ZONA GADGET
– Senyum sumringah terpancar dari wajah Andi Nataziah saat memulai sesi wawancara dengan sejumlah media di sebuah kafe di Makassar beberapa waktu lalu.
Tampilannya mewah dengan memakai blazer berwarna hitam bercorak putih yang meliputi kaus putihnya.
Andi Nataziah menjabat sebagai Corporate Communication – AVP Communications Circle Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) yang bertanggung jawab atas area Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua (Kalisumapa).
Dapat disebut sebagai Corcom untuk separuh wilayah Indonesia di Indosat.
Nata, yang sering disapa, selalu tampak gembira dan berenergi tinggi, serta menyambut semua orang dengan hangat saat melaksanakan tanggung jawabnya di bagian hubungan publik.
Mengapa tidak? Pekerjaannya mengharuskannya bersinggungan dengan jurnalistik serta mitra perusahaan. Dia pun dituntut untuk memelihara reputasi bisnis tersebut.
Jika ada hal pemberitaan yang kurang mengenakkan tentang perusahaannya, maka dia adalah garda terdepan.
Tim sapu bersih istilahnya.
Di bidang public relations, Nata telah banyak mengumpulkan pengetahuan dan jam terbang.
Dia merupakan lulusan jurusan Ilmu Komunikasi dari Universitas Merdeka Malang, yang terletak di Jawa Timur. Setelah itu, dia melanjutkan studi pascasarjana dan fokus pada komunikasi korporat di salah satu universitas di Surabaya, tempat ia semakin mendalami teori public relations.
Selanjutnya, ia mulai mengembangkan karir di bidang humas di beberapa sektor. Dia sempat bekerja di industri perhotelan di Malang sebelum akhirnya bergabung dengan Indosat.
Wanita pecinta olahraga lari tersebut pernah berkarir di sektor properti di GMTD dan kemudian memutuskan untuk comeback ke Indosat.
Total, ia telah berkarier lebih dari 15 tahun di dunia kehumasan.
Dia menyatakan bahwa pekerjaannya dalam bidang public relations kini semakin menantang, terutama karena tanggung jawabnya yang mencakup area timur Indonesia, mulai dari Kalimantan sampai Papua.
Perlu berurusan dengan ribuan media serta kemitraan perusahaan.
“Dari tahun ke tahun dunia kehumasan juga makin dinamis. Tiap industri ada tangangannya tersendiri. Tapi, semua itu memerlukan kreatif dan inovasi kita pun harus ditingkatkan, seperti sekarang ini dengan munculkan Artificial Intelligence atau AI,” tuturnya.
Kebetulan di perusahaannya Indosat saat ini mengusung AI Native TechCo, di mana dari sisi manajemen dibiasakan untuk memberdayakan memakai AI.
Menurutnya, AI bukan ancaman bagi manusia tapi bisa jadi sarana untuk membantu pekerjaan, menjadi asisten pintar sehingga bekerja lebih efisien dan maksimal.
“Bukan sebuah ancaman, AI sebenarnya menjadi asisten cerdas bagi kita,” demikian katanya.
“Apalagi saya ini kan memantau dari Kalimantan hingga Papua, saya harus monitor semua pemberitaan di wilayah kerja ini. Kalau tidak tidak ada AI, kalau dikerja manual, bisa lama banget kelarnya,” tuturnya.
Nata mengaku beberapa kali menggunakan AI dalam pembuatan press release. Namun, katanya, tetap dalam pantauan dan masih harus dicek berkali-kali. Apalagi jika terkait dengan data.
Nata pun menggunakannya untuk melacak nada berita, menyaksikan pola topik di platform-media sosial, ataupun mengepulkan laporannya dengan kecepatan yang lebih tinggi.
AI membuat pemantauan media menjadi sangat mudah dan cepat, termasuk laporannya yang semakin terfokus. Selain itu, kita mendapatkan analisis yang lebih rinci serta pembagian tugas yang lebih baik.
Namun, jangan sampai lengah. Ini seperti peralatan yang kita gunakan; meskipun begitu, masih penting untuk turut campur dan memprosesnya secara langsung. Harusnya tidak sepenuhnya bergantung pada AI, pastikan selalu mengecek ulang dua kali, hindari hanya menyalin dan menempel agar pikiran kita sebagai manusia tetap aktif,” katanya dengan tegas.
Ketika diminta mendeskripsikan tugas seorang humas di zaman digital saat ini, dia memberi analogi yang mudah dipahami: mirip bermain musik.
“Perlu mengenali kapan saat untuk nada tinggi, kapan untuk nada rendah, kapan perlu berimprovisasi, dan yang utama: selalu jaga keharmonisannya,” tambahnya dengan tawa.
(*)

