Kekhawatiran akan Gelembung Teknologi AI di Silicon Valley
Kekhawatiran tentang kemungkinan terjadinya gelembung teknologi AI semakin meningkat di Silicon Valley, khususnya setelah nilai perusahaan-perusahaan teknologi AI melonjak secara signifikan dalam waktu singkat. Silicon Valley, yang dikenal sebagai pusat inovasi dan pengembangan teknologi, menjadi tempat berkumpulnya para pemain utama dalam industri ini.
Dalam acara OpenAI DevDay pekan lalu, CEO OpenAI Sam Altman mengakui bahwa sebagian dari sektor AI memang sedang berada dalam kondisi yang menyerupai gelembung. Ia menyatakan bahwa ada banyak bagian dalam AI yang terasa seperti gelembung saat ini. Namun, ia juga menegaskan bahwa OpenAI memiliki dasar yang nyata dan tidak hanya sekadar tren sementara.
Data menunjukkan bahwa perusahaan terkait AI telah memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan pasar saham AS tahun ini. Lembaga riset Gartner memperkirakan bahwa belanja global untuk AI bisa mencapai 1,5 triliun dolar AS sebelum akhir 2025.
Peringatan dari Para Ahli
Jerry Kaplan, salah satu pionir AI, mengatakan bahwa dirinya sudah melewati empat gelembung ekonomi dalam hidupnya. Menurutnya, kali ini lebih berbahaya karena jumlah uang yang terlibat jauh lebih besar dibandingkan era dot-com. Gelembung dot-com terjadi antara tahun 1998–2000 ketika bursa saham melonjak drastis karena pertumbuhan industri internet. Pecahnya gelembung tersebut menyebabkan banyak perusahaan bangkrut.
Kaplan melihat tanda-tanda klasik gelembung mulai muncul, seperti beberapa perusahaan yang mengumumkan proyek besar tanpa dana cukup dan investor ritel berebut menanam modal di startup AI. Selain itu, pembangunan pusat data raksasa di wilayah terpencil terus berlangsung, meski hal ini dinilai berpotensi menciptakan bencana ekologis.
Peringatan dari IMF dan Bank of England
Beberapa lembaga keuangan ternama seperti IMF dan Bank of England serta CEO JP Morgan Jamie Dimon memperingatkan potensi gelembung di pasar AI. Dimon menyarankan agar orang-orang lebih waspada terhadap tingkat ketidakpastian yang ada. Meskipun demikian, sebagian kalangan di Silicon Valley tetap optimis. Jeff Boudier dari Hugging Face mengatakan bahwa infrastruktur internet saat ini lahir dari investasi berlebihan di era telekomunikasi. Ia percaya bahwa meskipun ada risiko finansial, investasi di infrastruktur AI bisa membuka jalan bagi produk dan pengalaman baru.
Investasi yang Kompleks
OpenAI, yang memperkenalkan ChatGPT pada 2022, kini menjadi pusat jejaring investasi yang kompleks. Bulan lalu, perusahaan ini menandatangani kontrak senilai 100 miliar dolar AS dengan Nvidia untuk membangun data center. Namun, OpenAI juga mengumumkan rencana pembelian peralatan AI bernilai miliaran dollar AS dari AMD, pesaing utama Nvidia. Langkah ini bisa menjadikan OpenAI salah satu pemegang saham terbesar AMD.
Selain itu, Microsoft dan Oracle juga memiliki investasi besar di OpenAI. Proyek raksasa Stargate di Texas, yang didanai oleh Oracle dan SoftBank, terus diperluas. Di sisi lain, Nvidia juga memiliki saham di startup CoreWeave, yang memasok infrastruktur untuk OpenAI.
Pola Pembiayaan Sirkular
Beberapa pakar menyebut pola ini sebagai “pembiayaan sirkular” atau vendor financing, di mana perusahaan meminjamkan atau menanamkan modal pada pelanggannya agar mereka tetap bisa membeli produknya. Altman tidak menampik hal tersebut. Ia mengatakan bahwa investasi pinjaman ini belum pernah terjadi sebelumnya, namun pertumbuhan pendapatan OpenAI juga belum pernah secepat ini. Meski begitu, OpenAI belum pernah mencatatkan keuntungan.

