Jumat, Desember 5, 2025
BerandaUncategorizedElon Musk dan Jensen Huang Dorong Pelajar Kuasai Fisika dan Matematika, Bukan...

Elon Musk dan Jensen Huang Dorong Pelajar Kuasai Fisika dan Matematika, Bukan Hanya AI

Pandangan Tokoh Teknologi Dunia terhadap Pendidikan Masa Depan

Dalam dunia yang semakin bergantung pada teknologi, pendidikan menjadi kunci untuk menghadapi tantangan di masa depan. Namun, pandangan para tokoh teknologi ternama menunjukkan bahwa fokus pada satu bidang tertentu mungkin tidak cukup. Dua tokoh besar dalam industri teknologi global, yaitu CEO Nvidia Jensen Huang dan CEO Tesla Elon Musk, memberikan wawasan yang berbeda dari narasi yang sering ditemukan di Indonesia.

Fisika sebagai Fondasi untuk Kecerdasan Buatan

Pada sebuah forum di Beijing, Jensen Huang ditanya tentang apa yang akan ia pelajari jika ia seorang lulusan berusia 22 tahun pada 2025. Alih-alih menjawab “AI” atau “ilmu komputer”, Huang memilih untuk belajar ilmu fisika. Ia menekankan bahwa kecerdasan buatan tidak hanya berkaitan dengan perangkat lunak, tetapi juga memahami dunia nyata secara mendalam.

Huang menyebut konsep ini sebagai “Physical AI”. Ini adalah kecerdasan buatan yang tidak hanya bisa berpikir, tetapi juga berinteraksi secara efektif dengan lingkungan nyata. Contohnya seperti robot yang dapat berjalan, mobil otonom yang melaju sendiri, atau mesin industri yang membuat keputusan berdasarkan kondisi fisik. Untuk mencapai hal ini, pemahaman tentang gesekan, inersia, dan sebab-akibat sangat penting.

Pendekatan Elon Musk yang Berbasis Prinsip Dasar

Di sisi lain, Elon Musk juga menekankan pentingnya memahami prinsip dasar alam. Dalam diskusi di media sosial, ketika Pavel Durov menyarankan siswa mempelajari matematika, Musk menanggapi dengan singkat namun tegas: “Fisika (juga).”

Pandangan ini selaras dengan cara Musk membangun perusahaan-perusahaannya. Mulai dari roket di SpaceX hingga mobil listrik di Tesla, semua didasarkan pada prinsip-prinsip dasar fisika. Musk dikenal dengan filosofi first principles thinking, yang mengajarkan untuk menyelesaikan masalah besar dengan berpikir dari nol berdasarkan hukum-hukum alam.

Kontras dengan Narasi Lokal di Indonesia

Pandangan kedua tokoh ini menjadi kontras dengan narasi yang sering disampaikan oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yang menekankan agar pelajar Indonesia belajar AI sejak dini. Meski semangat untuk mendorong adaptasi teknologi patut diapresiasi, pendekatan yang terlalu fokus pada AI tanpa fondasi ilmu dasar berisiko menciptakan generasi yang hanya bisa menggunakan teknologi, bukan mengembangkannya.

Huang dan Musk justru menyarankan agar anak muda terlebih dahulu memahami “mengapa dan bagaimana” dunia bekerja. Hal ini hanya bisa dicapai melalui penguasaan fisika dan matematika. Dengan demikian, mereka tidak hanya bisa menggunakan teknologi, tetapi juga memahami cara kerjanya.

Perubahan Pemikiran di Tingkat Global

Pandangan dua tokoh teknologi terkemuka ini merefleksikan pergeseran pemikiran di tingkat global. Coding tetap menjadi keterampilan penting, tetapi dalam era AI yang bersentuhan langsung dengan dunia nyata, seperti kendaraan otonom, robot medis, atau smart factory, kemampuan memahami hukum fisika menjadi kebutuhan utama.

Dengan memadukan antara teknologi dan ilmu dasar, generasi muda dapat lebih siap menghadapi tantangan di masa depan. Mereka tidak hanya akan menjadi pengguna teknologi, tetapi juga inovator yang mampu menciptakan solusi baru berdasarkan pemahaman mendalam tentang dunia nyata.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular