Inisiatif AI Goes to School untuk Meningkatkan Literasi Digital Guru
Perkembangan teknologi digital kini tidak hanya berfokus pada inovasi atau efisiensi, tetapi juga pada kemampuan manusia dalam beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Dalam era kecerdasan buatan (AI), penting bagi para pendidik untuk memahami dan menguasai alat ini secara etis serta bertanggung jawab.
Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah program AI Goes to School (AIGTS), yang merupakan upaya nasional untuk meningkatkan pemahaman guru tentang penggunaan AI. Program ini dirancang agar para pendidik dapat memanfaatkan teknologi tersebut dalam proses belajar mengajar dengan cara yang tepat dan bermanfaat.
Baru-baru ini, pelatihan AIGTS diadakan di SMP-SMA Al Ma’hadul Islam YAPI Bangil, Pasuruan, Jawa Timur. Kegiatan ini menjadi bagian dari rencana besar untuk mendampingi 10 ribu guru di 40 kota seluruh Indonesia dalam jangka waktu 18 bulan. Tujuan utamanya adalah membantu pendidik memahami, memanfaatkan, dan menerapkan AI dalam pembelajaran.
Program ini menekankan bahwa AI bukan sekadar tren teknologi, tetapi juga alat transformasi pendidikan. Para guru diperkenalkan pada konsep dasar AI, prinsip etika penggunaannya, serta teknik manajemen prompt agar bisa mengoptimalkan potensi teknologi tersebut.
Selain teori, pelatihan ini juga fokus pada penerapan praktis. Trainer AIGTS, Anandito Birowo, menjelaskan bahwa peserta didorong untuk langsung menerapkan pembelajaran berbasis AI. “Kami ingin guru-guru tidak hanya paham konsep, tetapi juga mampu menggunakan AI untuk membuat media ajar, menganalisis hasil belajar siswa, hingga menyusun materi kreatif,” ujarnya.
Selain itu, peserta juga diberikan akses ke sistem Learning Management System (LMS) khusus yang memungkinkan mereka terus belajar secara mandiri dan berkelanjutan. LMS ini berfungsi sebagai wadah berbagi pengetahuan sekaligus platform kolaborasi bagi guru di seluruh Indonesia.
Ketua Mafindo Malang, Anak Agung Mira Daniswara, menilai pelatihan ini penting untuk membangun budaya literasi digital yang sehat di lingkungan pendidikan. “Kami ingin guru memahami bahwa AI bukan ancaman, tetapi peluang besar. Dengan bimbingan yang tepat, guru bisa menjadi motor penggerak literasi digital beretika dan berdaya,” tegasnya.
Trainer lainnya, Nunuk Alisa, juga melihat dampak positif dari kegiatan ini. Menurutnya, pelatihan ini membuka ruang kolaborasi yang aktif antarpendidik. “Banyak guru yang langsung bertukar ide, mempraktikkan hasil pelatihan, dan membentuk komunitas belajar yang saling mendukung,” katanya.
Program AIGTS di Jawa Timur diharapkan menjadi model penguatan kapasitas guru nasional. Dengan kemampuan mengelola AI secara bijak, para pendidik diharapkan mampu membentuk generasi pelajar yang kritis, adaptif, dan siap menghadapi masa depan berbasis teknologi. Dengan adanya program ini, diharapkan literasi digital di kalangan guru semakin berkembang, sehingga mampu memberikan dampak positif pada proses belajar mengajar dan perkembangan pendidikan secara keseluruhan.

