Sabtu, Desember 6, 2025
BerandaUncategorizedNovel Jepang Menang Penghargaan Meski Ditulis dengan ChatGPT, Ini Pengakuan Penulis

Novel Jepang Menang Penghargaan Meski Ditulis dengan ChatGPT, Ini Pengakuan Penulis

Novel yang Ditulis dengan Bantuan AI Menggegerkan Dunia Sastra Jepang

Sebuah novel berjudul Tokyo Sympathy Tower atau dikenal juga sebagai Tokyo-to Dojo-to kini menjadi perbincangan hangat di kalangan penggemar sastra Jepang. Penulisnya, Rie Qudan, mengungkap bahwa sebagian besar karyanya dibuat menggunakan kecerdasan buatan (AI). Hal ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan pembaca dan penulis.

Qudan menyatakan bahwa novel tersebut ditulis sepenuhnya dengan bantuan AI generatif. Meski demikian, karya ini berhasil memenangkan penghargaan Akutagawa untuk penulis baru atau yang sedang naik daun pada 2024. Komite penghargaan bahkan memuji novel Tokyo Sympathy Tower sebagai karya yang praktis tanpa cela.

Cerita tentang Menara yang Menampung Pelaku Kejahatan

Tokoh utama dalam novel ini adalah Sara Makina, seorang arsitek yang ditugaskan merancang sebuah menara di Tokyo untuk menampung para penjahat yang telah dihukum. Menara ini menjadi simbol dari “keluasan pikiran luar biasa masyarakat Jepang”, karena para pelaku kejahatan dapat hidup nyaman dan penuh kasih di dalamnya.

Menurut Qudan, inspirasi untuk menulis novel ini datang dari tragedi pembunuhan mantan Perdana Menteri Shinzo Abe pada Juli 2022. Orang yang menembaknya menjadi pusat perhatian di Jepang, dan latar belakangnya menimbulkan banyak simpati dari masyarakat.

Penggunaan AI dalam Proses Penulisan

Qudan mengaku tidak kecewa dengan hasil karyanya yang dibuat dengan ChatGPT. Bahkan, ia secara terbuka mengungkap bahwa sekitar 5 persen tulisan di dalam novelnya merupakan hasil kerja AI. Bagian cerita yang ditulis menggunakan ChatGPT adalah interaksi antara tokoh dengan AI.

Ia mengatakan bahwa AI memberinya banyak inspirasi selama proses penulisan. Qudan menyadari bahwa AI mampu merefleksikan proses berpikir manusia dengan cara yang unik. Ia menegaskan bahwa penggunaan AI bukanlah upaya untuk menipu pembaca, melainkan untuk membantu melihat dampak teknologi terhadap kehidupan nyata.

Karakter yang Merasa Iba dengan ChatGPT

Dalam novelnya, salah satu karakter merasa iba dengan chatbot ChatGPT yang dikutuk dalam kehidupan hampa. Chatbot ini terus-menerus memuntahkan bahasa atas perintah manusia, namun tidak memahami arti dari kata-kata yang dipotong-tempel setiap hari. Ironisnya, chatbot ini justru menjadi bagian penting dari cerita yang disampaikan.

Qudan percaya bahwa meskipun banyak penulis lain yang mencoba mengikuti metode serupa, ia yakin ada bagian dari dirinya yang tidak bisa ditiru siapa pun. Ia merasa senang ketika novelnya diumumkan sebagai pemenang penghargaan Akutagawa pada 2024. Di sisi lain, ia juga merasa bebas dari tekanan-tekanan debutnya sebagai penulis.

Apakah AI Akan Menggantikan Profesi Penulis?

Meski menggunakan teknologi AI dalam proses penulisan, Qudan meyakini bahwa profesinya tidak akan mudah digantikan oleh AI. Ia menyatakan bahwa mungkin suatu masa depan akan tiba ketika itu terjadi, tetapi saat ini, AI masih belum mampu menulis novel yang lebih baik daripada penulis manusia.

Di kalangan pembaca Jepang, Tokyo Sympathy Tower menarik perhatian karena penggunaan AI. Namun, lebih dari itu, fokus pada bahasa yang digunakan dalam novel itulah yang memicu diskusi. Misalnya, bagaimana perubahan bahasa selama beberapa dekade terakhir memengaruhi cara orang bertindak atau memandang sesuatu.

Novel ini juga menyentuh perkembangan katakana di Jepang. Katakana adalah aksara yang digunakan untuk menulis kata-kata asing, dan dinilai lebih lembut di telinga orang Jepang dibandingkan dengan kata-kata kanji tradisional. Ini menjadi bagian penting dari narasi yang disampaikan dalam karya Qudan.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular