Minecraft: Dunia Kreativitas yang Juga Menjadi Target Serangan Siber
Minecraft tidak hanya sekadar permainan. Ia telah berkembang menjadi ruang sosial yang memungkinkan jutaan pemain saling berinteraksi, membangun, dan menciptakan sesuatu. Meskipun menyenangkan, popularitasnya yang luar biasa juga membawa tantangan keamanan yang serius.
Banyak penjahat siber melihat Minecraft sebagai peluang. Sifat terbuka dari platform ini memudahkan mereka untuk menyusup. Basis pemain yang sangat besar membuatnya menjadi target ideal. Pemain muda atau yang belum berpengalaman sering menjadi sasaran utama karena mudah tergoda oleh janji-janji menarik.
Pada musim panas 2025, terdapat kasus serangan baru yang dikenal sebagai Stargazers Ghost Network. Penyerang memulai aksinya melalui mod game yang diunggah ke platform seperti GitHub. Mod ini menawarkan fitur tambahan yang menggoda, tetapi sebenarnya menyimpan instruksi tersembunyi yang bisa memicu serangan berlapis. Sebanyak 1.500 pemain menjadi korban, dengan dompet kripto mereka dikuras dan akun media sosial serta game terkunci.
Selain itu, percakapan pribadi di Discord juga terbuka, dan perangkat lunak pencuri data menyusup untuk mengambil alih kata sandi dan mengakses dompet kripto. Sayangnya, banyak antivirus konvensional gagal mendeteksi ancaman ini.
Jika ditelusuri lebih dalam, pola serangan ini bukanlah hal baru. Sejak beberapa tahun lalu, Minecraft sudah menjadi target para pelaku kejahatan siber. Pada 2017, ESET menemukan aplikasi Minecraft palsu di Google Play Store. Aplikasi ini tampak seperti alat tambahan atau mod grafis, padahal menyelipkan adware dan malware pencuri data. Laporan Kaspersky menyebutkan ratusan ribu instalasi dari 2017 hingga 2022, dengan mayoritas korban adalah anak-anak dan remaja.
Tidak hanya itu, pada Desember 2021, Minecraft kembali menjadi sorotan karena celah Log4j atau Log4Shell di server Minecraft: Java Edition. Bug ini memungkinkan eksekusi kode jarak jauh hanya lewat pesan di obrolan game. Dampaknya meluber jauh di luar komunitas Minecraft, dengan banyak sistem di seluruh dunia terkena dampaknya. Setelah itu, muncul kasus BleedingPipe (Bitdefender, 2023), yang juga berasal dari mod buatan komunitas. Celah ini memungkinkan peretas mengambil alih server dan bahkan menguasai komputer pemain.
Apa yang membuat Minecraft begitu sering dibidik? Pertama, popularitasnya yang sangat tinggi. Gim ini sudah terjual 300 juta kopi dan sekitar 200 juta orang memainkannya setiap bulan. Dari sudut pandang pelaku kejahatan, ini merupakan target yang sangat menggiurkan. Kedua, ekosistem modding yang bebas. Mod dibagikan di forum, Discord, hingga GitHub. Di tengah arus file yang tampak aman, pelaku menyisipkan kode berbahaya.
Faktor demografi juga turut berperan. Banyak pemain berusia muda, terutama Gen Z, yang lebih rentan terhadap tipuan. Laporan Kaspersky (2025) mencatat 19 juta upaya unduhan berbahaya yang menyamar sebagai game. Minecraft berada di posisi kedua dengan 4.112.493 percobaan.
Deretan kasus selama satu dekade menunjukkan bahwa ancaman ini nyata. Akun dicuri, dompet kripto dikosongkan, dan perangkat pribadi berubah menjadi pintu masuk malware. Untuk mengurangi risiko, penting bagi pemain untuk waspada saat mengunduh mod. Pilihkan kanal resmi atau situs yang benar-benar tepercaya. Hindari versi bajakan dan cheat tool.
Kaspersky terus menunjukkan bagaimana berkas berbahaya sering menyaru sebagai mod ilegal. Pastikan sistem operasi dan antivirus selalu diperbarui. Gunakan kata sandi yang kuat dan unik, serta aktifkan autentikasi dua faktor. Edukasi juga menjadi kunci. Mayoritas pemain Minecraft adalah anak-anak, yang mudah terseret jebakan “gratis”.
Meski Minecraft adalah dunia tanpa batas yang memungkinkan kreativitas dan komunitas tumbuh, catatan kelam satu dekade terakhir mengingatkan kita bahwa peretas juga ikut bermain di sana. Kewaspadaan harus selalu dijaga.

