Pertumbuhan Pasar Kecerdasan Buatan (AI) yang Pesat
Pertumbuhan kecerdasan buatan (AI) diproyeksikan meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun mendatang. Pasar AI diperkirakan akan melonjak hingga mencapai angka US$ 1,4 triliun atau sekitar Rp22.750 triliun (kurs Rp16.250 per US$) dalam empat tahun ke depan. Selain itu, kebutuhan energi untuk mendukung pertumbuhan ini juga diperkirakan meningkat hampir dua kali lipat.
Dalam sebuah acara NeutraDC Summit di Bali, Dan Madrigal, Vice President Oracle Cloud AI Sourcing, menjelaskan bahwa pasar AI lokal saat ini bernilai sekitar US$ 400 miliar atau Rp6.500 triliun. Namun, proyeksi menunjukkan bahwa nilai pasar tersebut akan meningkat menjadi US$ 1,4 triliun dalam waktu empat tahun. Dengan peningkatan ini, permintaan terhadap energi juga akan meningkat dari 80 gigawatt saat ini menjadi 180–185 gigawatt.
Menurut Madrigal, permintaan pasar AI yang besar ini memerlukan efisiensi teknologi dan dukungan infrastruktur energi dalam skala besar. Hal ini menjadi tantangan bagi berbagai negara, khususnya di kawasan Asia. Di Asia Tenggara, investasi pada 2020 tercatat mencapai US$ 120 miliar atau sekitar Rp1.950 triliun. Dari jumlah tersebut, sekitar US$ 10–12 miliar atau Rp162,5–195 triliun dialirkan ke negara-negara di Asia dan Afrika.
Meski demikian, ia menyoroti bahwa beberapa wilayah seperti India masih mengalami ketimpangan dalam hal investasi. Padahal, permintaan AI di kawasan tersebut cukup tinggi. Oleh karena itu, para pelaku industri menilai bahwa diperlukan tambahan investasi, pembangunan infrastruktur, serta kolaborasi lintas sektor untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Peran Investasi dan Kolaborasi dalam Pengembangan AI
Ribuan perusahaan dan ratusan startup kini berlomba-lomba menerapkan AI dalam operasional mereka. Dengan semakin pesatnya adopsi AI, kecepatan pengembangan, skalabilitas, dan fleksibilitas menjadi faktor kunci dalam proses inovasi. Perusahaan-perusahaan ini tidak hanya fokus pada teknologi, tetapi juga pada kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di pasar.
Selain kebutuhan energi dan modal yang besar, faktor manusia tetap dianggap penting dalam pengembangan AI. Meskipun AI mampu meningkatkan produktivitas dan menggantikan sebagian pekerjaan, kontribusi dari sumber daya manusia tetap menjadi elemen utama yang tidak bisa digantikan. Koneksi antara teknologi dan manusia menjadi kunci dalam memastikan keberhasilan implementasi AI.
Pentingnya Regulasi dan Ekosistem yang Sehat
Sejarah perkembangan teknologi menunjukkan bahwa janji teknologi sering kali dilebih-lebihkan, sedangkan dampak sosial dan kebijakan sering diremehkan. Oleh karena itu, perkembangan AI perlu diimbangi dengan regulasi dan ekosistem yang sehat. Hal ini bertujuan agar manfaat dari AI dapat dirasakan oleh masyarakat luas dan tidak disalahgunakan oleh pihak tertentu.
Regulasi yang tepat akan membantu memastikan bahwa AI dikembangkan dengan prinsip etis dan transparan. Selain itu, kerja sama antara pemerintah, industri, dan masyarakat sipil sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi tanpa mengabaikan aspek sosial dan ekonomi.
Dengan adanya investasi yang cukup, infrastruktur yang memadai, serta kolaborasi yang kuat, AI dapat menjadi alat yang bermanfaat bagi masyarakat dan ekonomi secara keseluruhan. Namun, semua ini harus didukung oleh regulasi yang jelas dan ekosistem yang sehat agar AI dapat berkembang secara berkelanjutan dan memberikan manfaat yang nyata.

