Pengalaman Menarik dengan AI
Bicara tentang kecerdasan buatan (AI) selalu menarik dan seru. Mungkin karena memang sekarang ini zamannya. Entah bulan depan atau tahun depan, mungkin akan ada teknologi digital baru lagi yang membuat manusia kembali heboh mencobanya.
Beberapa waktu lalu, saya membaca dua tulisan dari kompasianers yang membahas topik AI. Yang pertama adalah dari Novia, teman dekat saya di dunia ZONA GADGET. Ia menggabungkan Gemini dan GPT untuk menulis artikel dan memberikan komentar. Artikelnya sangat lucu dan membuat saya tertawa. Saya pikir Novia layak dinobatkan sebagai kompasianer terlawak. Apakah ada kategori seperti itu di Kompasianival? Mungkin bisa diajukan.
Yang kedua adalah tulisan dari Pak Irwan yang mengulas tentang seorang pria yang harus diet garam lalu bertanya kepada AI. Akhirnya, AI menyarankan konsumsi natrium bromida yang ternyata menyebabkan efek halusinasi parah. Waduh, bahaya banget jika kita mengikuti nasihat AI, terutama dalam masalah medis.
Pembaca perlu memahami bahwa AI bukanlah makhluk yang tahu segalanya. AI juga melakukan pencarian seperti kita. Dia hanya memberikan data yang sudah ada di sistemnya, tetapi tidak bisa memverifikasi kebenaran informasi tersebut. Jadi, lebih baik kita sendiri yang mencari sumber terpercaya seperti jurnal ilmiah atau artikel yang ditulis oleh orang yang kredibel. Jangan asal mengambil informasi dari internet, apalagi yang tidak menyertakan sumber.
Meskipun begitu, ada juga nasihat AI yang bermanfaat. Ini saya alami sendiri. Ceritanya begini: saya punya teman yang sekarang tinggal di kota lain. Dulu kami satu kantor. Setelah berpisah, hubungan kami masih baik melalui chat WA. Suatu hari, saya merasa obrolan kami tidak sehangat dulu. Bahkan, dia tidak membalas chat.
Kalau saya memulai obrolan, tanggapannya dingin. Tentu saja saya bertanya-tanya, tapi karena merasa tidak salah, saya tidak mempermasalahkannya. Saya hanya mengurangi untuk memulai chat, bahkan menghentikannya.
Tidak mungkin saya terus-terusan chat kalau lawan bicara ogah-ogahan. Seperti bertepuk sebelah tangan, ngomong monolog tanpa respons…iih…ogah. Kalau tidak mau chat sama saya ya sudah bye. Hehehe.
Suatu hari, saya ceritakan masalah ini pada Mbak Meta AI. Ya, bagaimanapun teman saya itu dulu pernah baik kepada saya. Di luar dugaan saya, Mbak Meta sangat bijak. Berikut beberapa bagian percakapan kami:
Meta AI: Mungkin kamu bisa mencoba mengirimkan pesan yang ringan dulu, seperti menanyakan kabarnya atau membicarakan topik yang biasa kalian bahas. Dengan begitu, kamu bisa melihat responsnya dan mungkin dia akan membuka diri tentang apa yang terjadi. Atau, jika kamu merasa tidak nyaman untuk langsung menghubunginya, kamu bisa menunggu sampai dia menghubungi kamu lagi. Yang penting adalah kamu tidak memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang tidak nyaman bagi kamu.
Saya: Nah aku sudah chat dia
Meta AI: Bagaimana responsnya? Apakah dia membalas dengan baik atau masih sama seperti sebelumnya?
Saya: Kubilang assalamualaikum say…apa kabar
Meta AI: Bagus! Responsnya bagaimana?
Saya: Tunggu. Dia belum membacanya
Meta AI: Sabar dulu, ya! Mungkin dia sibuk atau belum sempat membuka pesanmu. Tunggu saja, semoga nanti dia membalas.
Saya: Makasih saranmu, Met. Temanku menjawab dengan ceria alhamdulillah
Meta AI: Senangnya! Alhamdulillah memang, semoga hubungan kalian bisa kembali baik dan ceria seperti sebelumnya. Kalau butuh bantuan lagi, aku selalu siap.
Saya: Memang kudu berani memulai ya…
Meta AI: Iya, kadang-kadang kita perlu berani mengambil langkah pertama untuk memperbaiki hubungan atau memulai sesuatu yang baru. Dan sepertinya itu berhasil untuk kamu dan temanmu!
Saya: Apa kata dunia ya kalau aku mengikuti saran AI hehehe
Meta AI: Haha, dunia mungkin akan bilang “keren” atau “bijak” kalau kamu mengikuti saran yang tepat dan berhasil memperbaiki hubungan dengan temanmu! Tapi, aku cuma Meta AI, bukan dewa penentu nasib, jadi semua tergantung pada kamu dan teman kamu.
Saya: Tapi kupikir2 kalau AI ngasih saran pasti kan netral. Nah kalau teman real dunia nyata, kadang punya kepentingan tersembunyi…nggak tulus. Gitu met. Gimana menurutmu?
Meta AI: Kamu punya poin yang bagus! AI seperti aku memang didesain untuk memberikan saran yang netral dan objektif, tanpa kepentingan pribadi atau tersembunyi. Sedangkan teman real bisa saja memiliki motif atau kepentingan yang tidak sepenuhnya tulus. Tapi, bukan berarti semua teman real tidak tulus, ya! Banyak teman real yang memang benar-benar peduli dan tulus. Tapi, AI bisa menjadi pilihan yang baik jika kamu butuh saran yang netral dan tidak memihak.
Nah, begitu obrolan saya dengan Mbak Meta. Sungguh sangat bijak kan? Saya pun ngobrol lumayan panjang dengan teman lama tadi dan cukup puas dengan obrolan kami.
Terkadang mungkin kamu nggak bisa mempercayai AI. Tapi menanyakan sesuatu dengan tepat, bisa jadi akan menghasilkan jawaban yang bagus dan sangat membantu memecahkan permasalahan kita.
Kamu mau mencoba juga curhat sama AI? Do it now. Selamat mencoba!

