ZONA GADGET
-Pemerintah mendorong perkembangan teknologi digital di Indonesia dengan memperkuat kecerdasan buatan (AI), yang mencakup unsur-unsur lokal serta semangat gotong royong. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) sudah merancang rute strategis untuk mengakselerasi pembuatan AI di negara ini.
Nezar Patria, wakil menteri dari Komdigi, menyebut bahwa penyusunan peta jalur tersebut beriringan dengan pengembangan ekosistem kecerdasan buatan di perusahaan lokal.
“Langkah-langkah yang diambil oleh GoTo dan Indosat melalui program Sahabat AI ini sejalan dengan rancangan pembangunan kecerdasan buatan di Indonesia yang tengah disusun pemerintah,” ujar Nezar pada acara diskusi panel untuk peluncurkan Large Language Model (LLM) hari Selasa (3/6).
Menurutnya, inovasi LLM yang mendukung beragam bahasa lokal di Indonesia dapat mendorong perkembangan ekosistem kecerdasan buatan (AI) nasional menuju kemandirian.
sovereignty AI
.
” Ini sangat penting, khususnya karena Sahabat AI merupakan salah satu jenis dari Large Language Models (LLM) yang berupaya memperkembangan fondasi modulnya untuk menangani data dalam bahasa lokal seperti Bahasa Sunda dan Jawa serta terus maju ke arah pengolahan bahasa-bahasa daerah lain,” ungkap Nezar Patria.
Di kawasan Asia Tenggara, Nezar Patria memberikan contoh penggunaan Empathetic LLM MERaLiON di Singapura. Teknologi ini dapat menangani berbagai macam bahasa yang ada di wilayah tersebut seperti Bahasa Indonesia, Thai, Vietnamesa, serta Tamil, Inggris, dan Singlish.
“Kalau kita lihat trend di dunia sekarang juga membangun LLM dengan mencoba mengolah bahasa lokal. Jadi di Singapura, kemarin kami menghadiri Asia Tech Summit, MERaLiON (diperkenalkan) yang membuat menjadi lebih
powerfull
untuk diterapkan,” tutur Nezar Patria.
Bukan hanya itu saja, Nezar juga menekankan tentang kemungkinan adanya risiko dalam penggunaan Sahabat AI, terutama ketika bersaing dengan teknologi berstandar internasional yang sangat kompetitif.
“Yang terpenting sesudah inovasi adalah cara membagi dan mendistribusikan teknologi serta menerapkannya dalam berbagai sektor. Jadi, menurut temanku AI, ini merupakan aspek pembagian teknologi tersebut,” ungkap Nezar Patria dengan tegas.
Untuk memperkuat sistem ekonomi AI dalam negeri, pemerintah juga sedang sibuk membentuk tenaga kerja digital lokal, dengan spesialisasi utama di bidang teknologi AI.
Dia menyatakan bahwa Indonesia memerlukan sekitar 9 juta tenaga kerja digital sampai lima tahun mendatang atau pada tahun 2030. Sementara itu, jumlah yang tersedia saat ini hanya mencapai 25% dari target yang dibutuhkan.
“Jadi dengan kehadiran Sahabat AI ini memperkuat ekosistem pengembangan talenta digital kita yang sedang dibangun baik oleh Komdigi, ekosistem industri pengembang AI dan juga adopsi teknologi baru seperti
cloud computing
, IoT sampai dengan blockchain,” tukas Nezar.

