dipasangkan ke robot agar lebih realistis.

Harga dari robot ini diperkirakan mencapai 100 ribu yuan, yang membuat banyak orang membandingkannya dengan biaya IVF atau pengganti kehamilan. Meski terdengar sangat inovatif, para ahli masih meragukan keamanannya bagi manusia. Saat ini, robot kehamilan ini masih dalam tahap uji coba dan belum bisa digunakan secara luas.

Risiko Medis dan Masalah Etika

Meskipun teknologinya sangat canggih, banyak ahli mengkhawatirkan risiko medis yang mungkin muncul. Keberhasilan kehamilan manusia sangat kompleks, sehingga sulit untuk sepenuhnya digantikan oleh robot. Selain itu, isu etika juga menjadi perdebatan besar. Banyak orang khawatir bahwa kehamilan buatan bisa mengurangi makna keibuan dan melemahkan ikatan emosional antara ibu dan anak.

Selain itu, pertanyaan tentang tanggung jawab jika terjadi masalah dalam proses ini juga masih menjadi perdebatan. Teknologi ini tidak hanya tentang kemampuan, tetapi juga dampak jangka panjang terhadap masyarakat.

Regulasi dan Hukum yang Belum Jelas

China memiliki aturan ketat yang melarang praktik pengganti kehamilan. Namun, robot kehamilan ini dinilai bisa menjadi alternatif yang lebih “legal” bagi pasangan yang ingin memiliki anak. Kaiwa Technology bahkan bekerja sama dengan pemerintah Guangdong untuk membahas aspek hukum dan etika. Meski begitu, hingga saat ini belum ada aturan jelas yang mengatur hal ini.

Pertanyaan-pertanyaan besar masih muncul, seperti dari mana sel telur diperoleh, bagaimana pembuahan dilakukan, dan siapa yang sah disebut sebagai orang tua. Tanpa kejelasan, teknologi ini masih dianggap meragukan.

Pro dan Kontra di Masyarakat

Sejak diumumkan, robot kehamilan ini memicu reaksi beragam di media sosial. Beberapa orang menyambut dengan optimis karena dianggap menjadi harapan baru bagi pasangan infertil atau perempuan dengan risiko kesehatan tinggi. Namun, banyak juga yang menolak, khawatir akan hilangnya ikatan emosional antara ibu dan anak, serta potensi komersialisasi kelahiran.

Respon publik terbagi menjadi dua kubu, antara yang melihatnya sebagai peluang positif dan yang khawatir dengan dampak jangka panjang. Pertanyaan ini masih terbuka dan memerlukan diskusi lebih lanjut.

Pengembangan Teknologi yang Sudah Lama Ada

Meski terdengar futuristik, ide rahim buatan sebenarnya sudah lama dikembangkan. Peneliti di Philadelphia pernah membuat “biobag” untuk membantu anak domba prematur tumbuh di luar rahim. Hasilnya sukses, namun hanya dilakukan di fase akhir kehamilan, bukan sejak pembuahan. Jadi, konsep ini sudah lama dibicarakan, namun belum ada yang benar-benar mampu menggantikan kehamilan manusia secara utuh.

Inovasi ini menjadi dasar bagi pengembangan teknologi di masa depan. Namun, masih butuh waktu panjang sebelum teknologi ini benar-benar bisa diwujudkan dan digunakan secara nyata.

Desain iPhone 17 Air Terbaru, Bocoran Terkini Muncul

0

Pengembangan iPhone 17 Air: Perubahan yang Diharapkan

Banyak penggemar teknologi kini tengah memperhatikan berbagai informasi mengenai kehadiran iPhone 17 Air. Ini menjadi salah satu topik yang paling banyak dibicarakan belakangan ini, terutama karena Apple disebut-sebut akan meluncurkan varian baru dalam lini iPhone mereka.

iPhone 17 Air diprediksi akan menjadi perbedaan signifikan dari generasi sebelumnya. Model ini diperkirakan membawa desain yang lebih inovatif dan menawarkan fitur-fitur baru yang menarik. Beberapa bocoran awal memberi gambaran tentang arah yang akan diambil oleh Apple pada seri ini.

9 Hal Menarik Mengenai iPhone 17 Air dan iPhone 17

1. Desain Lebih Tipis dan Ringan

Nama “Air” memberi petunjuk bahwa Apple ingin menciptakan iPhone dengan bodi yang lebih tipis dan bobot yang lebih ringan. Konsep ini mirip dengan strategi Apple pada lini MacBook dan iPad, di mana varian Air selalu identik dengan desain ramping. iPhone 17 Air dikabarkan akan menggunakan material baru yang lebih ringan, sehingga tetap kokoh namun nyaman digenggam dalam waktu lama.

2. Kamera Tunggal Beresolusi Tinggi

Salah satu rumor yang menarik adalah soal kamera. Berbeda dengan model Pro atau Basic yang memiliki modul kamera besar dengan beberapa lensa, iPhone 17 Air kabarnya akan hadir dengan kamera tunggal beresolusi tinggi, sekitar 48 MP. Apple disebut ingin menjaga tampilan belakang ponsel tetap minimalis sambil tetap memberikan kualitas foto yang kompetitif untuk kebutuhan sehari-hari.

3. Layar OLED Generasi Baru

iPhone 17 Air diperkirakan menggunakan panel OLED yang lebih hemat daya. Perubahan ini mendukung klaim desain tipis karena kebutuhan baterai bisa lebih efisien. Selain itu, layar dikabarkan akan meningkatkan tingkat kecerahan dan akurasi warna, sehingga pengalaman menonton video maupun bermain gim akan lebih jelas. Ada juga spekulasi bahwa Apple akan menyertakan refresh rate 120Hz, meskipun masih menjadi perdebatan apakah fitur ini hanya hadir pada model Pro atau juga disematkan pada Air.

4. Hilangnya Varian Plus

Rumor lain yang cukup kuat adalah soal lini produk. Apple kabarnya tidak lagi melanjutkan varian iPhone Plus pada generasi ke-17. Jika benar, kehadiran Air akan menjadi alternatif baru bagi pengguna yang mencari ponsel tipis dengan ukuran layar besar namun tidak ingin fitur sekompleks model Pro.

5. Desain iPhone 17 Reguler yang Tidak Banyak Berubah

Selain munculnya Air, kabar lain menyebutkan iPhone 17 reguler masih akan mempertahankan desain yang mirip dengan iPhone 16. Perubahan besar justru dipusatkan pada Air dan varian Pro. Hal ini sejalan dengan strategi Apple yang biasanya melakukan inovasi bertahap.

6. Prosesor Generasi Terbaru

Performa tetap menjadi hal yang paling ditunggu. iPhone 17 Air hampir pasti dibekali prosesor generasi terbaru dari Apple, yang diperkirakan lebih hemat energi namun bertenaga untuk mendukung penggunaan intensif. Chip baru ini kemungkinan akan dibuat dengan teknologi fabrikasi 3 nm atau lebih kecil, sehingga mendukung efisiensi daya tanpa mengorbankan performa multitasking dan grafis.

7. Perbedaan dengan Varian Pro

Untuk membedakan Air dari Pro, Apple diprediksi tetap mempertahankan beberapa fitur eksklusif di varian tertinggi, seperti kamera periskop atau teknologi material premium. Dengan begitu, Air bisa diposisikan di antara model reguler dan Pro.

8. Fokus pada Daya Tahan Baterai

Bocoran lain menyebutkan iPhone 17 Air akan membawa baterai dengan efisiensi lebih baik berkat perpaduan layar OLED hemat daya dan prosesor generasi terbaru. Meskipun kapasitas baterai mungkin tidak sebesar varian Plus yang kini dihapus, optimalisasi software diharapkan tetap memberikan waktu pakai seharian penuh.

9. Perubahan Strategi Lini Produk

Jika kabar mengenai hilangnya varian Plus benar, maka kehadiran iPhone 17 Air akan menandai perubahan strategi penting dalam portofolio Apple. Perusahaan terlihat berusaha menyederhanakan pilihan dengan menawarkan empat model: reguler, Air, Pro, dan Pro Max. Pendekatan ini membuat setiap varian punya identitas lebih jelas, baik dari sisi desain maupun fitur.

Rumor mengenai iPhone 17 Air memberi gambaran menarik tentang bagaimana Apple berusaha menambah variasi pada lini iPhone. Bagi yang ingin merasakan pengalaman menggunakan iPhone 17 terbaru, pembelian bisa dilakukan di tempat resmi agar mendapatkan produk asli dengan garansi yang terjamin.

Summit NeutraDC: AI Jadi Mesin Penggerak Industri Data Center Indonesia

0

Perluasan Infrastruktur Data Center untuk Mendukung Kebutuhan AI

Perusahaan penyedia pusat data, NeutraDC, terus memperluas kapasitas infrastrukturnya agar siap mengakomodasi kebutuhan beban kerja berbasis kecerdasan buatan (AI). Langkah ini sejalan dengan tren global di mana workload AI diprediksi menjadi pendorong utama pertumbuhan industri data center di masa depan. Dengan meningkatnya penggunaan teknologi AI dalam berbagai sektor, permintaan akan infrastruktur yang mampu menangani beban kerja tersebut semakin tinggi.

CEO NeutraDC, Andreuw Th.A.F, menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pertumbuhan pusat data berbasis AI. Menurutnya, kondisi geografis, sumber daya, dan pasar domestik menjadikan Indonesia unggul dibanding negara lain. Ia menegaskan bahwa Indonesia tidak menghadapi masalah dengan pasokan listrik, air, maupun energi terbarukan. Selain itu, akses terhadap pasar terbesar juga menjadi salah satu keunggulan yang dimiliki oleh Indonesia.

“Kita tidak punya problem dengan power, tidak punya problem dengan air, kita punya renewable, dan juga akses terhadap market terbesar ada di sini. Jadi tidak ada alasan kenapa tidak,” ujar Andreuw saat ditemui di sela-sela acara NeutraDC Summit 2025 di Nusa Dua, Bali.

Permintaan terhadap ketersediaan pusat data yang AI Ready dinilai sebagai peluang besar bagi pengembangan industri data center di Indonesia. Menurut Andreuw, tren global menunjukkan bahwa ke depan mayoritas kebutuhan layanan pusat data akan didorong oleh workload berbasis AI. Hal ini membuat perusahaan seperti NeutraDC harus terus meningkatkan kapasitas dan kemampuan infrastruktur mereka.

Peran Ekosistem Digital dalam Pertumbuhan Data Center

Director of Wholesale & International Service Telkom Indonesia, Honesti Basyir, menilai ekosistem digital Indonesia menjadi faktor penting pendorong industri data center. Misalnya, dengan lebih dari 160 juta pelanggan Telkomsel, Indonesia memiliki basis pasar yang besar bagi penyedia konten maupun layanan berbasis AI.

“Dalam bisnis data center, orang butuh eyeball (audiens). Content provider mencari itu, dan di Indonesia potensinya luar biasa. Dengan hadirnya AI, penggunaan data center semakin beragam dan jelas, sehingga bisa menjadi pendorong baru bagi Telkom,” kata Honesti.

Permintaan terhadap kapasitas data center di Indonesia pun melonjak signifikan. Proyeksi awal yang diperkirakan hanya setara 800 megawatt untuk lima tahun ke depan kini hampir dua kali lipat menjadi 1,6 gigawatt. Sementara itu, kapasitas NeutraDC saat ini tercatat 80 megawatt dan diproyeksikan terus bertambah seiring permintaan.

Tren Global Pasar AI dan Kebutuhan Energi

Di tingkat global, potensi pasar AI juga tumbuh pesat. Vice President Oracle Cloud AI Sourcing, Dan Madrigal, menjelaskan bahwa data dari Universitas Oxford menunjukkan bahwa pasar AI lokal bernilai sekitar US$ 400 miliar atau Rp6.500 triliun, diperkirakan melonjak menjadi US$ 1,4 triliun dalam empat tahun ke depan. Pertumbuhan ini akan mendorong kebutuhan energi hampir dua kali lipat, dari 80 gigawatt menjadi 180–185 gigawatt.

“Permintaan pasarnya US$1,4 triliun, dengan kebutuhan energi sangat besar. Ini menuntut efisiensi teknologi sekaligus dukungan infrastruktur energi skala besar,” jelas Madrigal.

Ia menambahkan bahwa kawasan Asia Tenggara telah menyerap investasi hingga US$ 120 miliar pada 2020, dengan sekitar US$ 10–12 miliar di antaranya mengalir ke Asia dan Afrika. Namun, kebutuhan investasi tambahan masih sangat besar, terutama di negara berkembang seperti India dan Indonesia, yang memiliki pasar AI menjanjikan tetapi belum didukung kapasitas infrastruktur memadai.

Kolaborasi Lintas Sektor untuk Membangun Ekosistem AI

Para pelaku industri menilai percepatan pembangunan infrastruktur, kolaborasi lintas sektor, serta penguatan ekosistem digital menjadi kunci dalam menangkap peluang ini. Gelar NeutraDC Summit 2025 menjadi ajang strategis untuk mendorong kolaborasi dan edukasi publik.

Forum ini mempertemukan penyedia layanan, startup, developer, hingga perusahaan enterprise agar dapat menciptakan ekosistem AI yang terintegrasi. “AI berkembang luar biasa, tapi use case-nya masih perlu dipahami lebih dalam. Itu sebabnya kami undang bukan hanya penyedia layanan, tapi juga pelanggan enterprise, startup, dan developer untuk melihat bagaimana AI bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maupun kebutuhan bisnis,” kata Andreuw.

Honesti menambahkan bahwa forum ini penting untuk menyatukan para pemangku kepentingan. “AI itu tidak hanya sekadar platform atau aplikasi, tapi juga connectivity,” jelasnya.

Dengan dukungan sumber daya, pasar domestik yang besar, serta meningkatnya kebutuhan global akan layanan digital, Indonesia dipandang siap menjadi pusat pertumbuhan investasi data center berbasis AI di kawasan Asia. Sebagai forum strategis di kawasan Asia Pasifik, NeutraDC Summit menjadi titik temu bagi para pemimpin industri, regulator, pelaku teknologi, investor, serta komunitas global. Forum ini berfungsi sebagai ruang diskusi untuk membahas arah pengembangan infrastruktur digital, tata kelola data, dan ekosistem kecerdasan artifisial (AI). Melalui tema AI Collaboration, summit menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor di tengah kompleksitas perkembangan AI. Tantangan yang dihadapi tidak lagi hanya terkait ketersediaan lahan maupun energi, melainkan juga kebutuhan sinergi antara industri, regulator, dan penyedia teknologi. Indonesia, lewat NeutraDC, mengambil peran penting sebagai katalis dalam membangun ekosistem AI regional yang inklusif, terintegrasi, dan kompetitif di tingkat global.

Google: AI Gemini Hemat Daya, Satu Perintah Setara Nonton TV 9 Detik

0

Tren Kecerdasan Buatan dan Konsumsi Energi

Kecerdasan buatan (AI) kini menjadi bagian penting dalam berbagai sektor, termasuk dalam pengembangan chatbot seperti ChatGPT dan Gemini. Namun, tren ini juga menimbulkan pertanyaan tentang konsumsi energi yang diperlukan untuk menjalankan teknologi tersebut.

Google baru-baru ini mengungkapkan bahwa konsumsi listrik yang digunakan oleh chatbot AI, terutama Gemini, jauh lebih rendah dari perkiraan publik. Menurut analisis Google, rata-rata penggunaan listrik untuk satu perintah teks yang diberikan ke Gemini hanya setara dengan menonton TV selama sembilan detik atau sekitar lima tetes air. Angka ini menunjukkan bahwa penggunaan energi tidak sebesar yang dikhawatirkan.

Google mencatat bahwa median energi setiap perintah teks aplikasi Gemini menghasilkan emisi 0,03 gram karbon dioksida ekuivalen (gCO2e) dan konsumsi 0,26 mililiter air. Upaya Google dalam menurunkan rata-rata konsumsi listrik untuk setiap perintah teks telah dilakukan dengan menggunakan model AI yang lebih efisien, sehingga mengurangi emisi energi di data center.

“Meskipun memberikan respons berkualitas tinggi, median konsumsi energi dan emisi per prompt teks Gemini menurun masing-masing sebesar 33 kali lipat dan 44 kali lipat,” ujar Ben Gomes, Chief Technologist, Learning & Sustainability Google.

Analisis ini dilakukan dengan menganalisis perintah teks ke Gemini dan hardware penunjang chatbot itu selama 24 jam. Data ini mencakup energi yang dihabiskan CPU, akselerator AI khusus, hingga memori, baik saat memproses prompt maupun saat tidak aktif karena jeda antar prompt. Selain itu, Google juga memantau penggunaan energi dan air di data center.

Metodologi ini dinilai dapat memberikan estimasi konsumsi energi per perintah yang berbeda, berdasarkan model AI yang digunakan. Setiap harinya, Google juga mengidentifikasi median permintaan dan memakai data itu untuk menghitung dampak lingkungan yang ditimbulkan.

Namun, perlu dicatat bahwa analisis ini hanya melibatkan perintah teks saja, tidak termasuk perintah pembuatan gambar atau video pada Gemini. Google belum merinci berapa besaran energi yang dikonsumsi Gemini saat memproses perintah foto maupun video.

Perbandingan dengan Model AI Lain

Selain Gemini, model AI GPT-5 milik OpenAI juga terungkap memiliki konsumsi energi yang lebih tinggi dibanding pendahulunya, GPT-4. Dari riset University of Rhode Island, GPT-5 diperkirakan delapan kali lebih boros listrik dibanding GPT-4. Satu kali permintaan atau perintah (query) yang dikerjakan GPT-5 diperkirakan mengonsumsi listrik rata-rata 18,35 watt-hour (Wh), jauh di atas GPT-4 yang hanya mengonsumsi rata-rata sekitar 2,12 Wh.

Tingginya kebutuhan daya GPT-5 dipicu oleh fitur thinking mode, yang memungkinkan AI memproses tugas lebih lama dan lebih mendalam. Dalam mode ini, penggunaan energi dapat naik lima hingga sepuluh kali lipat dari respons standar. Selain itu, kemampuan GPT-5 untuk memproses teks, gambar, dan video secara bersamaan juga menambah beban daya komputasi.

OpenAI sebelumnya mengungkapkan bahwa ChatGPT memproses hingga 2,5 miliar permintaan per hari. Jika seluruhnya menggunakan GPT-5, konsumsi energi harian bisa mencapai 45 gigawatt-hour bila dihitung secara kasar. Jumlah tersebut setara dengan produksi dua hingga tiga pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), atau cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik sekitar 1,5 juta rumah tangga di Amerika Serikat dalam sehari.

CEO OpenAI Sam Altman sebelumnya menyebut rata-rata konsumsi energi per query ChatGPT hanya 0,34 Wh. Menurut Altman, angka itu setara dengan oven yang menyala selama satu detik, atau lampu hemat energi yang hidup dalam beberapa menit. Namun, klaim tersebut dipertanyakan oleh sejumlah pakar industri. Mereka menilai perhitungan itu belum memperhitungkan pemrosesan gambar, pelatihan model, serta kebutuhan energi tambahan untuk pendinginan server.

Para pakar memperingatkan bahwa jika tren penggunaan AI tidak diimbangi dengan efisiensi energi, kebutuhan daya pusat data berpotensi melonjak signifikan. Kondisi ini bisa berdampak pada biaya operasional sekaligus memunculkan tantangan baru terkait kebijakan iklim.

Potensi Transaksi Pelanggan AI Asia Pasifik Capai Rp520 Triliun

0

Tren Penggunaan AI dalam Layanan Pelanggan di Asia-Pasifik

Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, penggunaan artificial intelligence (AI) dalam layanan pelanggan semakin menjadi fokus utama perusahaan di kawasan Asia-Pasifik. Dalam laporan terbaru, disebutkan bahwa transaksi pelanggan melalui agen AI di ponsel akan mencapai lebih dari US$32 miliar pada 2028. Angka ini setara dengan sekitar Rp520 triliun, menunjukkan potensi besar yang bisa dimanfaatkan oleh bisnis.

Perusahaan di kawasan ini juga berlomba mempercepat investasi dalam infrastruktur dan platform AI. Proyeksi menyebutkan bahwa total investasi akan melebihi US$30 miliar (sekitar Rp487,53 triliun) pada 2027. Tujuannya adalah untuk memberikan layanan yang personal dan selalu tersedia 24 jam, sesuatu yang kini menjadi standar ekspektasi pelanggan.

Perubahan Perspektif dalam Penerapan AI

Nikhil Batra, Senior Research Director IDC Asia-Pasifik, mengungkapkan bahwa tren penggunaan AI dalam hubungan dengan pelanggan kini telah bergeser dari pertanyaan “kalau” menjadi “seberapa?” – yaitu seberapa dalam dan seberapa cepat penerapannya. Pelanggan yang selalu aktif di platform digital kini menuntut kepuasan instan, yang tidak lagi dapat dipenuhi oleh model bisnis tradisional.

Karena itu, persaingan bisnis kini bukan hanya tentang apakah perusahaan menerapkan AI, tetapi juga bagaimana mereka mengelola kombinasi AI yang lebih canggih seperti generative AI dan agentic AI. Tujuannya adalah untuk memberikan pengalaman yang proaktif dan membangun hubungan yang awet dengan pelanggan.

Tantangan yang Dihadapi Bisnis

Meskipun pelanggan terus aktif di platform digital, banyak bisnis masih kesulitan mengikuti perkembangan tersebut. Menurut laporan Infobip yang didukung riset IDC, 43% bisnis di Asia Pasifik menyatakan meningkatkan customer experience adalah tantangan operasional terbesar. Hal ini disebabkan oleh data yang terpisah-pisah, strategi yang berbeda di setiap channel, serta biaya tinggi untuk menyediakan layanan 24 jam di berbagai negara, bahasa, dan regulasi yang berbeda.

Untuk mengatasi tantangan ini, laporan ini menekankan peran teknologi AI yang terus berkembang, seperti generative AI, agentic AI, hingga conversational AI. Teknologi-teknologi ini membantu brand menyederhanakan operasional sekaligus menghadirkan pengalaman terhubung secara real-time pada setiap titik interaksi pelanggan.

Prediksi Pertumbuhan Investasi AI

IDC memprediksi bahwa pada 2028, transaksi pelanggan di Asia-Pasifik akan mencapai lebih dari US$32 miliar melalui agen AI di ponsel mereka. Sistem ini bisa secara otomatis mencari, memilih, dan memutuskan pembelian barang maupun jasa. Perusahaan pun berlomba memanfaatkan momentum ini, dengan total investasi diproyeksikan melampaui US$30 miliar pada 2027 untuk infrastruktur dan platform AI demi menghadirkan layanan personal dan always on.

Investasi AI untuk layanan pelanggan dan pemasaran di Asia-Pasifik tumbuh dengan laju tahunan gabungan (CAGR) 35% hingga 2029, mencerminkan skala dan urgensi transformasi. Pada 2028, sebanyak 40% brand B2C kelas menengah di kawasan ini diperkirakan akan memanfaatkan agen AI untuk menawarkan layanan white glove atau eksklusif, yang sebelumnya hanya tersedia bagi pelanggan kelas premium.

Konektivitas Mobile yang Tinggi

Velid Begovic, VP Revenue APAC Infobip, menjelaskan bahwa Asia Pasifik bukan sekadar negara pengguna mobile, tetapi sekarang sudah mobile-saturated, yaitu layanan mobile sudah mendominasi kehidupan masyarakat. Masyarakat di kawasan ini aktif menggunakan 5 hingga 6 aplikasi messaging berbeda, dan bisa berpindah-pindah antar aplikasi dengan mudahnya. Mereka pun berharap brand bisa mengikuti aktivitas mereka.

Pola pikir zero-wait juga berkembang di kalangan pelanggan, di mana mereka tidak mau mengantri, dialihkan, atau diminta mengulang informasi. Sayangnya, banyak bisnis belum siap memenuhi ekspektasi ini karena masih menggunakan sistem lama. Bahkan penggunaan AI generasi awal, seperti chatbot sederhana yang tidak punya riwayat pelanggan, belum mampu memberikan layanan hiper-personalisasi seperti yang diinginkan pelanggan masa kini.

Kepemilikan Teknologi di Indonesia

Di kawasan Asia-Pasifik, konektivitas mobile sudah sangat tersaturasi, dengan tingkat penetrasi mobile melebihi 100% di hampir semua pasar. Di negara berkembang seperti Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam, dan India, angkanya mencapai atau melampaui 110%. Hyper-konektivitas tersebut menumbuhkan perilaku baru di kalangan masyarakat.

Kukuh Prayogi, Business Lead Infobip Indonesia, menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia memiliki perilaku unik dalam berbelanja online, yaitu menaruh barang yang ingin dibeli di keranjang, tetapi tidak langsung check out. Hal ini menunjukkan adanya minat yang tinggi yang mungkin terkendala dengan berbagai faktor pertimbangan. Perilaku ini disebut dengan cart abandonment.

E-commerce yang menerapkan AI dalam chatbot, justru memanfaatkan kondisi ini dengan merekam perilaku konsumen dan membantu konsumen membuat keputusan untuk membeli atau tidak. Masyarakat Indonesia termasuk cepat beradaptasi dengan teknologi baru, termasuk AI, sehingga kini tantangannya bukan lagi apakah pelanggan siap menerima teknologi ini, melainkan seberapa cepat bisnis bisa mengintegrasikannya untuk mendorong pertumbuhan.