Optimisme di Tengah Perubahan Teknologi
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian akibat perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan dan otomatisasi, Jeff Bezos, pendiri Amazon dan Blue Origin, justru menunjukkan pandangan optimis. Dalam pidatonya di Italian Tech Week 2025 di Turin, Italia, dia menyatakan bahwa masa depan manusia sedang menghadapi era paling menjanjikan dalam sejarah modern.
Bezos menekankan bahwa tidak ada alasan untuk merasa pesimis saat ini. Ia percaya bahwa kemajuan teknologi akan membuka babak baru bagi peradaban manusia. Baginya, inovasi seperti kecerdasan buatan, robotika, dan pusat data raksasa bukanlah ancaman, melainkan bagian dari “kelimpahan peradaban” yang sedang berkembang.
Ia memandang transformasi besar ini sebagai kesempatan untuk melampaui batas-batas planet Bumi. Menurutnya, infrastruktur data dapat dibangun di luar angkasa karena sumber daya energi matahari tersedia secara terus-menerus tanpa gangguan cuaca seperti awan atau hujan. Hal ini memberikan potensi besar untuk pengembangan teknologi di luar angkasa.
Bezos juga memperkirakan bahwa dalam dua dekade mendatang, jutaan orang akan tinggal di luar bumi, bukan karena terpaksa, tetapi karena pilihan mereka sendiri. Ia yakin bahwa dalam beberapa dekade, akan ada banyak orang yang tinggal di luar angkasa karena mereka ingin begitu.
Selain itu, ia berpikir bahwa robot akan menggantikan manusia dalam pekerjaan rutin, sehingga memberi ruang bagi manusia untuk fokus pada inovasi dan kehidupan yang lebih bermakna. Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya debat global tentang risiko sosial dari otomatisasi dan kecerdasan buatan yang bisa memperlebar kesenjangan ekonomi.
Namun, menurut Bezos, sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan teknologi selalu membuka peluang baru dan meningkatkan kesejahteraan. Ia menilai bahwa pesimisme terhadap teknologi hanya merupakan bentuk ketakutan terhadap perubahan. Visi Bezos ini sejalan dengan optimisme dari tokoh-tokoh teknologi lain seperti Elon Musk, yang memprediksi bahwa manusia akan menetap di Mars pada 2028, serta Sam Altman yang memperkirakan bahwa lulusan perguruan tinggi akan bekerja di luar planet dalam satu dekade ke depan.
Di sisi lain, Bill Gates lebih realistis dengan menekankan pentingnya memperbaiki Bumi sebelum melakukan investasi besar di luar angkasa. Ia menegaskan bahwa masih ada banyak pekerjaan yang perlu diselesaikan di Bumi sebelum fokus pada eksplorasi ruang angkasa.
Dari sudut pandang sosial, optimisme semacam ini memicu pertanyaan strategis tentang bagaimana manfaat dari kemajuan AI dan otomatisasi dapat dirasakan secara merata. Tokoh politik Amerika Serikat, Pete Buttigieg, bahkan menyarankan gagasan “dividen AI”, yaitu pembagian nilai ekonomi dari teknologi agar tidak hanya menguntungkan segelintir orang superkaya.
Pidato Bezos mencerminkan semangat yang langka di era ketidakpastian global, yakni keyakinan bahwa manusia masih memiliki kendali atas masa depannya. Ia tidak hanya berbicara tentang efisiensi teknologi, tetapi juga tentang arah evolusi peradaban yang lebih luas, di mana eksplorasi ruang angkasa menjadi bagian tak terpisahkan dari kelangsungan manusia.

