Jumat, Desember 5, 2025
BerandaUncategorizedPalo Alto Networks: Serangan Siber Melaju, Kolaborasi Harus Diperkuat

Palo Alto Networks: Serangan Siber Melaju, Kolaborasi Harus Diperkuat

Perkembangan Keamanan Siber yang Semakin Cepat Berkat AI

Dengan kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI), waktu yang dibutuhkan untuk melakukan serangan siber yang berhasil, mulai dari pembuatan malware hingga ekstraksi data, semakin singkat. Dulu, proses ini memakan waktu puluhan jam, tetapi kini hanya membutuhkan beberapa menit. Hal ini diungkapkan oleh Palo Alto Networks dalam acara Singapore International Cyber Week (SICW) 2025 di Singapura. Mereka menekankan pentingnya kolaborasi antar pemangku kepentingan keamanan siber untuk menghadapi ancaman yang terus meningkat.

SICW adalah acara tahunan yang diselenggarakan di Singapura dan dihadiri oleh berbagai entitas dari berbagai negara. Acara ini diakui sebagai salah satu perhelatan keamanan siber terkemuka di kawasan Asia-Pacific. Pada edisi ke-10 SICW 2025, terdapat berbagai kegiatan seperti konferensi tingkat tinggi, diskusi panel, serta GovWare Conference & Exhibition 2025 yang menjadi platform utama bagi keamanan siber di kawasan tersebut. Palo Alto Networks turut serta dalam acara ini sebagai salah satu vendor keamanan siber.

Simon Green, Presiden Asia Pacific and Japan, Palo Alto Networks, menyampaikan bahwa para penyerang siber kini mampu masuk dan keluar dari organisasi dalam hitungan menit. “Kenyataannya, ketika saya selesai berbicara di sini, penjahat siber mungkin sudah masuk dan keluar dari suatu organisasi,” ujarnya. Unit 42 Palo Alto Networks telah menggunakan AI untuk melakukan serangan siber dalam waktu 25 menit, sedangkan sebelum AI digunakan, proses ini memakan waktu 48 jam.

Tidak hanya kecepatan serangan yang meningkat, jumlah serangan siber juga semakin banyak. Menurut Statista, pada 2024 tercatat 6,54 miliar serangan malware di seluruh dunia. Angka ini meningkat dari 6,06 miliar pada 2023. Serangan siber yang terjadi juga memberikan dampak besar, bahkan melampaui batas organisasi yang diserang. Contohnya adalah serangan NotPetya yang menyerang Maersk pada 2017. Kerugian langsung yang dialami Maersk mencapai US$300 juta, namun kerugian keseluruhan akibat gangguan rantai pasok global mencapai US$10 miliar.

Biaya kejahatan siber secara global juga meningkat drastis. Pada 2024, biaya yang diperkirakan mencapai US$9,2 triliun, naik dari US$8,1 triliun pada 2023. Simon menegaskan bahwa skala masalah ini semakin besar dan kecepatan menjadi musuh utama. Infrastruktur vital, pemerintah, dan organisasi swasta menjadi target utama serangan siber.

Tantangan Baru dalam Keamanan Siber

Kompleksitas infrastruktur TI menjadi tantangan lain dalam keamanan siber. Banyaknya alat TI yang tidak sepenuhnya terintegrasi membuat organisasi rentan terhadap celah keamanan. Studi dengan IBM menunjukkan bahwa rata-rata organisasi enterprise memiliki 83 solusi keamanan dari 29 vendor berbeda. Jumlah alat TI keseluruhan jauh lebih besar lagi.

Untuk menghadapi tantangan ini, Palo Alto Networks menyarankan tiga hal penting: visibilitas, kecepatan, dan kolaborasi. Visibilitas merujuk pada pengawasan terhadap semua aplikasi AI yang digunakan oleh karyawan. Organisasi perlu memastikan tidak ada penggunaan shadow AI yang tidak diizinkan. Shadow AI bisa membuka celah keamanan seperti shadow IT.

Kecepatan dengan tata kelola berbasis hasil berarti fokus pada hasil daripada proses. Tata kelola ini memungkinkan tim untuk menentukan cara mencapai tujuan tanpa harus mengikuti aturan yang terlalu ketat. Kolaborasi antara negara dan penyedia keamanan siber juga sangat penting. Meski kolaborasi sudah terjadi, Palo Alto Networks menilainya masih kurang baik dan perlu ditingkatkan.

Pentingnya Kolaborasi dalam Keamanan Siber

Kolaborasi antar negara dan penyedia keamanan siber perlu ditingkatkan agar tidak tertinggal dari ancaman yang semakin cepat. Dengan kolaborasi yang lebih baik, negara dan penyedia dapat mengolah data dan mendapatkan insight lebih cepat. Ini akan mempercepat proses belajar dan persiapan menghadapi tantangan keamanan siber.

Palo Alto Networks juga menyoroti penggunaan AI, termasuk agentic AI, dalam keamanan siber. Agentic AI dapat mengerjakan tugas berulang dengan lebih efisien, sehingga membebaskan tenaga manusia untuk tugas yang lebih bernilai. Kolaborasi antar sektor publik dan swasta serta antar vendor keamanan siber menjadi prioritas utama.

“Melalui kolaborasi ini, kita bisa belajar lebih cepat dan siap menghadapi tantangan keamanan siber yang meningkat,” kata Simon. Data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, termasuk serangan siber, akan meningkatkan kemampuan pertahanan siber. Matematika memihak pertahanan siber, asalkan semua pihak bekerja sama.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular