
Para pengusaha logistik mulai memanfaatkan kecerdasan buatan (
Artificial Intelligence
/AI) dengan tujuan untuk mengurangi biaya dan pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi. Sebuah perusahaan jasa pengiriman, forwarder.ai, telah menciptakan dua solusi digital berbasis AI.
Ferna Arga Wijaya, Chief Operations Officer dari forwarder.ai, mengungkapkan bahwa produk digital tersebut dirancang untuk menyelesaikan tiga tantangan besar di sektor logistik: kurangnya transparansi, operasi berbasis manual, dan layanan pelanggan yang tidak terkoordinir.
Menurut dia, masalah kemacetan di pelabuhan bisa teratasi dengan memperbaiki visibilitas digital, yang akan membantu dalam mengidentifikasi situasi logistik dengan lebih baik.
real time
Dengan demikian, kemacetan bisa dielakkan saat sebuah dermaga sudah penuh.
“Bila dilakukan secara manual, perusahaan jasa pengiriman skala sedang hingga kecil tidak memiliki sistem, pada dasarnya semuanya masih menggunakan cara manual, mulai dari pemesanan sampai hal lainnya, sehingga visibilitas menjadi terbatas demikian. Oleh karena itu, kita mencoba untuk memperbaiki atau setidaknya menambahkannya sesuai dengan apa yang dibutuhkan,” ungkap Ferna saat memberikan klarifikasi kepada media, Kamis (8/5).
Dua solusi digital yang diciptakan oleh forwarder.ai terdiri dari Software as a Service (SaaS), yaitu Forsis atau sistem kecerdasan skalabel Forwarder, serta Fordex atau Pertukaran Data Forwarder.
Forsis merupakan sistem manajemen transportasi (TMS) berupa mini Enterprise Resources Planning (ERP) yang mampu meliputi seluruh aktivitas transaksi logistik.
Ferna menyebutkan perbedaan utama produknya dari TMS lain adalah penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk memaksimalkan jalur perjalanan dan layanan bantuan yang didukung oleh AI.
Fordex memungkinkan integrasi pertukaran data antarsistem yang berbeda, sehingga ketika pelanggan sudah memiliki sistem tersendiri, Fordex dapat mengintegrasikannya dalam dashboard utama miliknya.
Forsis dan Fordex ini sudah siap untuk terintegrasi (API ready) dengan sistem pembayaran digital, sehingga pengguna maupun pelanggannya dapat membayar secara digital dan tak lagi melakukan transfer manual.
Ferna mengatakan bahwa penggunaan kecerdasan buatan di Forsis membantu dalam peningkatan efisiensi rute perjalanan (route optimization). Hal ini memungkinkan pemilihan jalur terbaik yang hemat biaya namun masih bisa menjamin ketepatan waktu.
Sementara itu, Chief Executive Officer forwarder.ai, Stephanus Sugiharto, menjelaskan bagi pelanggan yang memiliki atau membutuhkan aktivitas logistik multimoda dengan pengiriman antarpulau, penggunaan Forsis dan forwarder.ai dapat turut memangkas biaya.
“Sebab kita telah memiliki sistem pengiriman melalui kontainer yang misalnya menawarkan harga bersaing, hal ini lantas memberikan dampak efisiensi dalam biaya end-to-end. Mungkin dapat disebutkan sekitar 15 persen sampai 20 persen peningkatan efisiensinya,” jelasnya.
Dalam hal pengamanan dan kerahasiaan data, forwarder.ai juga memprioritaskan proteksi informasi dengan mewajibkan kedua belah pihak untuk terlebih dahulu menyetujui perjanjian non-disclosure agreement (NDA) atau kesepakatan rahasia.
“Dalam perjalanannya, malah kami bermitra, malah bersinergi seperti itu. Jadi, enggak jarang yang tadinya pelanggan, sekarang jadi partner juga,” tambahnya.

